Satu
semester berlalu dengan ketenangan yang—sebenarnya sedikit—dipaksakan. Waktu
seolah menggelinding begitu saja, tahu-tahu sudah pukul sekian, sudah minggu ke
sekian. Saya sendiri seperti orang linglung karena kesulitan mengingat hari.
Saya ingat pernah meminta biar tahun ini bergulir saja dengan cepat, tapi saya
tidak pernah menyangka akan secepat ini. Masih gamang kalau menelisik beberapa
langkah ke belakang, takjub pada apa yang telah saya lewati, ternyata sekeras
itu saya tertempah 2 tahun yang lalu, yang bisa saya rasakan dampaknya sekarang
ini.
Tidak ada
lagi wajah-wajah menyebalkan yang sangat familier bagi mata saya selama 3 tahun
yang lewat. Wajah baru yang berusaha saya kenali 6 bulan belakangan inilah yang
berlalu lalang hampir tiap hari. Orang-orang yang akan mengumpat bersama saya
ke depannya. Orang-orang yang mungkin akan melihat saya jatuh untuk kemudian
bangkit kembali. Saya sama sekali tidak punya gambaran akan seperti apa saya
menjalani tahun-tahun ke depan. Menerka pun tidak berani, takut dikecewakan
mimpi.