Saya bukan makhluk konser, bahkan bisa dibilang saya tidak
terlalu menikmati berada di lautan manusia dengan musik yang seakan-akan
mencengkeram gendang telinga saya. Walapun saya pernah mengikuti acara pentas
seni di SMA dulu--karena sebuah keharusan, saya tidak pernah mengikutinya
sampai selesai. Sebelum bintang utamanya keluar, sebisa mungkin saya berada
jauh dari sound system.
Selain konser musikaliasi yang diadakan ekskul saya dulu,
konser Efek Rumah Kaca di acara Iridescent February tempo hari adalah konser yang paling
membuat saya girang. Awalnya saya ragu mau datang, membayangkan kondisi hingar
bingar sebuah konser musik yang tidak pernah terasa nyaman. Tapi, teman kuliah
saya yang teramat sangat persuasif, berhasil membuat saya mengiyakan ajakan
untuk datang, ditambah dengan isu yang mengatakan bahwa ERK akan vakum. Dan
saya tidak menyesal dia terus merecoki saya.
Kali pertama saya berkenalan dengan musik ERK ini saat masih
duduk di bangku SMP, apalagi kalau bukan Desember. Saya menyukai iramanya yang
menenangkan. Setelah itu, saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya karena
tidak ada orang lain yang tau tentang band ini. Setelah masuk kuliah, saya
bertemu dengan teman saya ini, dan ternyata playlist-nya
terbilang lengkap. Saya langsung mendengarkan semua albumnya, dan kembali jatuh
cinta. Beberapa orang yang saya kenalkan dengan band ini kebanyakan
mengernyitkan dahi, tidak mengerti apa yang mereka dengar. Pun saya tidak
mengerti mereka.
Kembali ke konser, acara ini dimulai jam 19.00, diisi dengan
band-band lokal. Kami berdua duduk di sayap kanan. Memasuki jam 21.00, nama ERK mulai
digaungkan. Bisa dibayangkan, jantung saya berdebar bukan main. Melihat band
yang selama ini hanya saya kagumi dari playlist
saya. Entah siapa yang memulai, penonton yang semula duduk langsung bergerak ke
bibir panggung, berdiri dihadapan ERK. Dibuka dengan lagu Merah, sontak
semuanya berteriak riuh, tepuk tangan dan ikut melantunkan lagunya.
Tak bisa dipungkiri, ketika menonton sesuatu yang saya sukai
seperti ini secara langsung, saya menjadi hyperactive,
badan saya tidak mau diam, berteriak tidak karuan, memanfaatkan kondisi
disekitar saya yang sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Saya menyukai
atmosfer selama Mas Cholil dan kawan-kawan (minus Mas Adrian) manggung.
Penonton ikut bernyanyi di semua lagu yang mereka bawakan. Saya tidak bisa
mengatakan lagu mana yang paling “berisik”, karena rata-rata lagu yang
dibawakan memicu teriakan maksimal. Lagu-lagu dari album Sinestesia, dan album
lainnya.
Cara mereka membawakan lagu-lagunya pun membuat saya
melupakan tugas-tugas yang harusnya saya siapkan. Mereka terlihat bermain
dengan hati, bergerak mengikuti musik, saya sendiri sampai ikut memejamkan
mata, mengisolasikan diri saya dengan musik mereka. Terlebih cara Mas Cholil bernanyi, membuat saya lebih memaknai lagu-lagu
ERK. Favorit saya? Semuanya! Saya sangat menikmati permainan mereka. Saya jatuh
cinta lebih dalam terhadap karya-karya mereka. Maybe I’m a freak, but at least I have my own world. Sayang aja
saya tidak dapat pick gitar yang
dilempar, padahal mupeng pas liat Mas Cholil ngeluarin pick dari kantong.
Mungkin saya akan mengikuti konser mereka setelah vakum
kalau saya ada kesempatan. Well,
goodluck, Efek Rumah Kaca! You worth
my voice!
Ah ya, kalian harus mulai mencoba untuk mendengar musik mereka. Mulai dengan Desember!
Salam,
T