Pages

Tuesday, January 22, 2013

Kalau saja aku bisa bersabar sedikit lebih lama. Kalau saja aku tidak menuntut macam-macam. Kalau saja aku bersedia menunggu sebentar. Kalau saja cerita yang terangkai tak begitu cepat selesai. Kalau saja masih bisa diperbaiki. Tapi, waktu urung mengembalikannya. Berjalan di jalan yang seperti ini sebenarnya agak timpang.

Kesal karena merasa sepertinya cuma aku yang sengsara. Geram karena tidak ada tanda-tanda menyesal dalam rangkaian kata di jejaring sosial. Keki setengah mati. Malu, muak. Bahkan masih menerka-nerka alasan sebenarnya. Alasan yang logis dan sebenarnya harusnya tidak sesusah itu dicari. Benarkan?

Selasa, 22 Januari 2013
Medan, langit hitam menggantung, kilat berkelebatan

Saturday, January 19, 2013

Creating Memories


Katanya, waktu bisa meluruhkan sesuatu yang telah lama dipertahankan. Tapi, nyatanya waktu hanya membuat semuanya terasa lama dan mengisi hari dengan kenangan baru untuk kemudian menggantikan kenangan lama.

Kami bertiga mulai menjalin pertemanan sejak duduk di kelas 8 SMP, kira-kira tepat 3 tahun yang lalu. Dulu, kami masih berseragam putih-biru. Sekarang, lihat kami, kami sudah menggunakan seragam putih-abuabu, dan setahun lagi kami akan menanggalkan seragam SMA ini dan menggantinya dengan almamater Universitas pilihan kami kelak. Dulu, kami melakukan hal bersama-sama, karena kebetulan kami duduk di kelas yang sama. Bahkan, kami sepakat untuk mengunakan foto yang sama sebagai profile picture di Facebook.

Seperti halnya hubungan pada umumnya, pertemanan kami tidak semulus permukaan kaca. Kami menghadapi berbagai kerikil yang memecah. Tapi, kerikil itulah yang mendewasakan kami, memperlihatkan kami tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Kerikil yang membuat kami enggan untuk mengulang kesalahan yang sama.

Kelas yang terpisah membuat kami harus bertahan sekuat tenaga supaya pertemanan ini tetap ada. Berusaha menjalin komunikasi satu sama lain. Menyempatkan diri untuk sekedar bertukar sapa, entah itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Menurutku kami hebat. Di tengah usaha kami untuk menggapai mimpi, kami mencoba bertahan. Mimpi yang mungkin akan merentangkan jarak di antara kami nantinya.

Hari ini adalah kali pertama kami bersama setelah entah berapa lama. Kami mengabadikan kebersamaan kami dalam beberapa jepretan. Kerinduan yang menyeruak menghasilkan pose aneh kami. Sebelum nantinya kami akan terlalu jauh untuk sekedar menatap muka.

Teruntuk, Luh Vennasa Virginia Saraswati a.k.a Asha,

Sha, perbedaan keyakinan tidak membuat kita bertiga menjadi teman yang aneh. Tapi, hebat karena bisa klop dengan perbedaan yang ada. Dirimu yang cemerlang dengan segala mimpi yang menuntunmu menjadi orang hebat terkadang membuatku merasa jauh di bawah. Tak jarang, aku merasa malu saat harus berdampingan dengan orang yang menjadi kebanggaan guru. Makanya, aku lebih memilih untuk diam, daripada mempermalukanmu.

Sha, jangan biarkan waktu merenggut apa yang kita punya selama 3 tahun ini. Semua masalah yang kita hadapi, membuat pertemanan kita lebih berarti.

Semoga dirimu benar-benar akan menjadi salah satu mahasiswi UNDIP satu tahun lagi. Amin.

Dan teruntuk, Tamara Balqis Nasution a.k.a Tama,

Tam, tempat yang berbeda bukan berarti kita harus jauh karenanya. Tempat yang berbeda memperbanyak cerita yang kita alami. Membuat kita melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, baik sebagai aku, Asha, maupun sudut pandangmu sendiri. Sama seperti Asha, dirimu cemerlang, dengan mimpi yang konsisten membuatku tidak ada apa-apanya.

Tam,  jangan biarkan waktu merenggut apa yang kita punya selama 3 tahun ini. Semua masalah yang kita hadapi, membuat pertemanan kita lebih berarti.

UI menunggumu sebagai mahasiswi di dalamnya satu tahun lagi. Amin.

Terima kasih untuk kenangan yang baru. Semoga kita bisa bertahan sampai cucu kita nanti bertemu.

“Silence make the real conversations between friends. Not the saying, but the never needing to say that counts.” 
 Margaret Lee Runbeck
Sabtu, 19 Januari 2013, 07.00 pm
Masih di Medan

TS

Wednesday, January 16, 2013

Belum Sudah

Aku bilang, sudah. Tapi, diam-diam aku bersyukur kalau ada kabar burung. Kemudian kembali merenung. Menenggelamkan diri pada malam, melumat ragu hingga remuk redam.
Aku bilang, sudah. Tapi, masih berusaha mengais. Namun, tak juga berbuah manis. Menepis berulang kali, mencoba konsisten pada diri sendiri.
Aku bilang, sudah. Tapi, masih merapal satu nama dalam doa. Tak jarang berpura-pura acuh pada ingatan lama. Entah apa yang terjadi, masih bertarung melawan hati.

Aku bilang, sudah. Tapi, ternyata masih belum.

Melenggang mengaminkan doa yang telah lalu, tak peduli apakah masih berlaku. Bersembunyi di balik dialog, curi-curi pandang kala ada celah kosong.

Aku bilang, sudah. Tapi, ternyata belum sudah.

Sunday, January 13, 2013

Memilih Masa Depan

Hai! Lama tak bersua. Jadi, aku nunggu momen yang tepat buat nge-post #thingsofthemonth edisi Januari yang ke #3. Kebetulan juga udah seminggu aku masuk sekolah. Untuk semester ini, insyaAllah aku bener-bener niat buat belajar. Ternyata nggak mudah buat ngilangin rasa muak pas lagi mandeg sama materinya.

Jadi, beberapa hari belakangan ini aku udah mulai nyari-nyari informasi tentang Universitas Negeri yang ada, berbekal informasi dari kakakku, terus dari temen-temenku juga. Waktu itu kami lagi di radio lokal daerah Gatsu, pas Maghrib, aku sama 4 temenku; Alfi, Arby, Fadlan, Randy, ngomong serius tentang jenjang selanjutnya. Kami bagi-bagi informasi tentang Universitas di luar Medan dan prospek kerjanya, sama kesempatan-kesempatan sambilan yang katanya sayang buat dilewatin. Dari perbincangan inilah, kemauanku buat ke Komunikasi agak goyah, karena kemungkinan bakal susah ngurus ke Kurikulum perkara salah jurusan. Aku terus mikir, sayang juga segala macem rumus-rumus yang buat aku megap-megap dibuang gitu aja, ya daripada nggak dimanfaatin, kenapa aku nggak nyoba buat ke jurusan yang sesuai? Tapi, dari kemarin juga aku udah mantep buat ke Komunikasi. Kebetulan pula materi salah satu pelajaran hari Kamis itu tentang pekerjaan yang sesuai. Sahlah aku nyari jalan masuk lain selain undangan. Survey via internet pun terjadi. Aku nyari dari Mbah Google dengan berbagai macam kata kunci. Nyari jurusan-jurusannya.

Sejauh ini ada tiga tujuan sih, Yogyakarta, Surakarta, sama Pontianak. Nah, yang Pontianak ini aku ragunya bukan main. Kalimantan, bo'. Ke Jawa aja cuma sekali itu pun waktu masih ingusan, nenteng dot ke mana-mana, konon pula Kalimantan yang lebih luas begitu?

Selain bicara tentang Universitas, kami juga heboh bicarain orang jenius dari Indonesia yang "gak sengaja" disia-siain sama, ehm, negara. Pernah juga sih kemarin diomongin sama guru mapel PKn di sekolah. Tapi, untuk hal ini kami membandingkan Indonesia sama negara jajahan Inggris, gimana kemajuan mereka setelah dijajah. Kenapa kita nggak bisa? Padahal kan banyak anak negeri yang punya potensi *tsaah bahasaku*.

Setelah capek ngomongin negara, kami mulai berangan-angan 7 tahun ke depan. Pas acara kumpul-kumpul, ternyata udah sarjana semua, udah jadi salah satu ilmuan hebat kayak B.J. Habibie, atau ada yang pake setelan kantoran, eh gataunya udah jadi Direktur atau Manager, ada yang jadi pengusaha, ntah itu pengusaha kantoran atau malah buka lapangan kerja buat orang lain, ya bisa jadi buka butik atau apa gitu, pokoknya udah jadi 'orang' beneran deh, orang sukses! (Lah, emang selama ini bukan orang? *ngek*). Terus, dengan bangganya bercerita tentang usaha mereka demi menduduki posisi yang berhasil mereka duduki. Pastinya, sebelum mereka menjadi orang sukses, mereka harus menempuh proses memilih waktu mau kuliah. Ilmu yang bagaimana yang mereka butuhkan buat masa depan mereka.

Intinya, buat yang masih bingung buat nentuin mau ke mana nantinya, mending dipikirin mateng-mateng dari sekarang, sebelum nanti nyesal karena salah alamat. Dipikirin minatnya ke mana, terus mau jadi apa. Jadi, dengan kata lain, kitalah yang menentukan mau jadi apa kita nanti, baru setelah itu Tuhan yang menunjukkan jalannya kalau memang itu yang terbaik. Gadak salahnya kok mimpi buat jadi orang sukses, toh semua orang punya hak buat sukses.

Selamat berjuang!
Salam Pelajar,

TS

Thursday, January 3, 2013

Bergerak


Bukan masalah pemimpi dan realistis, tapi di mana kita menghabiskan waktu lebih banyak, mana yang kita pilih sebagai hidup. Apakah rumah kue dalam naungan langit biru dengan hiasan pelangi dan matahari tersenyum di ujung kanan, serta nyanyian aves yang beristirahat dari perjalanan panjang sembari menunggu pangeran berkuda putih bersimpuh dengan penuh hormat dan rasa sayang? Atau rumah sederhana dalam naungan langit yang tidak konsisten dengan serangan radiasi matahari yang seolah-olah bergegas dari timur ke barat setiap harinya memburu jiwa dengan waktu, serta "nyanyian" orang-orang yang kadang membangun, kadang menjatuhkan yang terus berlalu lalang sembari menyaksikan orang yang datang untuk kemudian pergi meninggalkan kenangan dan hati yang harus ditata ulang?

Bukan masalah pemimpi yang meratapi dan pemimpi yang merancang, tapi ke mana pikiran kita bermuara, mana yang kita pilih sebagai tujuan. Apakah kesalahan-kesalahan yang kita harap bukan berasal dari iblis dalam diri kita sendiri, kesempatan-kesempatan kecil yang kita harap tidak pernah kita acuhkan keberadaannya, retakan-retakan yang baru kita rasakan kerusakan yang ditimbulkannya, semua yang kita lihat tanpa pernah bisa kita sentuh lagi karena sudah terjadi? Atau pembenahan untuk tidak kembali berbelok pada arah yang salah, mencari-cari kesempatan yang luput dari penglihatan, menghindari kerusakan dengan merasakan retakan kecil yang bercabang, merajut mimpi yang masih bisa kita rengkuh dan menjadikannya nyata?

Pemimpi yang realistis, yang menyadari di mana dia berpijak setelah berbagai cerita telah dia bekukan dalam ingatannya yang memiliki lubang-lubang kesalahan yang ia raba keberadaannya untuk dia waspadai saat berjalan menengadah pada impiannya. Hanya menoleh untuk sekedar bernostalgia dan menyaring pelajaran yang tersimpan. Bukankah hidup bukan hanya tentang satu hal?

Untuk bergerak atau bahkan melangkah menimbulkan keraguan dan pemikiran seperti "gimana kalo pas aku udah maju, dia tiba-tiba dateng terus nyuruh putar balik dengan iming-iming ingin memperbaiki semuanya?". Kita kan yang membuat "momen" itu ada?

Iya, postingan ini nggak ada hubungannya sama project isengku, tapi bukankah bergerak salah satu dari hal yang berkesan?

Tuesday, January 1, 2013

2013 is already here ☀



Selamat tanggal 1 Januari 2013, readers! 12 bulan penuh cerita telah berlalu, akhir sebuah serial. Bisa jadi tahun ini menjadi awal permulaan yang baru ataupun menjadi sekuel kisah yang lalu. Tapi, baik awal ataupun tidak, tahun lalu adalah kumpulan pelajaran yang akan kita praktekkan pemahamannya di tahun ini.

Tahun lalu aku tersandung banyak kerikil. Akankah tahun ini penglihatanku membaik?
Tahun lalu aku dikukuhkan dan memiliki kakak asuh, golden ticket, beserta simbol. Tahun ini, siapa yang akan aku kukuhkan dan kusematkan simbol?
Tahun lalu aku masih ragu menentukan pilihan. Apakah tahun ini aku menjadi lebih mantap?
Tahun lalu aku masih merangkak. Mungkinkah tahun ini aku sudah bisa berdiri di atas kakiku sendiri, atau bahkan terbang dengan sayapku yang ringkih?
Tahun lalu aku mengenalmu, memilikimu, dan melepasmu. Mungkinkah tahun ini aku meraihmu kembali ataukah hanya sekedar sapaan seorang kakak laki-laki kepada adik perempuannya?
Tahun lalu kakiku masih terasa lemas saat harus berpapasan dengan kisah yang terlampau lama. Mungkinkah tahun ini aku sudah bisa menantang mata yang tak pernah sanggup kutatap?
Tahun lalu aku selalu bercerita tentangmu. Apakah tahun ini kau masih tetap menjadi bahan perbincanganku?
Tahun lalu aku begitu. Akankah tahun ini aku berubah?

Terlalu banyak cerita dalam setiap tanggal. Iya, iya, lebih banyak nangisnya. Ini blog juga isinya, masyaAllah cupunya. Tapi, yah, kita tidak pernah tau berdiri kalau tidak pernah merangkak (ya tapi nggak sering-sering juga kali, yas-_-). Tahun lalu aku kembali belajar tentang melepaskan dan mengikhlaskan. Mungkin setiap tahun akan selalu ada pelajaran seperti itu. Orang-orang hadir untuk membentuk pribadi kita, bukankah begitu? Aku menikmatinya. Tapi, terkadang kita sudah terlalu berprasangka buruk sebelum menelaah pelajaran apa yang diberikan. Tidak perlu munafik, aku juga sering menutup mata akan kenyataan yang terpampang. Kita harus sering diingatkan akan hal-hal yang membuat kita bertahan sebelum akhirnya menyerah tanpa memperhitungkan perjuangan yang kita tempuh.

Rencananya, setiap bulannya aku bakal buat teks pembuka bulan seperti yang di atas itu, dan kalau ada hal-hal yang memberikan kesan dan pelajaran, sebisa mungkin aku buat perkembangannya. Mungkin dengan begitu bisa membantuku secara pribadi supaya bisa belajar mensyukuri orang-orang yang telah hadir maupun pergi, baik yang meninggalkan senyum maupun tangis. Doakan saja semoga project iseng-iseng ini bisa terlaksana ^^

Tahun ini, kami berusaha untuk menyatukan suara, mempererat genggaman tangan dan rangkulan, menyamakan langkah meniti jalan menuju prestasi dan nama baik. Kami tertawa menandakan kami siap untuk bertempur di tahun depan. Kami siap menjalankan program kerja kami. InsyaAllah kami bisa melaksanakannya dengan baik, amanah, dan memberikan manfaat kepada setiap pihak yang bersangkutan.

We are 13 \m/
Selamat tahun baru, Matahari!
Love,
T ☀