Pages

Sunday, August 21, 2011

Secercah harapan hilang hanya karena satu kalimat sederhana. Kamu tidak pernah tau seberapa besar pengaruh yang kamu buat dari kata-kata yang keluar dari mulutmu. Kamu mungkin tidak pernah sadar dan tidak pernah mau mencoba untuk sadar, tapi secara tidak langsung kamu telah melemparku jatuh tanpa ada niat untuk menangkapku.

Friday, August 5, 2011

Tau sampah? Tau dongya. Sampah itu busuk. Pantesnya dibuang. Mau didaur ulang macemana pun, namanya tetep sampah. Gak berubah. Sampah itu gak berharga. Diperlakukan seenaknya. Sampah gapantes dielu-elukan.  Kenapa aku ngomongin sampah? Menurutmu kenapa? Yaa kenapa kek. Sekian cerita tentang sampah. Hidup  aku udah terlalu nyampah, gausah dibahas lagi.
Saya sudah terbiasa dengan ini. Tidak dianggap. Ditinggalkan. Lantas kenapa saya harus memusingkanya? Saking terbiasanya, saya sampai muak. Saya bukan manusia yang bisa membaca pikiran orang lain. Saya perlu diberitau kalau ada sesuatu yang ganjil. Jangan suruh saya menebak-nebak. Saya terlalu lelah untuk menebak. Saya sudah menjalaninya selama hampir 15 tahun saya hidup di dunia ini. Saya juga butuh uluran tangan. Tapi, siapa juga yang mau repot-repot menolong? Yah saya tau hidup memang seperti ini, jadi saya harus terbiasa. Jatuh itu sakit, ditambah lagi tidak ada yang membantumu berdiri. Menyedihkan.

Thursday, August 4, 2011

Sekilas Cerita ♥

Dia orang yang baik, yah walaupun pergaulannya jauh dari kata baik, dia bisa menjaga diri. Dia memang keras, dan itu menunjukkan kalau dia tegas. Dia keras, bukan berarti dia bukan orang yang bersahabat. Kalau kau bersedia berteman dengannya, aku yakin harimu akan terasa ringan karna kau banyak tertawa dengan ucapan dan tingkahnya. Aku memang tidak terlalu mengenalnya, tapi aku yakin aku paham. Kami 'sempat' berteman. Lucu. Perpisahan tanpa kata-kata. Menyedihkan.
Aku memang menyesalkannya, aku marah pada diriku sendiri, aku benci alur menyebalkan itu. Apa-apaan? Kami tidak banyak bicara saat pertama jumpa bukan berarti akhirnya harus seperti itu juga. Bukannya aku menyalahkan takdir, tapi, apakah aku tidak punya kesempatan untuk bahagia? Seperti orang-orang disekitarku, lihat mereka dengan wajah bahagia mereka itu. Aku menyayanginya. Apa itu salah? Sekarang apa? Aku seperti orang tolol yang membayangkan akhir yang bahagia. Aku terus menerka-nerka kapan aku bisa mendengarnya memanggil namaku lagi.
Aku merindukannya. Suaranya, tawanya, senyumnya, semuanya. Semuanya. Aku cuma bisa mendengarkan teman-temanku yang bilang dia sempat ada sebelum aku datang. Kesal? Jelas. Selisihnya bukan satu atau dua jam, tapi hanya BEBERAPA menit. Lucu sekali. Seolah-olah aku tidak diperbolehkan melihatnya. Aku tidak peduli kalau aku hanya melihatnya dari jauh atau hanya melihatnya berlalu. Aku hanya ingin melihatnya. Hanya itu.
Ini terlalu lucu untuk ditangisi. Capek? Kau tau jawabannya.