Pages

Wednesday, May 29, 2013

Perjalanan Pulang

Assalamualaikum.

Katanya, setiap orang bisa merasa jenuh. Mungkin jenuh karena kegiatan yang itu-itu saja. Mungkin bosan dengan pola hidup monoton yang dijalani selama belasan bahkan puluhan tahun. Katanya, kejenuhan bisa diatasi tergantung dari cara kita menikmati apa yang kita jenuhkan itu. Hidup, misalnya?

Semua rutinitas yang terjadi, pada akhirnya akan mencapai kata "pulang". Kata yang mengundang sorak sorai pelajar dengan mata berat, apalagi kalau ada embel-embel "cepat" dibelakangnya. Kata yang membuat kita bisa kembali bernapas setelah beberapa saat menahannya. Kata yang membuat kita membayangkan rumah. Ketuk pintu, ucap salam, menghampiri orang tua, cium tangan, bergegas ke kamar, atau mungkin sambil mencomot perkedel yang baru digoreng, kemudian ganti baju, sejenak rebahan di atas tempat tidur, memereteli penat dan lelah setelah satu harian diluar. Menikmati langit-langit kamar, semilir angin yang menyelinap masuk dari celah jendela. Mungkin sedikit mencuri lelap.

Terkadang, pulang tidak selalu berarti ke rumah. Ada yang berteriak, "Aku pulang, ya!", nyatanya dia hanya keluar pagar dan duduk di warung nasi. Terkadang, pulang hanya menjadi alasan untuk lari.

13.45 adalah harapan. Tarikan nafas kelegaan. Bel yang berbunyi nyaring seiring dengan dentuman jantung, terasa lebih merdu saat siang. Banyak yang terbayang pada "pulang". Latihan. Musholla. Perjalanan panjang ke rumah.

Dalam setiap langkah pulang, selalu ada cerita yang terjalin. Ketika tumit sepatu mencumbu aspal panas, selalu ada alasan yang membuat kita untuk terus bergerak memberi napas pada sol sepatu karet. Ketika terik menembus kulit, selalu ada alasan yang membuat kita terus bergerak membelah hari. Ketika angkutan umum tak kunjung tampak, selalu ada alasan yang membuat kita tetap menunggu. Pulang seolah memberi harapan baru.

Pulang seperti mengoreksi diri. Apa yang sudah dilakukan, apa yang telah dipelajari, siapa yang dijumpai, apa yang terjadi, apa yang dikatakan. Seperti menilai perjalanan satu hari. Tentang persimpangan yang telah dilewati, batu yang dilompati, jalan yang dipilih, pelajaran yang didapat, dan tentang konsekuensi. Pulang membuat kita berpikir tentang hari esok. Pulang juga berarti bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk membuat resolusi yang lebih baik, untuk kembali bermimpi dengan harapan yang masih segar.

Karena setiap hari adalah pelajaran.

Medan, tepat di sebelah tembok,
Yas

Wednesday, May 22, 2013

Perjalanan Pergi

Assalamualaikum.

Katanya, kalau sebuah kegiatan telah menjadi kebiasaan, lambat laun kita lupa alasan awal kita melakukannya. Seperti halnya bangun pagi. Kita hanya tau kalau kita harus bangun pagi. Kalau alasan anak sekolah, supaya bisa tepat waktu ke sekolah. Kalau alasan Mama mungkin beda. Beliau harus masak, beresin meja makan, bangunin anak dan suaminya. Setelah itu lanjut beres-beres rumah.

Jadi, setiap pagi selama nyaris 17 tahun ini, Mama adalah perempuan multi-talented, kalau bisa dikatakan begitu. Mungkin aneh, cupu, atau apalah, kalau anak kelas 2 SMA masih dibangunin emaknye. Tapi, bukankah ada rasa syukur waktu bangun tidur, yang pertama kita lihat adalah perempuan terhebat sepanjang masa?

Rutinitas yang sama setiap harinya. Bangun pagi, lihat tampilan muka di cermin sebentar, mandi, ganti baju, sarapan, pergi sekolah, pulang sekolah, mandi, tidur, bangun lagi, dan begitu seterusnya, dengan selipan ibadah wajib 5 waktu (walaupun lebih sering bolong). Mungkin dengan berjalannya waktu, akan ada bunga-bunga penghias di beberapa perhentian. Bunga-bunga yang mungkin akan kita sadari saat sudah berada cukup jauh. Atau bunga-bunga yang memiliki duri yang menusuk sampai ke ulu hati.

Nah, sebenernya, yang jadi pembahasan kali ini adalah perjalanan pergi. Bagaimana sebuah pagi menjadi judul baru atau bahkan bab baru. Terpaan sinarnya menjadi tinta segar yang melukiskan pelajaran. Bagaimana perjalanan 20 menit menuju sekolah membuat kita sejenak berpikir tentang apa yang harus dilakukan, tentang apa yang sebaiknya diucapkan, tentang penyelesaian alternatif saat sebuah situasi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Tentang orang-orang yang akan kujumpai hari itu. Tentang pelajaran yang harus kutaklukkan hari itu, tentang tugas yang terlambat kuserahkan. Tentang jadi apa aku setelah kutanggalkan seragam SMA-ku. Tentang sebuah harapan yang pertumbuhannya ada ditanganku, dalam keyakinanku, dalam keoptimisanku menjaganya. Tentang sebuah kisah yang kuharapkan permulaannya. Tentang pertemanan yang sedang kuusahakan selama hampir setahun berjalan. Tentang aku yang kemarin. Semuanya dalam 20 menit.

Perjalanan yang merupakan sebuah awal untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Seseorang yang mampu menerima dirinya sendiri dengan lingkungan lain. Perjalanan untuk lebih mengerti apa yang harus dan tidak boleh. Tentang pilihan juga. Perjalanan yang menyimpan banyak persimpangan. Perjalanan yang memberikan waktu untuk sejenak berpikir akan jadi apa aku kelak. Perjalanan yang tak terduga ujungnya, apakah sebuah ladang hijau dengan matahari tersenyum di sudut kanannya, atau jurang curam tiada berdasar?

Perjalanan yang awalnya kita tentukan sendiri. Akankah kita bahagia hari itu, atau hanya sekedar melanjutkan rutinitas biasa tanpa menanam benih bunga di setiap persimpangan? Karena Tuhan yang Maha Menentukan, tergantung kita menanggapinya dengan cara apa. Apakah bersyukur, atau mengeluh sepanjang perjalanan sampai lupa untuk memperhatikan nikmat terkecil yang diberikan?

Karena bahagia itu sederhana.

Medan, sudut kamar
Yas.

Tuesday, May 21, 2013

Hubungan Percakapan dan Ingatan

Hari monoton lainnya dengan kejiwaan yang nyaris mencapai kejenuhan teratas, sebuah percakapan sederhana namun menohok terjadi di sebuah ruang kelas di lantai atas, tepatnya meja ketiga deret ketiga pula. Dua makhluk, yang satu memiliki rezeki yang berlimpahyakni badan yang padat, sebut saja namanya Hilda. Sedang yang satu tampak kurus, entah karena makan hati atau memang cacingan, yang ini sebut saja Tias.

Tias: Da, kira-kira ingat gak, ya?

Hilda: Diakan gak sakit kali, berarti nggak.
T: Oo, berarti cuma yang sakit aja, ya, yang punya ingatan? Kasian, ya.
H: Nggak juga. Kalo bahagia kali pun pasti ingat.
T: Dia bahagia kali? Nggak mungkinlah. Aku nggak bahagia kali, nggak sedih kali juga, tapi ingat.
H: Halah, banyak cakap.
T: Lah, ini buktinya nggak nangis.
H: Yang ingat itu kalo nggak yang bahagia kali, yang sedih kali, ya yang emang pengingat.
T: Dia ingat gak?
H: Dia nggak senang, nggak sedih, nggak pengingat juga. Nggak.
T: Iya juga, ya, Da.
H: *bereng*

Jadi, sebenarnya ingatan itu punyanya siapa? Jadi, kenapa ingatan tidak bisa setidaknya membantu sebuah keadaan dalam masa krisisnya, putus misalnya? Okesip, ngawur. Bye!



Pojok kamar, meringkuk memeluk lepi
Iyas

Saturday, May 11, 2013

Childhood, Oh Childhood

Terkadang, waktu membuat kita mati kutu. Kalau merindu, tidak mungkin bisa kembali. Seperti sekarang, waktu bergelinding, aku siswi kelas 2 SMA, meringis mengingat masa kanak-kanak yang sudah mulai buram, karena tidak kumanfaatkan dengan baik untuk membentuk bongkah kenangan.

Berhubung aku bukan narator yang baik, mohon maaf kalau postingan ini terlihat membosankan.

Kalau tidak bisa memundurkan waktu, cara apa yang bisa membuat kita melupakan seberapa tuanya kita sekarang? Kenapa tidak mencari hal yang dulu pernah dilakukan? Mungkin berkunjung ke Pasar Malam, just the way I did tonight. Aku berhasil bujuk Mama ke Pasar Malam. Karena, kepala berasa mau pecah, ditambah penatnya hati sama badan selama beberapa minggu belakangan ini, aku mulai mikir, hal yang bisa buat aku lupa sekarang aku ini apa. Masa bodoh dengan gengsi. Justru, bertingkah layaknya anak kecil yang bahagia memberikan ketenangan tersendiri.

Berhubung ini malam Minggu, jadi bisa ditebak ramenya gimana. Bukan cuma anak-anak dan orangtua mereka yang nemenin, tapi ada juga yang seumuran samaku disana. Latar belakang mereka juga tidak mungkin sama. Tampak dari banyaknya pedagang yang turut memadati lapangan Gajahmada, entah itu makanan, atau mainan anak-anak. Awalnya aku ngira aku bakal jadi sedikit dari orang yang lupa umur, tapi ternyata ada banyak yang lupa umur. Mungkin bukan lupa umur, cuma capek sama rutinitas monoton yang tidak berujung. Beruntung malam ini cerah, jadi orang pun turut cerah.

Ada yang semangat ngeliat "Tong Setan", yang orang naik motor sambil geber-geber di lintasan yang mirip tong tapi versi gedenya, dan ada penonton yang nyawer di bagian atas tong. Ada yang naik kereta api mini, bianglala versi mini, terus ada juga rumah siluman. Rasanya seneng sekaligus miris, ternyata aku udah terlalu tua. Umur udah mau 17, tapi tingkah masih ababil. Terkadang, mikir, apa yang orang-orang dewasa di Pasar Malam itu pikirin. Apa mereka merasa nyesal karena dulu menolak datang ke Pasar Malam? Atau merasa bersyukur karena di jaman buah hati mereka ada hiburan rakyat kayak Pasar Malam ini? 

Tenggelam dalam keramaian Pasar Malam berdua sama Mama rasanya lucu. Dulu, waktu gandeng Mama, tangannya terangkat karena Mama tinggi dan aku cebol. Sekarang, tinggi kami hampir sama. Umur tak lagi sama. Aku lupa dulu senengnya main apa di Pasar Malam ini. Tapi, yang jelas aku ingat manisnya Arum Manis merah jambu yang unyu ini. Sayang aja, Mama nggak ngebolehin buat makan. Asik ngeliat bubuk yang ditabur pelan-pelan ngembang jadi kapas, dipunter-punter pake lidi jadi gumpalan manis merah jambu.

Terima kasih untuk malam ini, Ma. Setidaknya aku jadi sedikit lebih muda untuk beberapa jam. <3
Mainan yang diketapelin ke atas terus muter-muter
Medan,
Terperangkap dalam raga tua,
Yas

Tuesday, May 7, 2013

Expo

Assalamualaikum!!
Harusnya sih aku ngepost ini hari Minggu kemaren, tapi berhubung perasaan tak kunjung membaik, ya aku post aja sekarang, daripada nunggu enaknya tapi nggak enak juga kan repot. Nahloh.

Jadi, hari Jum'at, 3 Mei 2013, Festival Ekskul SMA se-kota Medan dalam rangka Hardiknas di PRSU dimulai, kami semua yang udah capek latihan dengan cuaca yang wah labilnya, dari panas terik sampe hujan banjir, akhirnya nampil untuk mempertahankan piala bergilir. Jadwalnya sih setelah sholat Jum'at dengan kata lain gadak tuh IP dari pagi, makanya yang nonton nggak serame tahun lalu karena mereka Jum'atan dulu atau nggak ya sekedar ganti baju dulu, tapi bukan berarti nggak meriah loh. Sangking meriahnya, yang main di panggung (termasuk aku) merinding pas ada perempuan yang tereak "SMANTIG!!!". Bayangin aja dia yang mimpin supporter. Badai gak tuh? Untuk dua menit pertama, kami bermain di bawah rintik hujan, menit berikutnya matahari mau ngeliat kami juga. Hehehehe. Alhamdulillah, penampilan sukses sampe akhir. Oiya, letak panggungnya beda sama tahun lalu yang agak di depan. Tahun ini itu letaknya ada di paling belakang PRSU, dan itu jauhnya dari gerbang nggak main-main, apalagi kalo panas terik. Jadi manusia rebus berjalan.

Hari Sabtunya, aku dateng lagi mau liat penampilan sekolah lain. Dengan baju+rok pramuka yang ngeogahin rempongnya, aku kesana. Saingannya lumayan bikin jedag jedug jeder. Setelah, penampilan selesai, kami duduk-duduk di kantin, cerita segala macem, dengan Kak Jum sebagai pembicara utamanya. *tsaahhh. Jadi, Kak Jum ini kalo udah ngelawak, rasanya lucu aja gitu, ya mau nggak mau ngakak. Kali ini yang jadi korban itu Alfi sama Kak Okky. Aku sih selamet, walaupun yah keserempet dikit sih. Keenakan ketawa, alhasil pulangnya sore, nyampe rumah malem. Emang anak gatau diri.

Lanjut, Minggunya, pengumuman. Bayangin aja hari Minggu yang harusnya bisa dipake buat tiduran seharian harus ke PRSU, nggak harus sih, tapi, yaa tetep aja. Nah, pengumumannya ini jam setengah lima, gerak dari rumah jam 3 janjian sama Helmi ketemu di sekolah gara-gara mau ke tempat temen yang ulang tahun. Bayangin lagi gimana gopohnya, untungnya satu arah. Alhamdulillah, nyampe ke dua tujuan itu dengan selamat dan insyaAllah nggak ada yang dikecewakan. Setelah di PRSU, masih ngomong-ngomong tuh. Sama kayak tahun lalu, kami duduk di depan panggung, sambil dzikir & doa dalam hati. Pengumuman festival ekskul itu dibacain paling terakhir, jadi ceritanya kami dibiarin jedag jedug nunggu pengumuman lomba festival ekskul, sementara mereka bacain pemenang lain.

Dan, sampailah pada pengumuman pemenang Festival Ekskul SMA se-kota Medan. Urutan pemenang dibacain dari yang paling bawah. Sampe ke urutan ke 4 dari bawah udah nggak keruan, masuk ke 5 makin gak keruan, dan ke 6....ALHAMDULILLAH, kami berhasil mempertahankan piala. Rasanya lega kali, nggak sia-sia merepet selama latihan, dimaki sama-sama, kena panas sama-sama, kena hujan sama-sama. Terharu, ganyangka kami bisa. Karena, rasanya mustahil bisa menang 3 tahun berturut-turut.

Terima kasih untuk semua pemain yang terlibat. Kita tim yang hebat! Terima kasih juga supporter Smantig yang oke punya! Kak Mun, Kak Jum, Bunda! Me love you!!!

Oiya, untuk video dan foto bakal aku upload secepatnya, ya. ^^

Medan, zona kini,
Yas

Wednesday, May 1, 2013

May!! May!! May I review?

Assalamualaikum!! Hakdes!!

Apakabar semuaa? *berasa banyak fans* Ciee, Mei nihyeeee.~ Sebelum melangkah dan bertindak, ada bagusnya kita liat kesalahan dan hal-hal yang perlu dibuang atau dibawa bulan ini.

April ini, gak banyak yang meriah karena sibuk latihan EXPO buat hari Jumat nanti. *aye!* Tapi, bukan berarti acara ulang tahun Depek gak asik ya. Asiknya asik deh pokoknya. April ini alhamdulillah banyak ketawanya, walaupun makan hati mengimbangi bahagia. Keseringan marah juga gabagus, yakan? Tapi, bulan ini malah sering naik darah. Ciailaaahh. Terus apalagi, ya? Oiya, DVD running-an sama Alfi, Arby, Rinaldi, Randi, Fadlan, Ririn, lumayan bikin sakit perut. Terus ada lagi, ngisi acara reuni di Grand Aston, itu asli, setelah pulang ngisi acara terus ngumpul sama orang sarap, ini pipi rasanya kebas! Heran.

Dan, bicara soal Mei. Sebenernya agak tebatuk-batuk sih. Hakjlebhore gitu. Tapi, yah, namanya juga manusia, berubah ya wajar. Mei ini gajadi setahunan deh. Ulalala. *nah loh, oke fine*. Ah, malah jadi bahas itu. Enceng, Wak!

Oiya, April kemaren si Om nikah. Selamat berkeluarga, Om!! Maaf, keponakan tercinta ini gakbisa datang huhuhu. Tapi, doanya dikirim kok. Hehehehe.

Jadi, teman-teman yang baik dan rajin berdoa, doakan kami untuk Expo tahun ini. Semoga kami bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh pihak sekolah.

Sa, Tam, Yul, Gek, Da, semualah kelen, cinta kali aku sama kelen! Muah! <3

Medan, kamar manis kamar,
Tegeletak kelaparan,
Yas