Pages

Thursday, February 28, 2013

Transformasi

The world as we have created it is a process of our thinking. It cannot be changed without changing our thinking.
― Albert Einstein

"Da, aku pengen ganti URL blogku."
"Jadi apa?"
"Ini, tinta jingga."
"Kenapa harus jingga?"
"Emmm, kalo langit pagi-pagi itu warnanya jingga, cantik."
"Halah"


Karena sebuah pagi identik dengan hari baru, walaupun dengan rutinitas yang monoton, bukan berarti pengalaman dan momennya akan sama. Buktinya, setiap pagi, warna jingganya beda, polesannya beda, malah kadang gadak warna jingganya sama sekali, mendung. Jadi, kalo hari ini bad day, bukan berarti besok juga bad day. Berlaku juga kebalikannya. Bukannya doain, tapi apa salahnya mempersiapkan diri untuk yang terburruk?

Inget nggak aku sering ngungkit tentang matahari pagi? Kalo udah jam setengah tujuh pagi, matahari yang keliatan dari rumahku seolah-olah lagi ngulet, ngerenggangin otot-ototnya, terpancarlah sinar jingga yang menyebar dari arah timur di sela-sela vihara deket rumah. Aku pribadi sih langsung good mood, dan hari yang baik selalu di awali dengan mood yang baik pula. Siapa coba yang nggak mau sepanjang hari itu senyum terus, bahkan sama ayam yang masih juga nggak bisa terbang ramahnya bukan main?

Rencana sih mau ganti headernya juga. Tapi, entaran deh, tunggu beneran mateng. Yaaah, emang masih nggak jauh-jauh dari bintang terbesar sejagad raya, sih, cuma ya, setidaknya nggak keliatan kalilah. #maksa

Jadi, dengan berubahnya URL blog ini dengan nama yang berhubungan dengan langit pagi yang berarti awal baru, aku harap blog ini nggak terlalu menye-menye kayak sebelumnya, dan bagi kalian yang membaca, semoga aku secara nggak langsung menyentuh hati kalian, dan dengan senang hati merapalkan namaku dalam doa kalian serta mendoakan kebahagianku. #teteupogahrugi

Oiya, ini udah akhir Februari ya? Tahun ini cuma sampe 28 aja kan? Jadi, yak selamat menunda ulang tahun ya buat yang ulang tahun tanggal 29, semoga diberkahi langkahnya. Amin.

Berhubung akhir bulan, sekalian putar balik aja ya~
Oke, ada apa Februari ini?
Ah, Anggi ulang tahun, dan kami dengan bangga menyatakan bahwa semua kejutan yang telah disiapkan dan diharapkan mengejutkan Anggi, GAGAL, gara-gara nggak sengaja ketemu si empunya hari pas di depan rumahnya habis beli mancis buat lilin. Super sekali. Tapi, yak selamat ulang tahun lagi Anggi!

Alhamdulillah, wasyukurillah, pementasan dua putaran kami sukses :') Aduh, terharu program yang sangat menyentuh hati dengan harapan bisa go national. Amin. Ulang tahun Temuga juga diadain di hari yang sama, tepatnya setelah pementasan putaran pertama, yang siang. Leganya bukan main, nggak nyangka sanggup hehehehe. Dan, yak selamat ulang tahun lagi Temuga!

Yaah, adalah beberapa "hiasan" yang....ah gitu deh *tersipu-sipu menjijikkan* Pokoknya, Februari ini sebuah anugerah yang luar biasa. Terima kasih untuk semuanya!

Medan, di bawah bintang glow in the dark, dalam jarak terjun air hujan
Love,

T

Monday, February 25, 2013

Letting Go

Moving on is not just forgetting, but also letting go. Letting go of the person who used to meant the world to you. Letting go of the person you gave your heart to. Letting go of the person you love the most. Letting go of the person who said would never leave. Letting go of the person who said would stay.

Bagaimana kalau tiba-tiba kenangan menyerangmu seperti kawanan kuda yang baru dibebaskan dari istalnya? Kemungkinanmu selamat dari terjangannya sangatlah kecil. Pahit memang menyadari semuanya sudah tidak punya arti apa-apa. Hari yang telah lalu hanya cerita. Tak peduli setahun pertemuan telah berlalu, cerita hanyalah cerita. Cerita nyata yang terasa layaknya ilusi. Tidak akan pernah ada "nanti" yang terjadi. "Kalau" hanyalah "kalau". Iming-iming manis sebagai hiasan.

It hurts to let go. Sometimes it seems the harder you try to hold on to something or someone the more it wants to get away. You feel like some kind of criminal for having felt, for having wanted. For having wanted to be wanted. It confuses you, because you think that your feelings were wrong and it makes you feel so small because it's so hard to keep it inside when you let it out and it doesn't coma back. You're left so alone that you can't explain. Damn, there's nothing like that, is there? I've been there and you have too. You're nodding your head. 
 Henry Rollins, The Portable Henry Rollins

Sunday, February 24, 2013

“Love looks not with the eyes, but with the mind.”
― William Shakespeare, A Midsummer Night's Dream
Ini gambarnya pake spidol di lantai kamar :p

Wednesday, February 20, 2013

Wonder―Don't Judge A Boy by His Cover

Jadi, kalau begitu alam semesta adalah sebuah undian lotere raksasa, ya kan? Kau membeli sebuah tiket saat dilahirkan, dan itu benar-benar acak, entah kau mendapatkan tiket yang bagus atau jelek. Semua itu hanya keberuntungan. 
Kepalaku berputar memikirkannya, tapi setelah itu ada pikiran lembut yang menenangkan, seperti interval rendah pada sebuah nada utama. Tidak, tidak, itu tidak acak. Seandainya memang sepenuhnya acak, alam semesta akan menelantarkan kita seutuhnya, dan alam semesta tidak menelantarkan kita. Alam semesta menjaga makhluk ciptaan paling rapuh dengan berbagai cara yang tidak bisa kita lihat. contohnya dengan orang tua yang memujamu secara membabi buta. Dan seorang kakak perempuan yang merasa bersalah karena bersifat manusiawi terhadapmu. Dan seorang anak bersuara berat yang ditinggalkan teman-temannya karenamu. Dan bahkan seorang cewek berambut pink yang membawa fotomu di dalam dompetnya. Mungkin memang sebuah lotere, tapi pada akhirnya alam semesta membuat semuanya impas. Alam semesta menjaga semua burungnya.”  Justin, Wonder (pg. 277)
 'Apa orang-orang masih terlihat sama saat ada di surga?'
'Entahlah. Kurasa tidak.' 
'Kalau begitu, bagaimana orang-orang saling mengenali?'
'Aku tak tau, Sayang.' Mom kedengaran lelah. 'Mereka hanya bisa merasakannya. Kau tak membutuhkan mata untuk mencintai, ya kan? Kau hanya merasakannya di dalam dirimu. Seperti itulah keadaan di surga. Itu hanya cinta, dan tidak ada seorang pun yang melupakan orang yang mereka cintai.'” Mom to August, Wonder (pg. 309)
Sebenarnya aneh juga, bagaimana kau bisa mengalami malam terburuk dalam hidupmu, tapi bagi orang lain itu hanya malam yang biasa.”  August, Wonder (pg. 374)
Tapi cara terbaik untuk mengukur pertumbuhan kalian bukan menggunakan inci atau jumlah putaran lari yang sekarang bisa kalian lakukan di lapangan, atau bahkan nilai rata-rata kalianmeskipun tentu saja semua itu memang penting. Melainkan apa yang sudah kalian lakukan dengan waktu kalian, bagaimana kalian memilih cara menghabiskan hari-hari kalian, dan siapa saja yang sudah tersentuh oleh kalian tahun ini. Itu menurutku, adalah pengukuran sukses yang paling hebat.” ― Mr. Tushman, Wonder (pg. 408)
Hai, selamat malam! Hari ini aku mau bahas Wonder, novel terjemahan karya R.J. Palacio. Novel ini mengisahkan tentang seorang bocah laki-laki bernama August Pullman yang menderita Mandibulofacial Dysostosis. Jadi, penyakit ini perbandingan terjangkitnya kira-kira satu banding empat juta. Kalau penasaran, bisa tanya Mbah Google, sok atuh.

Menjadi seorang August dengan kondisi seperti itu sama sekali bukan hal yang mudah. August ini awalnya tidak pernah sekolah di tempat umum, dengan kata lain dia home schooling sama orangtuanya. Karena, menurutnya, apa yang terjadi pada wajahnya akan menjadi kendala, melihat apa yang sudah terjadi pada banyak orang yang baru pertama kali melihatnya. Kebanyakan akan menjerit histeris seolah-olah baru melihat alien atau makhluk menyeramkan lainnya. Sepanjang masa kanak-kanaknya sebelum sekolah, August yang lebih sering disapa Auggie ini punya teman dekat bernama Christopher yang tidak memiliki masalah dengan hal itu, tapi, tokoh Christopher ini tidak terlalu sering muncul ataupun berdialog. Selain itu dia juga mempunyai keluarga yang peduli dan menyayanginya dengan tulus.

Namun, tanpa sepengetahuannya, orangtua Auggie mendaftarkannya di sekolah umum yang berbeda dengan sekolah Via, kakaknya. Setelah mendapat penjelasan, Auggie mau mencoba dengan syarat dia bisa berhenti kapanpun dia mau. Auggie mengalami masa-masa sulit pada awal tahunnya. Meskipun dia memiliki beberapa teman yang ditugaskan kepala sekolah untuk menemaninya―Jack, Charlotte, Julian, tetap saja tidak semua orang mau berteman ataupun dekat-dekat dengannya, seakan-akan kalau mereka tanpa sengaja menyentuhnya, orang itu akan terjangkit penyakit yang sama keesokan harinya. Hanya Summer dan Jack yang tetap mau berteman dengannya saat semua orang enggan dekat-dekat dengan Auggie.

Tapi, semua hal itu tak lantas membuat Auggie benar-benar menyerah, walaupun sebenarnya dia hampir menyerah. Auggie melewatinya dengan santai dan menganggap semuanya adalah hal yang biasa dia jumpai. Ya, Auggie memang terbiasa berpura-pura tidak melihat ekspresi orang-orang saat melihatnya, dia terbiasa mendengar desas-desus yang terjadi di belakang kepalanya. Dia ahli dalam hal itu.

Seiring berjalannya waktu, Auggie menemukan teman-teman yang bersedia membantu dan melindunginya. Dia merasa sangat beruntung karena hal itu.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari buku ini. Bagaimana seharusnya kita mensyukuri nikmat Tuhan pada diri kita. Bagaimana harusnya kita memliki semangat seperti Auggie. Auggie adalah bocah hebat yang bisa bertahan dalam lingkungan sekolah yang mulanya tidak bersahabat dengannya. Dia sukses melewatinya tanpa harus benar-benar menyerah.

Oh, iya, Auggie memasuki kelas bahasa Inggris yang diajar oleh Mr. Browne yang meminta mereka untuk membuat pedoman hidup mereka sendiri. Pedoman-pedoman itu yang kemudian akan menyanggah kita pada apa yang ingin kita raih dan bisa menjadi pondasi yang cukup kokoh apabila kita benar-benar menjiwainya.

PEDOMAN KARTU POS AUGUST PULLMAN
Seharusnya semua orang di dunia ini mendapatkan sorak sorai penghormatan setidaknya satu kali dalam hidupnya, karena kita semua berhasil menghadapi dunia.

Semoga ini bisa menginspirasi kita, dan kalau singgah ke toko buku, jangan sungkan-sungkan untuk langsung mencari dan membawanya ke kasir!


Medan, ruang tamu banyak nyamuk
Selamat membaca!

TS

Monday, February 18, 2013

Komburita


Always bear in mind that your own resolution to succeed is more important than any one thing.” 
― Abraham Lincoln
Assalamualaikum! Tidak ada yang lebih menyenangkan selain ngelewatin satu program!! Alhamdulillah Komburita sukses untuk yang kedua dan yang ketiga kalinya. Terima kasih atas doa dan dukungannya, pementasan kami gak ada apa-apanya tanpa doa dan dukungan para alumni, penonton dan semua yang terlibat di dalamnya, baik pelatih, pembina, pengurus, koordinator sama anggota lainnya.

Ternyata kita bisa menggemparkan Taman Budaya sekali lagi. Rasanya, antara terharu sama gak nyangka kalo mampu hehehehe. Pementasan kali ini sekaligus menyambut hari jadi Temuga yang ke 14 tahun. Kira-kira masih SMP lah, bentar lagi SMA.

Jadi, inilah keluarga Komburita, ada sang Raja, Liu-liu, Ibu Suri, Mentri, Peramal, Guru, Rakyat, Hulubalang, Penari, Leka, Dayang-dayang, dan Dukun.

Komburita
Setelah salam teater yang terakhir rasanya lega, seneng karena bisa lancar. Ternyata tidak terlalu mengecewakan. Ya, moga aja bisa lanjut ke tahap nasional. Amin.

4 hari pulang malam terbayarkan sudah. Sebenernya, yang buat semangat dipanggung itu tetep ada adalah semangat dari penonton. Kalo penontonnya meriah, pasti langsung seger hahahaha

Di sini aku jadi guru darah Batak, tapi marganya nama penyakit alih-alih marga Batak. Nyedihin memang ya-_-. Aku sama Ririn berdua jadi guru, bedanya Ririn darah Jawa. Kami bantu Hulubalang nyari tempat persembunyian Leka supaya bisa nemuin calon istri si Raja, Liu-liu. Kami berasa Dora versi teatrikalnya.

Guru beserta peta :P
Terima kasih untuk yang sudah meluangkan waktunya buat nonton pementasan kami ini. Semoga kita bisa mempertahankan Taman Budaya beserta kreasi di dalamnya.

Dan, selamat ulang tahun untuk Temuga yang ke 14 tahun. Semoga tetap bisa menjadi Teater Pelajar di jalan yang benar, semoga kita bisa tetap bertahan dalam kondisi yang paling parah sekalipun. Semoga silaturahmi antar anggota dan alumni bisa tetap terjaga.

Akakis!!
You’re not obligated to win. You’re obligated to keep trying. To the best you can do everyday. 
 Jason Mraz
Medan, 18 Februari 2013
Seragam masih melekat di badan,
Salam budaya,

TS

Monday, February 11, 2013

Hari Anggi

“Friendship is born at that moment when one person says to another: "What! You too? I thought I was the only one.” 
 C.S Lewis

Perkenalkan, nama perempuan macho ini Anggi Fitriani Batubara, dulu pas kenalan, panggilannya Anggi, terus berubah jadi Gonggi, kadang Anggek, terus pas SMA jadi Bebe, kadang juga dipersingkat jadi Bek, sekali-sekali Bey, tapi di antara semua nama panggilan tersebut, lebih enak manggil dia "Lek". Kenapa aku menyebutnya perempuan macho? Karena cerita punya cerita, dia terlahir sebagai seorang perempuan, yang kemudian seiring dengan berjalannya waktu, aku rasa jiwa perempuannya mulai memberontak dan berevolusi menjadi sedikit lebih macho. Jadilah, Bebe sang perempuan macho. Dari marganya aja kita udah tau, kalau dia jelas bukan orang Jawa yang kemayu. Terkadang wedok satu ini berbicara dengan level volume setara band aliran hardcore, karena emang selera musiknya begitu, kadang aku malah ngira dia lagi denger orang masuk angin (maaf ya, para pecinta musik). Mohon dicatat, cara bicara makhluk satu ini cukup menular ya buat aku. Aku bisa jadi sangat "Medan", if you know what I mean. Satu lagi, dia juaranya ketawa. Dahsyat, bo'.

Awal kenalan dulu gimana ya? Ah, gini, waktu itu kalo gak salah kelas 1 SMP, kebetulan kami nggak sekelas, aku 7-2, dia 7-6, kelasnya di gedung depan. Dia itu temen sekelasnya Ririn sama Asha, jadi pas aku di kantin, dia sama Ririn lagi di situ juga, aku lupa gimana kalimat awalnya, pokoknya temenku ada bilang, "Eh, Rin, kembarannya ya?", nunjuk ke Bebe. Ntah bagaimana ceritanya, tapi angin membawa kami ke tukaran-nomor-hp-momen. Aku yang pertama sms dia kalo nggak salah isinya, "Gonggi, ini Tias. Inget kan?". Dulu itu lagi heboh-hebohnya send all sms gak penting. Jadilah kami menjadi gak penting sama-sama. Makin lama, kami makin akrab, tapi (alhamdulillah) tidak pula menjadikan kami pasangan sesama jenis.

Dari pertama kali kenal sampe sekarang, kami nggak pernah sekalipun satu kelas, waktu kelas 8, aku di 8-1, dia di 8-2, kelas 9, aku di 9-1, dia 9-3, terus sekarang aku di SMAN 3, dia HARSA. Ekskul pas SMP juga gak sama, aku Pramuka, dia Musik. Tapi, ya gitu insyaAllah tetep keep in touch satu sama lain, walau pun sekali ngobrol kayak ibu-ibu nawar kain di Petisah. Recok. Di mulai dari kelas 9 kami sering pulang naik becak bareng, awalnya sih gara-gara pengen cerita sambil jalan pulang, pertama ke rumah Bebe dulu baru ke rumahku biar ceritanya lama. Padahal kalo dipikir-pikir, rumahku kemana rumah dia kemana. Acara ngegossip di becak pun jadi ritual sepulang sekolah. Apa aja diceritain, biasalah, anak SMP, lagi labil-labilnya. Tukang becak pun jadi pendengar setia cerita kami.

Biasanya, sebelum pulang, kami suka makan di SD Pertiwi, kadang bakso, mi ayam bakso, atau nggak mi Bu Ila. Kalo dia makan bakso atau mi ayam, jangan tanya cabe ijonya berapa sendok. Itu kuah dari bening sampe ijo pekat. Minumnya sih biasa Pop*** rasa sirsak (sensor sikit gakpapa deh ya *gaya*). Belakangan dia juga heboh tereak-tereak kangen bakso kojek jajanan SD-_-

Yang buat enak ngomong sama Bebe itu, kalo kita lagi cerita yang awalnya adalah cerita mengharu biru menyayat hati, tiba-tiba dia memotong dan merubah cerita tersebut jadi cerita yang bikin sakit perut gara-gara ketawa alih-alih nangis bombay. Dia juga kalo nyeritain cerita aliran action (re: berantem), nggak ada serem-seremnya. Selain itu, kalo diajak curhat, jamin, nasihatnya gadak duanya. Ampuh menyadarkan dan naik darah perkara dimaki habis-habisan sekaligus diledekin setengah idup. Sampe sekarang, bakat ngemaki sama ngelecenya itu nggak ilang. Doi ngomong gak pernah muluk-muluk, ya kalo mau ngatain orang dablek, yaudin, di-dablek-in itu manusia.

Pokoknya jarang deh ada perempuan macho yang kayak wayer kesiram air/korslet, kayak Bebe.

Catatan untuk yang belum menjadi wanita seutuhnya:
Hai, adinda kunyukku Anggi, lama tak bersua. Tak taukah dirimu aku merindukanmu? (Ngejijiin ya? Etapi, kok gak menyentuh kayak biasanya ya?)

Selamat berkurang kontrak hidup yang ke 16 kalinya ya, Be. Jauh jarak sekolah bukan berarti kita jauh ya. Kita masih bisa kok cerita-cerita kayak masa-masa SMP dulu. Tapi, perlu juga kayaknya kita pulang berdua lagi. Aku lupa rasanya kita berbagi cerita keluh kesah gundah gulana haru biru menyayat hati dari pertama naik becak sampe akhirnya terpaksa berhenti di depan gerbang rumahmu, dan kemudian kita melambaikan tangan tak rela harus berpisah kala itu (asli, lebay).

Kurang unyu apa aku mengenang masa-masa romantis kita dulu? (hakcuih!) Jadi, have a great 16th, honey, bunny, sweetie, unyukunyuk kupret!! Semoga semua mimpi dan cita-citamu tercapai dengan cara yang halal, amanah dan juga barokah. Semoga makin macho dan menjadi wanita seutuhnya (nahloh). Kita perempuan super!
Anggi 2010
Anggi (kiri) 2011

Biarpun kejutannya failed, yang penting sensasinya! #ogahrugi. :*
“Friendship is the hardest thing in the world to explain. It's not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything.” 
 Muhammad Ali
Medan, harinya Bebek
11 Februari 2013

Lots of love,
Tias

Sunday, February 10, 2013

Merajut Mimpi

Hai, selamat pagi, selamat hari Minggu!

Semalam dapat kiriman buku dari Mbak di Jogja tentang panduan akademik gitu. Setelah liat isinya agak ter-wah-wah. Ternyata materinya nggak sedikit. Coba ngeliat ke Pertanian, eh kok ada fisikanya, emang nanem toge harus pake momentum sudut ya? Ilmu Budaya sama Komunikasinya bikin ngiler HAHAHA tapi ntar repot, duh derita.

Panduan Akademik 2009, Program Sarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Cita-citaku apa juga belum jelas, jadi gimana mau mantepin kedepannya, yakan? Tapi, untuk yang satu ini harus yakin, kalo gak kesampean ya mungkin emang nggak rejekinya di situ. Ada magnetnya sih yang narik kesitu :p Ah, udah ah hahaha


Oh iya, tadi pagi ada gethuk, terus Mama bilang gini "Dek, ini makan, ntar di Jawa kamu makannya ginian semua.", amin deh amin, bukan amin makan itu, tapi, amin ke Jawanya :p

Tapi, bener, pengennya kesitu, berarti mulai sekarang harus dipersiapin nilai sama ilmunya. Kalo nggak gitu pasti kedepannya kalang kabut. Ternyata ini yang dirasain anak kelas tiga.....

Harus mulai belajar mandiri supaya ntar nggak repot tinggal sendiri di sana. Sedih ya kalo ngebayanginnya. Udah terbiasa tinggal sama Mama, ntar kalo sendiri gimana? Aduh, nggak kebayang deh. Yah, semoga aja bisa nyampe ke sana, dan nyusul Mbak yang udah lebih dulu merantau.

Semangaaattt!! *pasang ikat kepala*
“The future depends on what you do today.” 
 Mahatma Gandhi
 Medan, pagi sejuk
Cheers,

TS

Sunday, February 3, 2013

Jingganya Pagi, Gulitanya Malam

Lama tak menyapa matahari. Beberapa hari ini terperangkap di kamarku sendiri. Tidak menyaksikan goresan tinta jingga di ufuk timur. Aku ragu apakah indahnya masih sama? Besok pagi harusnya aku bisa kembali mengagumi coretan Tuhan di langit timur. Semoga saja pesonanya tidak pudar termakan polusi.

Aku masih ingat bagaimana aku menikmati setiap lekukan yang tercipta. Tidak ada gelombang yang seindah jejak matahari pagi. Hangat. Sehangat jejak jemari yang pernah singgah di jariku sendiri. Perpaduan sempurna yang menciptakan bahagia tersendiri. Tapi, bahagia ini tidak pernah hilang, kecuali awan hitam berarak menyelimuti semesta, menghapus jingga dari langit.

Bahkan, matahari pun bisa hilang ditelan malam. Malam yang kadang menghadirkan anak matahari, konstelasi bintang menakjubkan, atau bahkan kadang gulita tanpa titik putih.

Mataharipun memiliki waktunya untuk tenggelam, membiarkan malam menunjukkan sisi gelapnya. Menyerahkan sedikit cahayanya pada bulan yang remang. Aku tetap merindukan matahari.
“A day without sunshine is like, you know, night.” 
 Steve Martin
Medan, malam tanpa titik
Salam,

TS

EDIT:
Malangnya pagi tadi tidak tampak goresan tinta jingga keemasan di langit. Mendung, bahkan hujan mengguyur Medan. Kerinduanku akan langit pagi terpaksa kutunda luapannya.

Senin, 04 Februari 2013
Medan, meja ketiga dari depan berdampingan dengan tembok merah muda,

TS

Friday, February 1, 2013

It's Review Time! Hop hop

Assalamualaikum! Hai~

Kayaknya telat amat ya baru jam segini nge postnya. Tapi, mau gimana lagi, baru bisa bangkit akunya.

Akhir bulan Januari dan awal bulan Februari tekapar tak berdaya dengan gejolak dahsyat di perut. Rasanya, teramat sangat tidak menyenangkan! Ngeluarin cairan lambung yang sangat menyiksa itu nggak ada enaknya. Kasihan aku.

Ah, yasudah lah. Mari kita flashback! *tsaaah*

Januariku punya awal yang bagus, ngumpul sama angkatanku yang wah aja recoknya. Bakar-bakar makanan, berdendang dengan pedenya padahal suara kayak lomba balap karung─kejer-kejeran, disambung sama menghias langit pake percikan kembang api. Awal baru untuk kami tentunya.

Januariku juga penuh dengan kenangan yang diperbaharui. Akhirnya punya quality time yang sangat susah didapetin sama temen lamaku. Mengenang masa-masa SMP dulu emang lucu, tapi kangen. Ya, wajarlah kangen, sekarang aku udah SMA, ada hal yang gamungkin lagi aku lakuin di umur segini. Tapi, selagi orangnya masih ada, kenapa nggak memperbaharui memori kita? Ternyata kami masih punya kekuatan buat bertahan sejauh ini. *terharu*

Januariku indah. Aku sudah berusaha bergerak sejauh ini. Meninggalkan apa yang harus ditinggalkan. Tapi, tidak semudah meninggalkan piring kotor di rumah makan. Masih ada "hantu-hantu" yang menggelayuti langkah kakiku. Masih ada setitik ketidakrelaan. Tapi, toh untuk apa juga terus menerus diratapi?

Ohiya, ada yang ketinggalan. Januari ini juga drama radioku mengudara. One step forward! InsyaAllah lanjut terus. Amin.

Februari udah nyampe. Terus sekarang apa? Ada progja yang harus dituntaskan bulan ini. Doakan kami!

Cheers!

Medan, room sweet room
TS