Pages

Sunday, February 3, 2013

Jingganya Pagi, Gulitanya Malam

Lama tak menyapa matahari. Beberapa hari ini terperangkap di kamarku sendiri. Tidak menyaksikan goresan tinta jingga di ufuk timur. Aku ragu apakah indahnya masih sama? Besok pagi harusnya aku bisa kembali mengagumi coretan Tuhan di langit timur. Semoga saja pesonanya tidak pudar termakan polusi.

Aku masih ingat bagaimana aku menikmati setiap lekukan yang tercipta. Tidak ada gelombang yang seindah jejak matahari pagi. Hangat. Sehangat jejak jemari yang pernah singgah di jariku sendiri. Perpaduan sempurna yang menciptakan bahagia tersendiri. Tapi, bahagia ini tidak pernah hilang, kecuali awan hitam berarak menyelimuti semesta, menghapus jingga dari langit.

Bahkan, matahari pun bisa hilang ditelan malam. Malam yang kadang menghadirkan anak matahari, konstelasi bintang menakjubkan, atau bahkan kadang gulita tanpa titik putih.

Mataharipun memiliki waktunya untuk tenggelam, membiarkan malam menunjukkan sisi gelapnya. Menyerahkan sedikit cahayanya pada bulan yang remang. Aku tetap merindukan matahari.
“A day without sunshine is like, you know, night.” 
 Steve Martin
Medan, malam tanpa titik
Salam,

TS

EDIT:
Malangnya pagi tadi tidak tampak goresan tinta jingga keemasan di langit. Mendung, bahkan hujan mengguyur Medan. Kerinduanku akan langit pagi terpaksa kutunda luapannya.

Senin, 04 Februari 2013
Medan, meja ketiga dari depan berdampingan dengan tembok merah muda,

TS

No comments:

Post a Comment