Pages

Monday, March 17, 2014

Sebuah Cerita dari Balik Dinding

Menyenangkan rasanya ternggelam dalam rengkuhan yang kuciptakan sendiri. Menjalari hangat yang menyelinap di antara sergapan dinginnya tembok di sekelilingku. Butir-butir rasa nyaman yang kupungut satu per satu di jalan yang mulai terlupakan. Entah aku yang terlalu sensitif atau memang aku yang selalu di belakang.

Aku merasa terlampau monoton, terlampau konsisten dalam arti yang tidak menyenangkan, aku nyaris bisa menebak kemana angin akan membawa kisah yang kuhadapi. Aku tidak menyalahi apa-apa, atau siapa-siapa. Aku hanya...mungkin aku hanya lelah. Sangking lelahnya, aku buta arah, tak lagi tahu kemana harus berlari, tak lagi tahu kemana harus pulang.

Sunday, March 2, 2014

Karena untuk sejenak saja, saya terlena karena merasa begitu penting bagi orang lain. Dan untuk kesekian kalinya, saya merasa begitu menyedihkan, karena harus kembali tertipu. Karena, kemana pun saya berlari, sepertinya akan menemukan hal yang sama. Saya lemah akan iming-iming kata-kata manis. Saya lemah akan segala tindak pencitraan-ala-caleg. Untuk yang entah ke berapa, saya tertipu.