Pages

Sunday, December 29, 2013

Farewell Trip to Bukittinggi

Assalamualaikum! Look who's finally posting!

Desember udah mau habis, tahun 2013 juga udah mau tamat. Saya lega, akhirnya semuanya bisa kembali ke keadaan yang lebih baik, setidaknya saya bisa bernafas sedikit lebih lega, walaupun tahun depan saya ngos-ngosan lagi ngadepin status baru, mahasiswi cuuuyyy. Amin!

Tapi, sebelum kesanakan harus ujian dulu. Ujian Semester 1 udah lewat dengan baik, hasil rapor yang...yah lumayanlah. Alhamdulillah, semua tuntas, ndak ada remedial. Semester ini kayaknya lempang aja. Kayak bukan ujian gitu perasaannya, padahal ndak tau sukses apa ndaknya.

Friday, November 29, 2013

Pensiun

Assalamualaikum!

Akhirnya kami ada dipenghujung masa jabatan sebagai pengurus Temuga. Udah setahun juga ternyata ngurus Temuga, dan 3 tahun jadi bagian dari Temuga. Mulai dari adik paling bungsu yang mengkek, anak tengah mau tidak mau harus berdiri sendiri, dan menjadi anak sulung yang harus melindungi dan membimbing adik-adiknya.

Terlalu banyak cerita yang terjadi dalam keluarga sederhana saya yang kedua ini. Mulai dari merasa dikucilkan, dipojokkan, dibenci, bahkan disayangi, kami merasakannya bersama-sama. Saya mengenal arti saudara di sini, rasanya saya sudah hapal gelagat orang-orang di angkatan saya. Semua sifat ada, tapi syukurnya itu yang membuat kami merasa kami harus saling melengkapi untuk membuatnya sempurna. Kebersamaan kami tidak ada artinya tanpa didampingi Bunda Reni, Ayah Jum, Kak Mun.

Monday, October 7, 2013

Heyhow

Heyhow. It's been a week from the first day on October, and I don't feel like writing these days. I don't know, I lost my will to write about my day. Well, no one would waiting for that. Yah, daripada tidak sama sekali.

Saya nyaris lupa dengan apa yang saya alami bulan lalu. Yang saya ingat, saya bertambah tua, seseorang melangkah pergi, dan saya belajar mengikhlaskan sesuatu setelahnya. Saya rasa saya harus berterima kasih atas semua kue yang diberikan beriringan dengan doa yang dipanjatkan.

Thursday, September 19, 2013

Tanpa Penerima

Assalamualaikum, yang tak mungkin saya sebut namanya secara gamblang di sini

Sebelumnya saya minta maaf, kalau saja postingan kali ini sedikit menjijikkan. Saya tidak mau dianggap sebagai blogger galau menyedihkan yang ceritanya melulu tentang hati. Sekalipun itu benar, saya menolak mengakuinya. Karena, coba Anda bayangkan, rasanya akan sangat menggelikan mendapati dirimu ternyata begitu menyedihkan hanya bersebab hal sepele.

Ah, saya lupa, untuk mempermudah tata bahasa saya, bagaimana kalau saya panggil Anda dengan 'Tuan Muda'? Biarlah orang-orang menebaknya sebagai siapa. Nasib baik kalau Tuan tanpa sengaja membacanya dan tidak menyalah artikan semua kata-kata ini. Tapi, kalau boleh jujur, saya sedikit malu mengeluarkan pikiran saya dalam lembar maya ini.

Sunday, September 15, 2013

Turning 17!

Assalamualaikum!

Selamat tanggal 15 semuanya! Alhamdulillah, masih diizinin buat bernafas di bumi-Nya. KTP baru!! *eh

Jatah hidup udah bekurang, tapi masih banyak yang harus dikejar, masih banyak yang harus dibenahi, masih banyak mimpi-mimpi berserakan yang harus diwujudkan. It's 17. Umur udah nambah 1, tapi apa yang sudah saya lakukan sejauh ini? Saya rasa belum banyak yang berarti. Perjalanan saya menuju 17 tahun memiliki persimpangan yang menjebak. Saya bertemu dengan orang-orang yang menjadikan pemikiran saya seperti sekarang, menjadikan hati saya begini, dan menempah saya menjadi orang yang seperti ini.

Sekarang saya tidak menyesal atas apa yang telah terjadi sebelumnya. Karena, kalau semuanya tidak terjadi seperti apa yang sudah-sudah, saya rasa yang menulis ini bukan diri saya yang sekarang. Saya bersyukur telah dipertemukan dengan orang-orang hebat yang mengubah pandangan saya. Siapa pun kalian, di mana pun kalian berada, bagaimana pun keadaan kalian, terima kasih.

Terima kasih, atas segala ucapan dan doa yang dihantarkan untuk saya, sekalipun rata-rata doanya "jodoh", padahal saya butuh lebih banyak doa tentang "UN" dan "PTN", saya tetap berterima kasih. *gak tau diri* XD

With love,
Tias Septilia

Tuesday, September 3, 2013

Ah, Sudahlah

Assalamualaikum.

Kasihan sekali saya. Belakangan ini saya seperti terserang entah-apa-namanya yang menyebabkan otak saya enggan untuk bekerja sedikit lebih keras dari biasanya. Bahkan saya kehabisan bahan tulisan dan akhirnya blog ini teronggok tanpa ada sesuatu yang baru dan menyegarkan. Kemampuan mem-verbal-kan-sesuatu saya semakin parah. Sebuah kalimat terdengar jauh lebih baik saat masih berada di dalam kepala saya, namun seketika itu juga lidah saya terbelit saat mengutarakannya. Saya memang payah.

Belakangan ini juga saya menjadi lebih produktif dengan menghasilkan coretan-coretan yang jauh dari kata menarik. Tapi, setidaknya saya berhasil menuangkan ekspresi di dalam otak saya ke selembar kertas, sekalipun hasilnya jauh dari imajinasi saya. Saya juga heran kenapa bisa begitu. Bagaimana bisa saya membayangkan menghasilkan sebuah karya yang cukup bagus, namun ketika saya realisasikan, hasilnya malah awut-awutan.

Saturday, August 31, 2013

The August

Assalamualaikum. Alohai!

Agustus sudah di ujung tanduk. Melelahkan sekali Agustus tahun ini. Saya ngos-ngosan, bukan secara harfiah.

Di bulan Agustus inilah saya dihadapkan oleh kenyataan yang entah menyenangkan atau menyeramkan, saya kelas XII SMA dengan kurikulum yang baru. Bayangkan saja, hari SABTU harus pulang kayak hari biasa. Menyenangkan sekali. Seakan belum cukup buruk, saya teringat kalau saya akan menjalaninya selama 2 semester. Tapi, ya jalani aja. Itu yang dikasih Tuhan.

Monday, August 26, 2013

Drown me with books, you got my imagination's box open.
Drown me with words, you got me daydreaming.
Drown me with the painting of the world, you got me traveling with closed eyes.

Friday, August 16, 2013

Hidayah dari Jawa

Assalamualaikum, Dunia!!!

It's a very very very late post. Tapi, gakpapa deh, sudah terlalu banyak yang ingin saya ceritakan, sangking banyaknya saya sampe lupa apa yang mau saya tulis.

Jadi, selama 1,5 bulan merantau di Jawa, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga serta hidayah yang menyadarkan saya. (Duh, bahasanya apa banget). Semakin lama saya di Jawa semakin besar pula rasa sayang saya terhadap kedua orangtua dan kakak-kakak saya. Sulit membayangkan bagaimana hidup sendirian tanpa mereka.

Wednesday, July 31, 2013

July's Adventure(s)

Assalamualaikum!

Wuah, Juli tampaknya berakhir dengan baik. Nggak terasa udah di penghujung Ramadhan ditengah sejuknya hawa Jogjakarta.

Juli merupakan bulannya bertualang! Dari Bandung, Jakarta, pinggiran Bogor, Jogja, Banjarnegara, pinggiran Solo, Temanggung, Jogja lagi. Banyak pelajaran yang didapat, pengalaman juga gak kalah banyaknya. Lebih dekat dengan keluarga eyang, J. Soewito dan Elisabeth Sahirminah, serta kakak saya. Melihat segala sesuatunya dengan sudut pandang berbeda, memposisikan diri sebagai permerhati yang budiman. Saya bersyukur bisa mengunjungi para "sesepuh" yang mengubah pandangan saya, membuat saya lebih mencintai keluarga saya di sini, di rumah ini.

Tak hanya mengenal keluarga utama, saya juga lebih mengenal keluarga kedua saya, Temuga. Satu minggu berjuang bersama adalah pengalaman yang amat berharga, yang akan saya rindukan saat saya disibukkan oleh kegiatan monoton di tahun-tahun berikutnya. Bahkan, sekarang, saat semuanya masih berjalan seperti biasa, saya sudah merindukan keluarga ajaib saya itu. Ayah, Bunda, saudara-saudara saya.

Juli ini juga diwarnai oleh ulang tahun manusia super ini:
Akbar, 7 Juli; Selamat ulang tahun, Bar hahaha!
Yuliandari, 8 Juli: Semoga cepat waras!
Vennasa, 12 Juli: Keep shining, Baby!

Love,
T


Wednesday, July 17, 2013

Trip!

Assalamualaikum hai hai!!

Wah sudah ada sarang laba-laba. Apa cerita? Jadi, setelah satu minggu perantauan di Bandung dengan penampilan yang luar biasa disertakan pengalaman luar biasa pula, saya langsung hijrah ke Bogor dan cus ke Jogja. Luar biasa kan?

Eh, eh, tapi ada apa di Bandung? Merupakan sebuah pengalaman yang tidak terbayarkan bisa bermain di atas panggung Gedung Sunan Ambu STSI sebagai perwakilan dari Sumatera Utara di antara 31 peserta lainnya. Selain pengalaman, kita juga ketemu orang-orang dari pulau seberang; Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Papua, dan lainnya. Walaupun kami tidak membawa pulang penghargaan apapun, setidaknya kami telah menampilkan yang terbaik yang bisa kami tunjukkan. Terima kasih Temuga!

Sunday, June 30, 2013

Hah

Assalamualaikum, haiiii.

Wah, sangat tidak terasa besok tanggal 1 Juli. Bulan ini berlalu sangat padat, sambar sana sambar sini. Sedikit ruang buat tarik nafas.

Aku ndak ikut perpisahan kelas tahun ini, sebagai gantinya ke Panyabungan sama Bunda dan makhluk lainnya. Sebenernya bukan liburan sih, kesana sekalian belajar sama latihan juga. Kemaren juga udah terima rapor yang hasilnya buat tarik nafas. Ndak ngerti deh liat nilai. *bakar rapor*

Aku ndak mau ambil pusing sama cerita yang telanjur selesai sebelum mulai. Kalo emang jodoh kan ndak lari kemana. Biarpun aku mengelana sampai ke Jawa sana.

Oiya, selamat menjadi anggota Temuga seutuhnya angkatan 14! Selamat ya, adik angkat, Ruri Arindri. Semoga menjadi adik yang baik dan nggak bikin malu. Hehehe. Sok banget aku ya sementang senior paling tua. :))

Selamat ulang tahun buat Arby tanggal 13, Upek tanggal 14, Eky tanggal 22. Terus juga Mbak Rere tanggal 29 kemaren. Me love you, Sistaaa! Syelamat buat kaliaaan! Bunch of love. <3

Ndak bisa cerita banyak nih. Udah lupa juga kemaren-kemaren ngapain aja.-_- Yang jelas, insyaAllah, lusa berangkat ke Bandung. Nggak nyangka bisa sampai ke tahap ini. Sekalipun sampai bercucuran air mata, sesenggukan, sesak nafas. Semoga latihan kita kurang lebih satu bulan ini bisa bermanfaat dan kita bisa memberikan hasil yang terbaik. Tim Sumut! Akakis! Bismillah.

Hugs!
Yas

Sunday, June 23, 2013

Kan kukujungi kota yang menyimpan tanya, biar kutelusuri jejakmu. Kujelajahi tiap sudutnya, biar kubentuk kenangan baru. Kalau memang Tuhan mengijinkan, akan kulukis jalanan Jogja dengan cerita baru. Bismillah.

Untuk sebuah cerita yang berakhir tanpa awal, mari kita melukis dan berlari mengejar mimpi bersama walau terpisah pada persimpangan. Setidaknya, mari berlari sebagai teman.

Saturday, June 15, 2013

Saya Butuh Mental

Assalamualaikum. Hai, selamat malam.

Kalian pernah merasa suatu masalah terasa amat kompleks di dalam otak kalian, padahal itu hanya masalah kecil yang tidak penting? Saya pernah. Saya memiliki masalah dalam memproyeksikan satu hal sepele menjadi hal yang terasa sangat berat di kepala saya. Sebuah pemikiran yang membunuh saya setiap malam, membuat saya kehabisan nafas karena sesenggukan. Saya tenggelam selama satu minggu belakangan tanpa saya tau kenapa saya bisa tenggelam.

Tapi, saya hampir tidak pernah merasa sesesak tadi, selemas tadi, bahkan sampai tidak saya rasakan lagi kekuatan di lutut saya. Saya meledak di hadapan orang. Padahal saya sudah meyakinkan diri saya sendiri kalau saya tidak boleh sefrontal itu. Saya ingin bicara, tapi seketika saya lupa bagaimana caranya berkomunikasi. Saya bahkan tidak membuka mata saya sekedar untuk melihat siapa yang berdiri di depan saya. Yang saya tau, saya telah kalah dengan monster di kepala saya. Mereka berhasil menguasai saya dengan segala asumsi negatif yang mereka cecoki setiap malam.

Sunday, June 9, 2013

Perjalanan 54

Beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk pulang sendiri. Tidak mencoba untuk menghubungi orang rumah dua kali hanya untuk menjemput saya di depan jalan. Saya rasa, saya bisa memulai untuk tidak merepotkan orang lain dengan pulang sendiri.

Satu-satunya angkutan umum yang bisa mencapai daerah rumah saya dengan jarak terdekat hanya angkutan dengan nomor 54, dengan pintu masuk dari belakang, angkutan yang sudah tergolong jadul dan tinggal menunggu rubuhnya saja. Itu pun, saya masih harus berjalan kaki selama kurang lebih 10 menit untuk sampai ke rumah. Saya jadi memiliki waktu untuk berenang dalam pikiran saya yang berjelimet.

Hari itu, saat angkutan umum yang saya tumpangi sedang berhenti, atau istilah jalanannya "ngetem", seorang nenek naik, saya yang saat itu duduk di deret kanan dekat pintu masuk, bergeser ke kanan, mempermudah si nenek untuk duduk. Beliau sendirian. Tapi, tidak terlihat kesepian, beliau sesekali bergurau dengan saya, bercerita tentang pasar hari itu. Senyumnya tulus, saya terhenyak. Saat angkutan yang saya tumpangi mulai berjalan, sesekali saya mencuri pandang ke nenek di sebelah saya. Mungkin usianya sudah 70 tahun atau mungkin lebih. Tapi, senyumnya tidak pudar seiring fisiknya. Tangannya terlihat tua, kulitnya keriput, tapi masih terasa kokoh saat menyentuh tangan saya. Tak lama, beliau turun.

Selang beberapa meter, kembali naik penumpang. Kali ini kakek yang naik, sendirian. Beliau tidak jauh berbeda dengan nenek yang saya temui sebelumnya. Beliau memiliki senyum yang tidak pupus termakan usia. Beliau masih kuat untuk berjalan sendirian. Mungkin karena beliau laki-laki.

Saya sempat berpikir, apakah saya akan melewati masa senja saya sendirian seperti kedua orang tua yang saya temui kemarin? Atau apakah Ayah atau Ibu saya akan berjalan sendirian seperti mereka? Apakah nanti saya akan menemukan Ibu saya naik angkutan umum tanpa ada anak-anak atau cucunya? Apakah nanti saya akan menemukan Ayah saya kebingungan di pinggir jalan karena jalanan ramai sedangkan beliau tak lagi lincah? Apakah orang-orang yang berbicara dengan Ibu saya akan menaikkan alis dan menghela nafas saat Ibu saya tidak lagi memiliki daya dengar yang baik?

Apakah saya masih bisa berada di samping mereka untuk setidaknya membimbing mereka menyeberangi jalan seperti yang mereka lakukan saat saya masih kecil? Apakah saya bisa membuat senyum mereka terselip di antara guratan kehidupan di wajah mereka? Apakah saya sudah mampu melunasi setidaknya separuh dari seluruh yang mereka berikan kepada saya? Apakah saya masih bisa berbaring di antara kedua orang tua saya walaupun rambut mereka tak lagi hitam legam?

Saya hanya ingin mencintai mereka sampai waktu yang tak terjamah. Saya sadar, semenjak saya duduk di bangku SMA, waktu saya lebih banyak di luar, dibanding di rumah. Bahkan di rumah pun, saya lebih memilih di kamar. Seperti sekarang ini, saya merasa apa yang saya berikan belum pantas untuk dikata cukup membahagiakan mereka. Saya yang tadinya ingin melukis garis tawa di sekitar bibir mereka, malah menambah garis lekuk di kening mereka. Saya hanya ingin mereka tau, sekalipun saya memikirkan orang lain, mereka adalah orang yang paling berpengaruh dalam hidup saya.

Medan, dalam satu atap kokoh,
Salam,
Anak terakhir kalian, Ma, Pa,
Yas

Saturday, June 1, 2013

June

Assalamualaikum!!

Wah, Mei udah berubah wujud. Padahal, sebenernya Mei kemarin banyak cerita, cuma karena ngejalaninnya bersungut-sungut, jadi nggak ada yang bisa diceritain. Mei kemarin adalah perjuangan yang bener-bener perjuangan. Perjuangan melawan kenangan. *tsaah*

Selain itu, Mei adalah perjuangan untuk mempertahankan piala bergilir Expo, and we did it! Alhamdulillah. Rasanya lega, bebannya nguap dikit. Iya, dikit aja. Hehehe.

Terus, main-main sama Mama ke Pasar Malam itu unyu maksimal. Udah lupa kapan terakhir kali makan permen kapas di Pasar Malam. Tapi, dari dulu sampe sekarang, kalo jalan tetep gandeng Mama. <3

Setiap hari selalu penuh pilihan, pilihan tentang apa aja. Mei kembali mengajari tentang pilihan. Terima kasih, Mei. I moved.

Selamat datang, Juni! Bulannya ujian, bulannya sibuk. Berjuang buat bulan Juli! Lusa udah mulai ujian, tapi masih aja stress. Gatau bisa apa nggak. Tapi, usaha dong!! Doakan, ya! *berasa ada aja yang baca ini blog*

Medan, kamar,
Yas

Wednesday, May 29, 2013

Perjalanan Pulang

Assalamualaikum.

Katanya, setiap orang bisa merasa jenuh. Mungkin jenuh karena kegiatan yang itu-itu saja. Mungkin bosan dengan pola hidup monoton yang dijalani selama belasan bahkan puluhan tahun. Katanya, kejenuhan bisa diatasi tergantung dari cara kita menikmati apa yang kita jenuhkan itu. Hidup, misalnya?

Semua rutinitas yang terjadi, pada akhirnya akan mencapai kata "pulang". Kata yang mengundang sorak sorai pelajar dengan mata berat, apalagi kalau ada embel-embel "cepat" dibelakangnya. Kata yang membuat kita bisa kembali bernapas setelah beberapa saat menahannya. Kata yang membuat kita membayangkan rumah. Ketuk pintu, ucap salam, menghampiri orang tua, cium tangan, bergegas ke kamar, atau mungkin sambil mencomot perkedel yang baru digoreng, kemudian ganti baju, sejenak rebahan di atas tempat tidur, memereteli penat dan lelah setelah satu harian diluar. Menikmati langit-langit kamar, semilir angin yang menyelinap masuk dari celah jendela. Mungkin sedikit mencuri lelap.

Terkadang, pulang tidak selalu berarti ke rumah. Ada yang berteriak, "Aku pulang, ya!", nyatanya dia hanya keluar pagar dan duduk di warung nasi. Terkadang, pulang hanya menjadi alasan untuk lari.

13.45 adalah harapan. Tarikan nafas kelegaan. Bel yang berbunyi nyaring seiring dengan dentuman jantung, terasa lebih merdu saat siang. Banyak yang terbayang pada "pulang". Latihan. Musholla. Perjalanan panjang ke rumah.

Dalam setiap langkah pulang, selalu ada cerita yang terjalin. Ketika tumit sepatu mencumbu aspal panas, selalu ada alasan yang membuat kita untuk terus bergerak memberi napas pada sol sepatu karet. Ketika terik menembus kulit, selalu ada alasan yang membuat kita terus bergerak membelah hari. Ketika angkutan umum tak kunjung tampak, selalu ada alasan yang membuat kita tetap menunggu. Pulang seolah memberi harapan baru.

Pulang seperti mengoreksi diri. Apa yang sudah dilakukan, apa yang telah dipelajari, siapa yang dijumpai, apa yang terjadi, apa yang dikatakan. Seperti menilai perjalanan satu hari. Tentang persimpangan yang telah dilewati, batu yang dilompati, jalan yang dipilih, pelajaran yang didapat, dan tentang konsekuensi. Pulang membuat kita berpikir tentang hari esok. Pulang juga berarti bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk membuat resolusi yang lebih baik, untuk kembali bermimpi dengan harapan yang masih segar.

Karena setiap hari adalah pelajaran.

Medan, tepat di sebelah tembok,
Yas

Wednesday, May 22, 2013

Perjalanan Pergi

Assalamualaikum.

Katanya, kalau sebuah kegiatan telah menjadi kebiasaan, lambat laun kita lupa alasan awal kita melakukannya. Seperti halnya bangun pagi. Kita hanya tau kalau kita harus bangun pagi. Kalau alasan anak sekolah, supaya bisa tepat waktu ke sekolah. Kalau alasan Mama mungkin beda. Beliau harus masak, beresin meja makan, bangunin anak dan suaminya. Setelah itu lanjut beres-beres rumah.

Jadi, setiap pagi selama nyaris 17 tahun ini, Mama adalah perempuan multi-talented, kalau bisa dikatakan begitu. Mungkin aneh, cupu, atau apalah, kalau anak kelas 2 SMA masih dibangunin emaknye. Tapi, bukankah ada rasa syukur waktu bangun tidur, yang pertama kita lihat adalah perempuan terhebat sepanjang masa?

Rutinitas yang sama setiap harinya. Bangun pagi, lihat tampilan muka di cermin sebentar, mandi, ganti baju, sarapan, pergi sekolah, pulang sekolah, mandi, tidur, bangun lagi, dan begitu seterusnya, dengan selipan ibadah wajib 5 waktu (walaupun lebih sering bolong). Mungkin dengan berjalannya waktu, akan ada bunga-bunga penghias di beberapa perhentian. Bunga-bunga yang mungkin akan kita sadari saat sudah berada cukup jauh. Atau bunga-bunga yang memiliki duri yang menusuk sampai ke ulu hati.

Nah, sebenernya, yang jadi pembahasan kali ini adalah perjalanan pergi. Bagaimana sebuah pagi menjadi judul baru atau bahkan bab baru. Terpaan sinarnya menjadi tinta segar yang melukiskan pelajaran. Bagaimana perjalanan 20 menit menuju sekolah membuat kita sejenak berpikir tentang apa yang harus dilakukan, tentang apa yang sebaiknya diucapkan, tentang penyelesaian alternatif saat sebuah situasi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Tentang orang-orang yang akan kujumpai hari itu. Tentang pelajaran yang harus kutaklukkan hari itu, tentang tugas yang terlambat kuserahkan. Tentang jadi apa aku setelah kutanggalkan seragam SMA-ku. Tentang sebuah harapan yang pertumbuhannya ada ditanganku, dalam keyakinanku, dalam keoptimisanku menjaganya. Tentang sebuah kisah yang kuharapkan permulaannya. Tentang pertemanan yang sedang kuusahakan selama hampir setahun berjalan. Tentang aku yang kemarin. Semuanya dalam 20 menit.

Perjalanan yang merupakan sebuah awal untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Seseorang yang mampu menerima dirinya sendiri dengan lingkungan lain. Perjalanan untuk lebih mengerti apa yang harus dan tidak boleh. Tentang pilihan juga. Perjalanan yang menyimpan banyak persimpangan. Perjalanan yang memberikan waktu untuk sejenak berpikir akan jadi apa aku kelak. Perjalanan yang tak terduga ujungnya, apakah sebuah ladang hijau dengan matahari tersenyum di sudut kanannya, atau jurang curam tiada berdasar?

Perjalanan yang awalnya kita tentukan sendiri. Akankah kita bahagia hari itu, atau hanya sekedar melanjutkan rutinitas biasa tanpa menanam benih bunga di setiap persimpangan? Karena Tuhan yang Maha Menentukan, tergantung kita menanggapinya dengan cara apa. Apakah bersyukur, atau mengeluh sepanjang perjalanan sampai lupa untuk memperhatikan nikmat terkecil yang diberikan?

Karena bahagia itu sederhana.

Medan, sudut kamar
Yas.

Tuesday, May 21, 2013

Hubungan Percakapan dan Ingatan

Hari monoton lainnya dengan kejiwaan yang nyaris mencapai kejenuhan teratas, sebuah percakapan sederhana namun menohok terjadi di sebuah ruang kelas di lantai atas, tepatnya meja ketiga deret ketiga pula. Dua makhluk, yang satu memiliki rezeki yang berlimpahyakni badan yang padat, sebut saja namanya Hilda. Sedang yang satu tampak kurus, entah karena makan hati atau memang cacingan, yang ini sebut saja Tias.

Tias: Da, kira-kira ingat gak, ya?

Hilda: Diakan gak sakit kali, berarti nggak.
T: Oo, berarti cuma yang sakit aja, ya, yang punya ingatan? Kasian, ya.
H: Nggak juga. Kalo bahagia kali pun pasti ingat.
T: Dia bahagia kali? Nggak mungkinlah. Aku nggak bahagia kali, nggak sedih kali juga, tapi ingat.
H: Halah, banyak cakap.
T: Lah, ini buktinya nggak nangis.
H: Yang ingat itu kalo nggak yang bahagia kali, yang sedih kali, ya yang emang pengingat.
T: Dia ingat gak?
H: Dia nggak senang, nggak sedih, nggak pengingat juga. Nggak.
T: Iya juga, ya, Da.
H: *bereng*

Jadi, sebenarnya ingatan itu punyanya siapa? Jadi, kenapa ingatan tidak bisa setidaknya membantu sebuah keadaan dalam masa krisisnya, putus misalnya? Okesip, ngawur. Bye!



Pojok kamar, meringkuk memeluk lepi
Iyas

Saturday, May 11, 2013

Childhood, Oh Childhood

Terkadang, waktu membuat kita mati kutu. Kalau merindu, tidak mungkin bisa kembali. Seperti sekarang, waktu bergelinding, aku siswi kelas 2 SMA, meringis mengingat masa kanak-kanak yang sudah mulai buram, karena tidak kumanfaatkan dengan baik untuk membentuk bongkah kenangan.

Berhubung aku bukan narator yang baik, mohon maaf kalau postingan ini terlihat membosankan.

Kalau tidak bisa memundurkan waktu, cara apa yang bisa membuat kita melupakan seberapa tuanya kita sekarang? Kenapa tidak mencari hal yang dulu pernah dilakukan? Mungkin berkunjung ke Pasar Malam, just the way I did tonight. Aku berhasil bujuk Mama ke Pasar Malam. Karena, kepala berasa mau pecah, ditambah penatnya hati sama badan selama beberapa minggu belakangan ini, aku mulai mikir, hal yang bisa buat aku lupa sekarang aku ini apa. Masa bodoh dengan gengsi. Justru, bertingkah layaknya anak kecil yang bahagia memberikan ketenangan tersendiri.

Berhubung ini malam Minggu, jadi bisa ditebak ramenya gimana. Bukan cuma anak-anak dan orangtua mereka yang nemenin, tapi ada juga yang seumuran samaku disana. Latar belakang mereka juga tidak mungkin sama. Tampak dari banyaknya pedagang yang turut memadati lapangan Gajahmada, entah itu makanan, atau mainan anak-anak. Awalnya aku ngira aku bakal jadi sedikit dari orang yang lupa umur, tapi ternyata ada banyak yang lupa umur. Mungkin bukan lupa umur, cuma capek sama rutinitas monoton yang tidak berujung. Beruntung malam ini cerah, jadi orang pun turut cerah.

Ada yang semangat ngeliat "Tong Setan", yang orang naik motor sambil geber-geber di lintasan yang mirip tong tapi versi gedenya, dan ada penonton yang nyawer di bagian atas tong. Ada yang naik kereta api mini, bianglala versi mini, terus ada juga rumah siluman. Rasanya seneng sekaligus miris, ternyata aku udah terlalu tua. Umur udah mau 17, tapi tingkah masih ababil. Terkadang, mikir, apa yang orang-orang dewasa di Pasar Malam itu pikirin. Apa mereka merasa nyesal karena dulu menolak datang ke Pasar Malam? Atau merasa bersyukur karena di jaman buah hati mereka ada hiburan rakyat kayak Pasar Malam ini? 

Tenggelam dalam keramaian Pasar Malam berdua sama Mama rasanya lucu. Dulu, waktu gandeng Mama, tangannya terangkat karena Mama tinggi dan aku cebol. Sekarang, tinggi kami hampir sama. Umur tak lagi sama. Aku lupa dulu senengnya main apa di Pasar Malam ini. Tapi, yang jelas aku ingat manisnya Arum Manis merah jambu yang unyu ini. Sayang aja, Mama nggak ngebolehin buat makan. Asik ngeliat bubuk yang ditabur pelan-pelan ngembang jadi kapas, dipunter-punter pake lidi jadi gumpalan manis merah jambu.

Terima kasih untuk malam ini, Ma. Setidaknya aku jadi sedikit lebih muda untuk beberapa jam. <3
Mainan yang diketapelin ke atas terus muter-muter
Medan,
Terperangkap dalam raga tua,
Yas

Tuesday, May 7, 2013

Expo

Assalamualaikum!!
Harusnya sih aku ngepost ini hari Minggu kemaren, tapi berhubung perasaan tak kunjung membaik, ya aku post aja sekarang, daripada nunggu enaknya tapi nggak enak juga kan repot. Nahloh.

Jadi, hari Jum'at, 3 Mei 2013, Festival Ekskul SMA se-kota Medan dalam rangka Hardiknas di PRSU dimulai, kami semua yang udah capek latihan dengan cuaca yang wah labilnya, dari panas terik sampe hujan banjir, akhirnya nampil untuk mempertahankan piala bergilir. Jadwalnya sih setelah sholat Jum'at dengan kata lain gadak tuh IP dari pagi, makanya yang nonton nggak serame tahun lalu karena mereka Jum'atan dulu atau nggak ya sekedar ganti baju dulu, tapi bukan berarti nggak meriah loh. Sangking meriahnya, yang main di panggung (termasuk aku) merinding pas ada perempuan yang tereak "SMANTIG!!!". Bayangin aja dia yang mimpin supporter. Badai gak tuh? Untuk dua menit pertama, kami bermain di bawah rintik hujan, menit berikutnya matahari mau ngeliat kami juga. Hehehehe. Alhamdulillah, penampilan sukses sampe akhir. Oiya, letak panggungnya beda sama tahun lalu yang agak di depan. Tahun ini itu letaknya ada di paling belakang PRSU, dan itu jauhnya dari gerbang nggak main-main, apalagi kalo panas terik. Jadi manusia rebus berjalan.

Hari Sabtunya, aku dateng lagi mau liat penampilan sekolah lain. Dengan baju+rok pramuka yang ngeogahin rempongnya, aku kesana. Saingannya lumayan bikin jedag jedug jeder. Setelah, penampilan selesai, kami duduk-duduk di kantin, cerita segala macem, dengan Kak Jum sebagai pembicara utamanya. *tsaahhh. Jadi, Kak Jum ini kalo udah ngelawak, rasanya lucu aja gitu, ya mau nggak mau ngakak. Kali ini yang jadi korban itu Alfi sama Kak Okky. Aku sih selamet, walaupun yah keserempet dikit sih. Keenakan ketawa, alhasil pulangnya sore, nyampe rumah malem. Emang anak gatau diri.

Lanjut, Minggunya, pengumuman. Bayangin aja hari Minggu yang harusnya bisa dipake buat tiduran seharian harus ke PRSU, nggak harus sih, tapi, yaa tetep aja. Nah, pengumumannya ini jam setengah lima, gerak dari rumah jam 3 janjian sama Helmi ketemu di sekolah gara-gara mau ke tempat temen yang ulang tahun. Bayangin lagi gimana gopohnya, untungnya satu arah. Alhamdulillah, nyampe ke dua tujuan itu dengan selamat dan insyaAllah nggak ada yang dikecewakan. Setelah di PRSU, masih ngomong-ngomong tuh. Sama kayak tahun lalu, kami duduk di depan panggung, sambil dzikir & doa dalam hati. Pengumuman festival ekskul itu dibacain paling terakhir, jadi ceritanya kami dibiarin jedag jedug nunggu pengumuman lomba festival ekskul, sementara mereka bacain pemenang lain.

Dan, sampailah pada pengumuman pemenang Festival Ekskul SMA se-kota Medan. Urutan pemenang dibacain dari yang paling bawah. Sampe ke urutan ke 4 dari bawah udah nggak keruan, masuk ke 5 makin gak keruan, dan ke 6....ALHAMDULILLAH, kami berhasil mempertahankan piala. Rasanya lega kali, nggak sia-sia merepet selama latihan, dimaki sama-sama, kena panas sama-sama, kena hujan sama-sama. Terharu, ganyangka kami bisa. Karena, rasanya mustahil bisa menang 3 tahun berturut-turut.

Terima kasih untuk semua pemain yang terlibat. Kita tim yang hebat! Terima kasih juga supporter Smantig yang oke punya! Kak Mun, Kak Jum, Bunda! Me love you!!!

Oiya, untuk video dan foto bakal aku upload secepatnya, ya. ^^

Medan, zona kini,
Yas

Wednesday, May 1, 2013

May!! May!! May I review?

Assalamualaikum!! Hakdes!!

Apakabar semuaa? *berasa banyak fans* Ciee, Mei nihyeeee.~ Sebelum melangkah dan bertindak, ada bagusnya kita liat kesalahan dan hal-hal yang perlu dibuang atau dibawa bulan ini.

April ini, gak banyak yang meriah karena sibuk latihan EXPO buat hari Jumat nanti. *aye!* Tapi, bukan berarti acara ulang tahun Depek gak asik ya. Asiknya asik deh pokoknya. April ini alhamdulillah banyak ketawanya, walaupun makan hati mengimbangi bahagia. Keseringan marah juga gabagus, yakan? Tapi, bulan ini malah sering naik darah. Ciailaaahh. Terus apalagi, ya? Oiya, DVD running-an sama Alfi, Arby, Rinaldi, Randi, Fadlan, Ririn, lumayan bikin sakit perut. Terus ada lagi, ngisi acara reuni di Grand Aston, itu asli, setelah pulang ngisi acara terus ngumpul sama orang sarap, ini pipi rasanya kebas! Heran.

Dan, bicara soal Mei. Sebenernya agak tebatuk-batuk sih. Hakjlebhore gitu. Tapi, yah, namanya juga manusia, berubah ya wajar. Mei ini gajadi setahunan deh. Ulalala. *nah loh, oke fine*. Ah, malah jadi bahas itu. Enceng, Wak!

Oiya, April kemaren si Om nikah. Selamat berkeluarga, Om!! Maaf, keponakan tercinta ini gakbisa datang huhuhu. Tapi, doanya dikirim kok. Hehehehe.

Jadi, teman-teman yang baik dan rajin berdoa, doakan kami untuk Expo tahun ini. Semoga kami bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh pihak sekolah.

Sa, Tam, Yul, Gek, Da, semualah kelen, cinta kali aku sama kelen! Muah! <3

Medan, kamar manis kamar,
Tegeletak kelaparan,
Yas

Sunday, April 28, 2013

Biar malam mengantongi lelah
Aku terlelap dalam pelukan gundah
Hentakan kaki menggaung di kepala
Mengirim pilu sampai ke dada

Hati telah mati
Mencari kasih tuk dinanti
Bersenandung mengirim rindu tak bertuan
Bersambut hampa dalam rengkuhan

Binar tak lagi terang
Bertutur penuh bimbang
Tangan enggan terurai
Menolak terluka terburai

Medan, April 2013
Aurantiaca

Sunday, April 21, 2013

We almost there. Just once again. But, we ended up lyk this! What the hell is wrong with meh? What the hell I just said? Did I still wondering? Did I still asking why??!!! We both finally give up. Dan setelah sekian lama, masih aja ada yang nanyain, "Jadi, kalian udah bubar?".

Don't read this post. Seriously.

Friday, April 19, 2013

Aku tak mampu bernarasi selantang Chairil
Setidaknya aku mampu memintal kata
Walau sedikit sentimentil
Aku melukis suara realita

Aku tak mampu bersolek seapik wanita pada umumnya
Setidaknya aku mampu memikat angin
Biar cibiran menjadi buih pada mereka
Aku pun melumat geram dalam batin

Medan, April 2013
Aurantiaca

Tuesday, April 16, 2013

Nah.

No joke sounds like yours, wipe up my tears and put a laugh between my howl.
No joke works like yours, get my mind back and show me you are always there.
No joke felt like yours, just no.

We both do stupid things, and then laugh to ourselves, together.
We both listen to the stories, and then curse ourselves together.
We play who-is-the-saddest-one game, 'til no one listening.
We both look to each other without saying a thing, we just do.

We do did.

Friday, April 12, 2013

Sudah

Kalau seandainya aku memutar kepalaku ke belakang, aku hanya sekedar memastikan sudah sejauh mana aku menggerakkan hatiku. Apakah aku sudah cukup jauh darimu untuk kunyatakan aku telah bergerak, kali ini benar-benar bergerak. Tapi, sepertinya aku menolak kemungkinan kepalaku akan terkilir karena melihat ke belakang. Bukankah begitu?

Kalau seandainya aku secara tidak sengaja tersentak akan sesuatu tentangmu, itu bukan lagi berarti aku masih berusaha meraihmu, melainkan karena aku sadar dirimu tak lagi terjamah tanganku. Karena untuk mengenangmu, aku memilih "pernah" alih-alih "masih".

Dari sekian banyak hal yang terjadi silih berganti setiap harinya, aku masih bisa memalingkan muka atau sekedar mengernyit saat orang membicarakanmu. Bukan berarti aku tidak bisa mengenyahkanmu dari pikiranku, hanya saja aku heran pada dunia yang terus menerus menjejali atmosferku denganmu.

Bukan maksudku menghubungkan segala sesuatunya denganmu, tapi rasanya semua hal memang bermuara padamu. Tapi, bukankah memang seperti itu permainan dunia?

Medan, Persimpangan.
Mata memicing tajam,
Yas

Sunday, April 7, 2013

Papap Cuap

Assalamualaikum!!! HAAAIII!!!!

Aku punya cerita nih. Ceritain gak yaa? Hahaha najis ya. Jadi, minggu pertama bulan ini bener-bener keter, padat-dat-dat. Tapi, Sabtu-Minggunya asik, Masbro. Ehem.

Sama siapa? Sama pacar ya? Hoo iyalah, jelas BUKAN!-_- Hari Sabtu berangkat dari rumah sore gitu ke acara ulang tahun temen SMP, ujan bo, dari situ langsung lanjut ke rumah Depe (bukan penyanyi dangdut), doi ulang taun juga. Tapi, rumahnya....WIH jauh. Jadi, aku sampe malam di rumah si Depe, sama orang-orang sarap itu, taulah ya kan, gausah dibilang juga udah taulah itu. Siapa lagi kalo bukan komplotan Arby? Ceritanya, waktu udah mau pulang, asik ketawa aja, melawak orang itu di depan anak kecil yang entah kenapa udah jam segitu masih melek aja nontonin kami. Eh, bukan kami deng, orang itu aja, aku nggak hihihihi. Selamat ulang tahun, Depe! Maaf kan kami yang kepo-kepo ini. We love you!

Nah, Minggunya, tadi ini nih. Niatnya sih kerja kelompok, tapi berhubung gakjadi, langsung caw ke kampus *ciailah*. Bukan mau ngampuslah jelas, masih setahun lagi itu ah, AMIN. Ada latian bentar tadi di sanggar. Pulangnya mamam ciang cama Ririn, dan perjaka 13 lainnya. Siap mamam, ke rumah Alfi, nonton film Mama. Sebenernya aku cuma nonton berapa persen sih, selebihnya tutup mata. Dan mereka kurang ajar, katanya, "Lah, jantan kok takut?!". Hell-o! Perempuan tulen sejak lahir ini, Masbro.-_- Selain tutup mata, nggak konsen juga nonton selama mereka-mereka ini berisik kayak bebek mau dipotong. Heran.

Thankyou for this amazing weekend, Guys!

Terus intinya apa? Intinya gadak! Bye!

Medan, somewhere over the bed,
Muah muah,

Yas

Tuesday, April 2, 2013

April Already Here!

Assalamualaikum!

Hari ini aku di rumah. Nggak sekolah. Asik kan? Hahaha ya nggak! Ngomongnya palingan cuma sama Eng, belalang praktikum biologi kemaren. Itu pun dia ngejogrok di dekat jendela. Sedih.

Jadi, ini udah tanggal 2, telat banget review Maretnya. Yuk mareh~
Maret kemaren ada acara "mencak-mencak bareng angkatanku", yang pastinya ngeberantakin rumah Dyah. Barang-barangnya udah nggak keruan lagi. Tapi, yah, kami merasa dekat kembali. *Aye!*

Terus, masih seputar permainan, kami mengenang permainan jaman baheulak, Engklek! Anak kelas 2 SMA main engklek di lapangan kampus. Kurang gila apalagi coba? Entah di mana rasa malu kami kemaren. Kami tetep aja anteng main engklek, ketawa-ketawa. Marok!-_-

Maret kemaren juga aku kumpul sama Yuli, rasanya bener-bener jumpa temen lama. Kami ceritain semuanya dari A sampe Z, semua hal yang udah terlewatkan selama setahun kami nggak jumpa. Kami makan sama, terus minum es alpukat bareng sampe aku sekarang terkapar di kamar. Great, Baby!

Yang ulang tahun bulan Maret, ada Marina sama Alfi. Kejutan buat Marina gagal total! Disusul sama tinggalnya hpku di mobil Tasya! Ceritanya kami udah ngendap-ngendap kayak maling ke pintu samping rumah Marina, eh gataunya malah dia udah buka pintu duluan sebelum kami ngetok pintu, gimana gak masang muke datar?-_-

Untuk Alfi, yaah, palingan cuma ngasih kue aja, kan ada postingannya di blogku, cek aja. Aku ngasih dia satu frame foto, yang berisi foto aibnya doi.

Apalagi ya, yang bisa diceritain? Aku gatauuuuuuuuu!!! * frustrated*

Ntar deh kalo ada yang seru aku ceritain. Lagi garing soalnya hihihi. BYE!
Hope this April could be fresher than March! See you soon.

Medan, room sweet room
A girl who can't be moved from her bed,

Yas

Saturday, March 30, 2013

Role Play

Assalamualaikum~

Akhir Maret ini bulannya keteteran. Banyak event yang harus dipersiapin untuk bulan April mendatang, ditambah lagi tugas bahasa Inggris, bikin film pendek. FILM PENDEK. Mau panjang atau pendek kayaknya sama aja deh.

Sebenernya script nya udah hampir jadi, yaah udah taulah garis besarnya. Judulnya? Masih bimbang ngasih judul, yang ada di otak sih "Awan Above the Sky". Ceritanya? Ntaran deh diceritain kalo udah 50% ^^. Yang bikin pusing itu gimana proses editing nya, bikin opening sama endingnya. Aplikasi begitu yang aku bisa cuma "Windows Movie Maker" itu pun nggak terlalu ngerti. Jadi, istilahnya ini proyek coba-coba. Bayangin aja nilai ujian malah jadi bahan percobaan. Sableng!

Pemainnya sendiri ada aku, Rusdiy, Said, Tia, Rahma, Redian, sama Mia. Aku masih mikir mau dimana pengambilan gambarnya. Tapi, ya liat nantilah. Ntar juga selama prosesnya pasti banyak yang berubah-berubah. Yang jelas, sketsa awal untuk openingnya udah ada. Tinggal dipoles, jadi deh. Tadi juga udah mulai nyari-nyari soundtrack yang cocok sama tutorial nya. Herannya, itu video cepatnya bukan main, apa yang mau diliat coba?

Doakan kami sukses ya!

Medan, terkantuk-kantuk,
Love you!

Yas

Friday, March 29, 2013

Anti-Social?

Assalamualaikum. Jadi, hari ini, kebetulan lagi libur, sehari aja tapi. Nanggung yakan? Libur Jum'at, Sabtu tetep masuk. Maka daripada itu, aku hijrah ke rumah Yuli dari siang. Yuli ini temenku dari SD kelas 1.

"Namanya siapa?" aku nanya.
"Yuliandari." Yuli jawab.
"Oo, aku Tias. Tadi siapa namanya?" aku nanya lagi.
"Yuli." Yuli jawab lagi. Mungkin dia mikir buset dah ni anak masih muda udah tuli sama pikunan, cian.

Selama 6 tahun SD yang gitu-gitu aja, aku satu kelas terus sama Yuli. Awalnya, rumahku bukan di Wartawan, jadi pas Yuli tau aku mau pindah ke daerah situ, dia seneng bukan kepalang bak kedatangan artis. Pindahlah aku kira-kira kelas 4 atau 5 gitu. Jadilah, permainan rutin kami saling berkunjung satu sama lain tepat jam 4.

Masuk SMP, satu sekolah lagi, tapi beda kelas. Kelas 2 baru jumpa lagi, posisi duduknya pun oke, dia di belakang aku, ampuh buat ditarik-tarik tali sepatunya huehehehehe. Pas kelas 3 pisah kelas lagi, tapi ritual jam 4 masih tetep berlanjut hihihi.

Masuk SMA, kami pisah sekolah, tapi masih tetep keep in touch satu sama lain. Jadi, tetep tau kabar. Walaupun jarang jumpa, kami nggak kehilangan chemistry yang udah kami bangun selama 9 tahun lebih.

Jadi, tadi, pas aku datang ke rumahnya untuk yang pertama kalinya setelah ulang tahun dia tahun lalu, kami langsung bertingkah ala Teletubies, saling memeluk, meluluh lantakkan jarak yang terbentang di antara kami. *tsaah*. Kami manfaatkan waktu yang ada buat cerita melepas rindu. Perbincangan kami seputar kehidupan kami di SMA. bagaimana kami menjalani masa-masa putih abu-abu. Kami cerita gimana malesnya kami untuk kembali bersosialisasi. Mungkin anti-social?

Kami saling mengaku kalo orang yang sekarang lebih banyak yang nggak sejalannya daripada yang sejalan. Aku sendiri susah berbaur di kelas. Dia pun katanya gitu. Kami mikir, apa yang salah. Tapi, nyatanya ya emang gitu. Ngerti kan? Ibarat pintu yang belum ketutup rapet, belum "ceklik" dia. Ujung-ujungnya bekawan sama yang itu-itu aja. Kasihan. Terkadang ada poin-poin yang susah buat dijabarin kenapa kami menarik diri. Mungkin alasannya sederhana, tapi kami yang nggak tau membahasakannya.

Yah, begitulah kami. Berbincang kayak Ibu-ibu arisan. Tapi, kami senang. Bisa cerita sepuasnya, kayak baru pande ngomong.

Medan, kamar sendiri,
Muah,

Yas

Tuesday, March 26, 2013

Langit Timur

Aku tidak pernah bosan duduk di semen dingin sambil mengagumi langit timur kala pagi. Setiap pagi tak pernah sama polanya. Seolah itu penanda bagaimana hariku akan berjalan. Bukan ramalan seperti yang ada dalam majalah remaja. Hanya pengatur kondisi.

Aku menikmati nyanyian sendu angin pagi, dengan matahari yang kian tinggi, memamerkan jingganya. Terkadang dia muncul dengan bentuk bulat sempurna, terkadang memancar malu-malu di balik awan, membiaskan ronanya dari sela-sela gumpalan uap tersebut, terkadang hanya menyalurkan sinarnya saja, malah terkadang tak tampak sama sekali.

Sunday, March 24, 2013

Daun Kering Bulan Maret

Bukan pertama kalinya aku menapakkan kaki di lapangan kampus ini. Ini sudah yang entah ke berapa. Ekskul yang kugeluti mau tak mau mengharuskanku lebih sering melewati bidang tanah yang cukup luas tersebut. Lapangan hijau luas yang memiliki mungkin dua pasang gawang. Di sekelilingnya ada tanah yang lebih rendah dengan pohon berjejer sepanjang jalan. Dalam beberapa waktu, aku pernah berdiri di atas pijakan di tepi lapangan. Mataku menyapu segala penjuru, badanku menikmati semilir angin yang menggelitik, paru-paruku menyesap oksigen yang tersedia. Rasanya menyenangkan sekaligus konyol untuk berdiri diam di tepi lapangan tanpa melakukan kegiatan yang berarti.

Untuk hari ini, langit kelabu menggantung sepanjang siang, menciptakan suasana teduh di lapangan yang biasanya panas kalau matahari sedang terik-teriknya. Kebetulan ada latihan, jadi beberapa anggota memakai lapangan sebagai panggung, dengan kami berada di tanah yang lebih rendah sebagai penonton. Tempat yang kami gunakan ini memiliki pohon yang sudah menguning daunnya. Semilir angin menerbangkan daun-daun kering sampai menutupi bagian lapangan.

Daun yang jatuh tampak meliuk-liuk anggun di udara bebas. Lucu melihat mereka yang latihan di bawah "hujan" daun kering seperti itu. Tapi, memang indah. Kontrasnya warna daun yang kuning kecoklatan berpadu dengan hijaunya rumput lapangan. Saat-saat seperti itu, aku lebih memilih tenggelam dalam pikiranku sendiri. Memikirkan segala kemungkinan yang masih bisa terjadi. Memikirkan sedang apa aku pada tanggal yang sama tahun lalu.

Maret tahun lalu bukan bulan yang mudah. Aku jatuh bangun dalam hal yang ku rasa sekarang,  sangat bodoh. Tapi, bukan berarti aku menyesal itu terjadi. Toh, aku jadi tau kalau tidak selamanya akhir akan benar-benar menjadi akhir. Ada masanya di mana akhir tadi menciptakan sekuelnya.

Aku mengingat semua hal yang terjadi pada Maret tahun lalu. Menyenangkan sekaligus menyedihkan kembali berenang sendirian dalam nostalgia. Apa yang dulu terasa manis, menjadi hambar seiring berjalannya waktu. Apa yang terlihat menyedihkan, malah terlihat lucu setelah semua perjalanan terlewati. Yang aku tanyakan, mungkinkah kejadian yang sama terulang?

“Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards.” 
 Søren Kierkegaard
Medan, naungan cuaca tidak konstinten 
Love,
T

Friday, March 22, 2013

Alfi dan Harinya

Assalamualaikum. Ehem. Tes tes tes. Okeh.


Ada apa dengan 22 Maret?
Hari ini, di Jumat yang berbahagia ini, saudara kami, ketua kami, bahan olok-olokan kami, tukang lece nomor 1 kami, telah memperingati hari lahirnya untuk yang ke 16 kalinya. Beliau terlahir dengan nama aqiqah, Alfi Hendartama; dengan nama panggilan, Cimol; panggilan musikal, Bedol; panggilan unyu, Cicim; dan panggilan malam, Elfi.

Lihat yang ada dalam lingkaran.
Mewah, Pak, ya
Siapa Alfi Hendartama?
Figur seorang Alfi sulit untuk dideskripsikan. Seolah-olah tidak ada satu kata pun dalam KBBI yang memenuhi karakternya. Biasa digambarkan dengan perawakan hitam, botak, kurus, lincah, petakilan, tidak pendendam, dengan kata lain, hampir tidak pernah MEMBALAS sms, telepon, dan hal sejenis. Dia bisa dibilang selalu dalam pihak netral. Dia jarang marah, bukan berarti nggak pernah marah. Bukan marah, tapi merepet. Repetannya nyaingin Ibu-ibu nawar kain di Petisah.

Alfi Hendartama, Not A Boy, Not A Man, yet, 16yo
Metamorfosis sekuncup Alfi bagaimana?
16 tahun silam, dia masih jumpalitan dalam rahim Ibunya, sampai akhirnya terpental menghadap dunia. Memasuki perkembangannya yang absurd, sampailah dia di SD swasta, kalo gasalah ada "harapan"nya, satu sekolah juga sama Bebe (re: Hari Anggi). Setelah melewati 6 tahun penuh halang rintang, terdamparlah dia di SMP Swasta Pertiwi. Saat masih terperangkap dalam seragam putih biru tahun pertama dan kedua, penampakannya kayak; ehem, tuyul, kecil, botak, yang ngebedain cuma warna kulitnya aja. Tapi, biar kecil, doi anak Paskib Pertiwi, Tante. Dia juga salah satu anggota OSIS di Pertiwi. Masuk tahun ketiga aku sekelas sama dia. Tapi, baru ngeh kalo udah terlambat untuk menjaga jarak akibat kelakuannya yang ampun-ampun itu waktu masa nganggur, alias tamat SMP, udah, masuk SMA, belum. Dia tumbuh sebagai seorang laki-laki yang nge-ogah-in. Pantang tau rahasia orang, langsung dilece. Masuklah masa-masa SMA ternyata kami ditakdirkan untuk kembali satu kelas di tahun pertama. Waktu di kelas, temenku nggak banyak, cuma dia, Pemau, sama Fadil. Itu pun terus-terusan dilece. Nasib memang. Alfi juga menjabat sebagai OSIS di tahun pertama. Dia Temuga, aku juga. Sebenernya aku masuk Temuga juga gara-gara bisikan setannya doi. Tim sukses kali, gak tuh? Sampai sekarang, kelas dua semester akhir, kami masih dekat walaupun beda kelas. Dia yang menjabat sebagai Ketua Temuga dan aku sekretarisnya maksa aku untuk lebih sering jadi korban.

Doi bisa apa aja?
Bisa ketawa, bisa ngelece, bisa merepet, bisa buat orang kesel, bisa digampar, bisa buat orang punya niat ngurung dia di gudang sampe terselimuti sarang laba-laba. Banyak bisanya. Tapi, kebisaannya yang nyata, dia bisa dan jago main alat musik. Ntah itu jimbe, taganing, hasapi, gitar, drum, cajon, piano, pianika, harmonika, rebana set, terus apa lagi ya?

Alfi dan Bebebnya (Taganing)
Harapan Doi apa?
Waktu ditanya, "Ulang tahun nanti mau apa?", dia jawab, "Mauku banyak. Aku mau taganing, gitar, ukulele, hasapi, drum set, dan yang terakhir, aku mau kasih sayang.". Menjijikan memang.

Alfi bukan sembarang lelaki.

Ada pesan?
Kepada, Cicim,

16 tahun ya, sekarang? Udah besar lah ya? Ciee, tahun depan udah punya KTP. Terus, terus, aku harus bilang "Selamat"? Berhubung ulang tahun, yaudah deh, selamat ya. Semoga makin jantan, makin oke, makin royal (AMIN). Terharu nggak, aku meluangkan waktuku yang teramat sangat berharga hanya untuk ini? Biasa aja kan? Dan, kalo ente lupa, ehem, aku perempuan tulen sejak lahir. Tidak ada keraguan tentang itu.

Sekali lagi, selamat hari tua, Cicim!

Medan, Hari Alfi,
Perempuan Tulen,

Yas

Monday, March 18, 2013

We aren't Old Enough for Childhood Games, yet.

Assalamualaikum! Selamat malam jiwa-jiwa yang terperangkap dalam raga yang bimbang~ Oke, itu bukan sapaan yang menggugah sepertinya.

Jadi, hari ini adalah hari ke-3 aku mondar-mandir UNIMED dalam minggu liburan ini. Bayangin aja liburan tapi melanglang buana tak tentu. Liburan, woy! Tapi, mondar-mandir Universitas itu dengan segepok kenangan di tiap sudutnya, eh tapi nggak tiap sudut juga sih, palingan ya jalan setapaknya, auditoriumnya, yah semua tempat yang jadi latar percakapan via teks elektronik, memberikan sentakan sedikit keras. Siapa coba yang nggak miris? Memang kasihan kalo punya ingatan yang bagus dalam hal kayak gini. Coba aja nginget penyelesaian masalah Matematika bisa segampang inget setiap momen begitu. Nah loh, kenapa jadi bahas ini? Oke, balik ke inti yang mau diceritain.

Ehem, di siang yang terik tadi, kami (Aku, Hilda, Dyah, Arby, Randi, Fadlan), para pelajar SMA yang sok oke menyusup ke kampus ini, bercerita dan bernostalgia tentang  permainan masa kecil kami dulu. Inget dong, permainan jaman SD dulu? Yang pertama-tama main itu dengan semangat yang menggebu-gebu, terus selesainya gara-gara ada yang udahan, merajuk, jadi anak bawang mulu, udahannya tuh gini, "Ah, udahlah, we. Encenglah, kalah kalah aja pun, asik dia dia aja yang menang, aku tah kapan menangnya." terus yang lain ngebujuk-bujuk, "Yah, jangan gitulah, masa enceng, baru main. Udahlah, gausah kawanlah, ah.", dan berbagai ocehan ala anak TK/SD lainnya. Yang dibahas itu mulai dari yang "Siti Aisah mandi di kali, bajunya basah, basah sekali, a de u, ala desa desu, a de u, ala desa desu..." ya gitulah pokoknya, aku nggak hapal, yah beda tipislah sama "Paman Doli tidak tau diri...", ada lagi yang sejenis, yang "Sepotong roti isinya mentega...", yang akhirnya jadi patung. Terus, ada alip pohon, patok lele, samberlang, karet jepang. Nah, yang karet jepang ini, si Randi mempraktekan cara mainnya bak anak SD yang beneran main karet jepang, mulai dari Pembukaan sampe yang Bendera (kalo gasalah). Dia juga memperagakan ekspresinya kalo kalah atau nggak nyampe lompatannya. Ada petak umpet juga yang sering nyurangin orang. Inget nggak sih, kalo kita main petak umpet, terus nggak mau repot, pas yang jaga ngitung, kita berdiri anteng di belakangnya nunggu sampe hitungannya selesai, dan pas hitungannya selesai, kita langsung teriak "Cengdong!"? Yang nggak pernah, coba deh hahaha. Yang terakhir, engklek! Pas engklek ini, jiwa SD kami kembali memaksa masuk. Kami semangat nyebutin macem-macem engklek. Dari engklek surat, engklek rumah sampe engklek orang.

Karena belum puas, kenapa kami nggak main engklek aja? Maka, sahlah kami membuat pola engklek orang di sebelah lapangan kampus. Kami hom pim pa, terus dapatlah urutan main Hilda-Aku-Dyah-Arby-Fadlan-Randi. Kami main bener-bener kayak anak SD. Bayangin aja, anak SMA main engklek di deket lapangan kampus. KAMPUS.  Tapi, ya, kami tetep main aja. Aku, Hilda, Arby udah sampe tahap siang-malam. Kami memang hebat hehehehe.

Randi fokus ngelempar "gacok"

Hop hop hop

Hilda in action


Asik memang, kumpul sama temen, terus ngomongin masa kecil, apa yang buat kita nangis dulu bisa jadi bahan tertawaan untuk sekarang. Secara nggak langsung kita bersyukur atas apa yang udah terjadi. Masa kecil yang konyol, membuat kita seperti sekarang. Lalu, apa permainanmu dulu?
I have never been convinced there's anything inherently wrong in having fun. 

— George Plimpton
Medan, zona masa kini
Remaja tidak tau diri,
Yas

Friday, March 15, 2013

The other night, Dear, as I lay sleepin', I dream I held you in my arms. When I awoke, Dear, I was mistaken. So, I hung my head and I cried. ―You Are My Sunshine 
 
 

Saturday, March 9, 2013

Aku Udah Senyum, Kamu?

Have you smile today? #spreadhappiness
Assalamualaikum! Hai hai, selamat malam. Gimana minggu pertama Maret? Seberapa sering kalian senyum minggu ini? :D

Tau gak sih, satu senyum dari hati yang paling dalam, bisa ngerubah mood orang yang disenyumin? Contohnya, kemaren nih, waktu pergi sama Papa, ke toko peralatan gitu, kan banyak bawaan, mau gak mau ya nitip barang di tempat yang disediain. Di situ kondisiku udah pegel, suntuk aja gitu. Terus pas mau nitip, Mas-mas yang jaga ini senyumnya oke punya, moodku pun asik lagi. Bukan lebay, bukan. Tapi, gini, aku yang keliling-keliling sama Papa aja suntuk apalagi dia yang ngejogrok di belakang meja penitipan barang berjam-jam, walaupun gitu, dia masih bisa senyum ke customer yang dateng. Siapa coba yang nggak ngerasa baikan disenyumin dengan tulus sama orang yang nggak kita kenal? Ada tuh, di supermarket kalo gasalah, kebetulan antrean kasirnya panjang, mana rata-rata belanjaannya bejibun semua, bayangin aja harus berdiri nungguin Mbak-mbak kasir ngedata barang belanjaan customer satu persatu. Siapa yang nggak suntuk coba. Pas udah giliranku, aku perhatiin aja tuh si Mbak sibuk nyocokin barang di komputer. Seriusan, itu muka nggak lebih enak dari kucing yang mau berantem. Sepet deh pokoknya. Makin suntuk kan? Di"makasih"in juga gak ada ramah-ramahnya, minimal senyum deh-_-

Selain itu, coba deh sekali-sekali iseng senyum ke Mbak-mbak tukang pecel, Mas-mas tukang parkir, tukang rujak, bahkan adek-adek yang di jalan, jamin, sebagian dari mereka bakal ngerasa bersyukur karena masih ada yang sadar sama keberadaan mereka, masih ada yang mau senyum sama mereka. Senyum itukan juga sedekah. Terkadang, kita nggak tau seberapa berat beban yang harus ditanggung orang-orang yang tanpa sengaja berpapasan sama kita. Mungkin dengan senyum yang kita kasih bisa membuat mereka sedikit lebih bersemangat. Apa salahnya menjadi semangat buat orang lain? Tapi, ya jangan senyum-senyum sendiri juga sih. Yang ada malah ngacir, alih-alih semangat.

Kalo aku di sekolah, paling asik itu senyum sama Mas Kawi, yang suka benerin perabot sekolah. Asiknya kenapa? Si Mas itu suka senyum balik yang nggak kalah tulusnya. Silahkan dicoba mulai sekarang buat senyum ke warga sekolah. Satu sekolahan kalo perlu.

Kalau hari ini, alhamdulillah aku banyak senyum. Bukan senyum sih, nyengir yang lebih mendekati ke cengengesan. Gimana nggak cengengesan, ngumpulnya aja sama orang-orang yang kejiwaannya terganggu terus-_- (hehehehe becanda ya, Sodara, muah). Jadi, kami sengaja ngumpul buat ngomongin beberapa masalah, sekalian sharing juga sih. Semua ocehan kami ditutup dengan joget-joget yang lagi heboh sekarang ini. Nggak usah dibilang juga tau kan? Rasanya, luar biasa. Bikin otak seger, bikin makin akrab, bikin makin bersyukur, bikin makin gila juga. Ada gunanya juga punya temen yang sarap. Senyuman hari ini adalah awal minggu Maret yang terbaik!

Nah, kalo udah bisa sering senyum sama orang lain, kenapa harus murung sama keluarga atau bahkan diri sendiri? Pernah nggak ngeliat cermin, terus senyum dari hati, ngasih semangat ke diri sendiri? Aku sih belum nyoba ngeliat cermin. Tapi, kalo sekedar senyum aja, pernah. Mau nyoba nggak? Sebarkan kebahagian dari senyum sederhana! :)

Senyum :)
Count your age by friends, not years. Count your life by smiles, not tears. 
 John Lennon

Medan, (still) Room Sweet Room,
Smile!!
T

Friday, March 8, 2013

Alibi

Assalamualaikum!

Ehem, sebenernya posting-an satu ini tak lebih dari upaya untuk menghindari sarang laba-laba menguasai blog yang udah usang dari sononya. Yah, lagianpun nggak ada yang bisa diceritain, adanya juga kesel mulu. Derita bo'.

Kemaren, seniorku ada yang berangkat duluan ke "sana". Padahal, minggu depan udah UAS, tapi dia lebih milih buat menamatkan diri lebih dulu. Namanya juga umur, siapa yang tau? Dia orangnya baik, buktinya satu sekolahan ngerasa kehilangan, keliatan dari tweet anak Smantig yang bicarain dan doain Alm. Aku sih cuma kenal gitu-gitu aja, tapi emang ramah sih orangnya. Semoga amal ibadah Alm. diterima dan beliau ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya. Amin.

Apalagi yaa? Aku.....aku.....ah gajadi deh. *biar dikira mikir*

Udah deh ya, ntar kalo ada cerita bagus, aku ceritain deh. Love you! You juga ya, Honey! *eh *lupa*

Medan, Room sweet room
Cheers!
T

Thursday, February 28, 2013

Transformasi

The world as we have created it is a process of our thinking. It cannot be changed without changing our thinking.
― Albert Einstein

"Da, aku pengen ganti URL blogku."
"Jadi apa?"
"Ini, tinta jingga."
"Kenapa harus jingga?"
"Emmm, kalo langit pagi-pagi itu warnanya jingga, cantik."
"Halah"


Karena sebuah pagi identik dengan hari baru, walaupun dengan rutinitas yang monoton, bukan berarti pengalaman dan momennya akan sama. Buktinya, setiap pagi, warna jingganya beda, polesannya beda, malah kadang gadak warna jingganya sama sekali, mendung. Jadi, kalo hari ini bad day, bukan berarti besok juga bad day. Berlaku juga kebalikannya. Bukannya doain, tapi apa salahnya mempersiapkan diri untuk yang terburruk?

Inget nggak aku sering ngungkit tentang matahari pagi? Kalo udah jam setengah tujuh pagi, matahari yang keliatan dari rumahku seolah-olah lagi ngulet, ngerenggangin otot-ototnya, terpancarlah sinar jingga yang menyebar dari arah timur di sela-sela vihara deket rumah. Aku pribadi sih langsung good mood, dan hari yang baik selalu di awali dengan mood yang baik pula. Siapa coba yang nggak mau sepanjang hari itu senyum terus, bahkan sama ayam yang masih juga nggak bisa terbang ramahnya bukan main?

Rencana sih mau ganti headernya juga. Tapi, entaran deh, tunggu beneran mateng. Yaaah, emang masih nggak jauh-jauh dari bintang terbesar sejagad raya, sih, cuma ya, setidaknya nggak keliatan kalilah. #maksa

Jadi, dengan berubahnya URL blog ini dengan nama yang berhubungan dengan langit pagi yang berarti awal baru, aku harap blog ini nggak terlalu menye-menye kayak sebelumnya, dan bagi kalian yang membaca, semoga aku secara nggak langsung menyentuh hati kalian, dan dengan senang hati merapalkan namaku dalam doa kalian serta mendoakan kebahagianku. #teteupogahrugi

Oiya, ini udah akhir Februari ya? Tahun ini cuma sampe 28 aja kan? Jadi, yak selamat menunda ulang tahun ya buat yang ulang tahun tanggal 29, semoga diberkahi langkahnya. Amin.

Berhubung akhir bulan, sekalian putar balik aja ya~
Oke, ada apa Februari ini?
Ah, Anggi ulang tahun, dan kami dengan bangga menyatakan bahwa semua kejutan yang telah disiapkan dan diharapkan mengejutkan Anggi, GAGAL, gara-gara nggak sengaja ketemu si empunya hari pas di depan rumahnya habis beli mancis buat lilin. Super sekali. Tapi, yak selamat ulang tahun lagi Anggi!

Alhamdulillah, wasyukurillah, pementasan dua putaran kami sukses :') Aduh, terharu program yang sangat menyentuh hati dengan harapan bisa go national. Amin. Ulang tahun Temuga juga diadain di hari yang sama, tepatnya setelah pementasan putaran pertama, yang siang. Leganya bukan main, nggak nyangka sanggup hehehehe. Dan, yak selamat ulang tahun lagi Temuga!

Yaah, adalah beberapa "hiasan" yang....ah gitu deh *tersipu-sipu menjijikkan* Pokoknya, Februari ini sebuah anugerah yang luar biasa. Terima kasih untuk semuanya!

Medan, di bawah bintang glow in the dark, dalam jarak terjun air hujan
Love,

T

Monday, February 25, 2013

Letting Go

Moving on is not just forgetting, but also letting go. Letting go of the person who used to meant the world to you. Letting go of the person you gave your heart to. Letting go of the person you love the most. Letting go of the person who said would never leave. Letting go of the person who said would stay.

Bagaimana kalau tiba-tiba kenangan menyerangmu seperti kawanan kuda yang baru dibebaskan dari istalnya? Kemungkinanmu selamat dari terjangannya sangatlah kecil. Pahit memang menyadari semuanya sudah tidak punya arti apa-apa. Hari yang telah lalu hanya cerita. Tak peduli setahun pertemuan telah berlalu, cerita hanyalah cerita. Cerita nyata yang terasa layaknya ilusi. Tidak akan pernah ada "nanti" yang terjadi. "Kalau" hanyalah "kalau". Iming-iming manis sebagai hiasan.

It hurts to let go. Sometimes it seems the harder you try to hold on to something or someone the more it wants to get away. You feel like some kind of criminal for having felt, for having wanted. For having wanted to be wanted. It confuses you, because you think that your feelings were wrong and it makes you feel so small because it's so hard to keep it inside when you let it out and it doesn't coma back. You're left so alone that you can't explain. Damn, there's nothing like that, is there? I've been there and you have too. You're nodding your head. 
 Henry Rollins, The Portable Henry Rollins

Sunday, February 24, 2013

“Love looks not with the eyes, but with the mind.”
― William Shakespeare, A Midsummer Night's Dream
Ini gambarnya pake spidol di lantai kamar :p

Wednesday, February 20, 2013

Wonder―Don't Judge A Boy by His Cover

Jadi, kalau begitu alam semesta adalah sebuah undian lotere raksasa, ya kan? Kau membeli sebuah tiket saat dilahirkan, dan itu benar-benar acak, entah kau mendapatkan tiket yang bagus atau jelek. Semua itu hanya keberuntungan. 
Kepalaku berputar memikirkannya, tapi setelah itu ada pikiran lembut yang menenangkan, seperti interval rendah pada sebuah nada utama. Tidak, tidak, itu tidak acak. Seandainya memang sepenuhnya acak, alam semesta akan menelantarkan kita seutuhnya, dan alam semesta tidak menelantarkan kita. Alam semesta menjaga makhluk ciptaan paling rapuh dengan berbagai cara yang tidak bisa kita lihat. contohnya dengan orang tua yang memujamu secara membabi buta. Dan seorang kakak perempuan yang merasa bersalah karena bersifat manusiawi terhadapmu. Dan seorang anak bersuara berat yang ditinggalkan teman-temannya karenamu. Dan bahkan seorang cewek berambut pink yang membawa fotomu di dalam dompetnya. Mungkin memang sebuah lotere, tapi pada akhirnya alam semesta membuat semuanya impas. Alam semesta menjaga semua burungnya.”  Justin, Wonder (pg. 277)
 'Apa orang-orang masih terlihat sama saat ada di surga?'
'Entahlah. Kurasa tidak.' 
'Kalau begitu, bagaimana orang-orang saling mengenali?'
'Aku tak tau, Sayang.' Mom kedengaran lelah. 'Mereka hanya bisa merasakannya. Kau tak membutuhkan mata untuk mencintai, ya kan? Kau hanya merasakannya di dalam dirimu. Seperti itulah keadaan di surga. Itu hanya cinta, dan tidak ada seorang pun yang melupakan orang yang mereka cintai.'” Mom to August, Wonder (pg. 309)
Sebenarnya aneh juga, bagaimana kau bisa mengalami malam terburuk dalam hidupmu, tapi bagi orang lain itu hanya malam yang biasa.”  August, Wonder (pg. 374)
Tapi cara terbaik untuk mengukur pertumbuhan kalian bukan menggunakan inci atau jumlah putaran lari yang sekarang bisa kalian lakukan di lapangan, atau bahkan nilai rata-rata kalianmeskipun tentu saja semua itu memang penting. Melainkan apa yang sudah kalian lakukan dengan waktu kalian, bagaimana kalian memilih cara menghabiskan hari-hari kalian, dan siapa saja yang sudah tersentuh oleh kalian tahun ini. Itu menurutku, adalah pengukuran sukses yang paling hebat.” ― Mr. Tushman, Wonder (pg. 408)
Hai, selamat malam! Hari ini aku mau bahas Wonder, novel terjemahan karya R.J. Palacio. Novel ini mengisahkan tentang seorang bocah laki-laki bernama August Pullman yang menderita Mandibulofacial Dysostosis. Jadi, penyakit ini perbandingan terjangkitnya kira-kira satu banding empat juta. Kalau penasaran, bisa tanya Mbah Google, sok atuh.

Menjadi seorang August dengan kondisi seperti itu sama sekali bukan hal yang mudah. August ini awalnya tidak pernah sekolah di tempat umum, dengan kata lain dia home schooling sama orangtuanya. Karena, menurutnya, apa yang terjadi pada wajahnya akan menjadi kendala, melihat apa yang sudah terjadi pada banyak orang yang baru pertama kali melihatnya. Kebanyakan akan menjerit histeris seolah-olah baru melihat alien atau makhluk menyeramkan lainnya. Sepanjang masa kanak-kanaknya sebelum sekolah, August yang lebih sering disapa Auggie ini punya teman dekat bernama Christopher yang tidak memiliki masalah dengan hal itu, tapi, tokoh Christopher ini tidak terlalu sering muncul ataupun berdialog. Selain itu dia juga mempunyai keluarga yang peduli dan menyayanginya dengan tulus.

Namun, tanpa sepengetahuannya, orangtua Auggie mendaftarkannya di sekolah umum yang berbeda dengan sekolah Via, kakaknya. Setelah mendapat penjelasan, Auggie mau mencoba dengan syarat dia bisa berhenti kapanpun dia mau. Auggie mengalami masa-masa sulit pada awal tahunnya. Meskipun dia memiliki beberapa teman yang ditugaskan kepala sekolah untuk menemaninya―Jack, Charlotte, Julian, tetap saja tidak semua orang mau berteman ataupun dekat-dekat dengannya, seakan-akan kalau mereka tanpa sengaja menyentuhnya, orang itu akan terjangkit penyakit yang sama keesokan harinya. Hanya Summer dan Jack yang tetap mau berteman dengannya saat semua orang enggan dekat-dekat dengan Auggie.

Tapi, semua hal itu tak lantas membuat Auggie benar-benar menyerah, walaupun sebenarnya dia hampir menyerah. Auggie melewatinya dengan santai dan menganggap semuanya adalah hal yang biasa dia jumpai. Ya, Auggie memang terbiasa berpura-pura tidak melihat ekspresi orang-orang saat melihatnya, dia terbiasa mendengar desas-desus yang terjadi di belakang kepalanya. Dia ahli dalam hal itu.

Seiring berjalannya waktu, Auggie menemukan teman-teman yang bersedia membantu dan melindunginya. Dia merasa sangat beruntung karena hal itu.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari buku ini. Bagaimana seharusnya kita mensyukuri nikmat Tuhan pada diri kita. Bagaimana harusnya kita memliki semangat seperti Auggie. Auggie adalah bocah hebat yang bisa bertahan dalam lingkungan sekolah yang mulanya tidak bersahabat dengannya. Dia sukses melewatinya tanpa harus benar-benar menyerah.

Oh, iya, Auggie memasuki kelas bahasa Inggris yang diajar oleh Mr. Browne yang meminta mereka untuk membuat pedoman hidup mereka sendiri. Pedoman-pedoman itu yang kemudian akan menyanggah kita pada apa yang ingin kita raih dan bisa menjadi pondasi yang cukup kokoh apabila kita benar-benar menjiwainya.

PEDOMAN KARTU POS AUGUST PULLMAN
Seharusnya semua orang di dunia ini mendapatkan sorak sorai penghormatan setidaknya satu kali dalam hidupnya, karena kita semua berhasil menghadapi dunia.

Semoga ini bisa menginspirasi kita, dan kalau singgah ke toko buku, jangan sungkan-sungkan untuk langsung mencari dan membawanya ke kasir!


Medan, ruang tamu banyak nyamuk
Selamat membaca!

TS

Monday, February 18, 2013

Komburita


Always bear in mind that your own resolution to succeed is more important than any one thing.” 
― Abraham Lincoln
Assalamualaikum! Tidak ada yang lebih menyenangkan selain ngelewatin satu program!! Alhamdulillah Komburita sukses untuk yang kedua dan yang ketiga kalinya. Terima kasih atas doa dan dukungannya, pementasan kami gak ada apa-apanya tanpa doa dan dukungan para alumni, penonton dan semua yang terlibat di dalamnya, baik pelatih, pembina, pengurus, koordinator sama anggota lainnya.

Ternyata kita bisa menggemparkan Taman Budaya sekali lagi. Rasanya, antara terharu sama gak nyangka kalo mampu hehehehe. Pementasan kali ini sekaligus menyambut hari jadi Temuga yang ke 14 tahun. Kira-kira masih SMP lah, bentar lagi SMA.

Jadi, inilah keluarga Komburita, ada sang Raja, Liu-liu, Ibu Suri, Mentri, Peramal, Guru, Rakyat, Hulubalang, Penari, Leka, Dayang-dayang, dan Dukun.

Komburita
Setelah salam teater yang terakhir rasanya lega, seneng karena bisa lancar. Ternyata tidak terlalu mengecewakan. Ya, moga aja bisa lanjut ke tahap nasional. Amin.

4 hari pulang malam terbayarkan sudah. Sebenernya, yang buat semangat dipanggung itu tetep ada adalah semangat dari penonton. Kalo penontonnya meriah, pasti langsung seger hahahaha

Di sini aku jadi guru darah Batak, tapi marganya nama penyakit alih-alih marga Batak. Nyedihin memang ya-_-. Aku sama Ririn berdua jadi guru, bedanya Ririn darah Jawa. Kami bantu Hulubalang nyari tempat persembunyian Leka supaya bisa nemuin calon istri si Raja, Liu-liu. Kami berasa Dora versi teatrikalnya.

Guru beserta peta :P
Terima kasih untuk yang sudah meluangkan waktunya buat nonton pementasan kami ini. Semoga kita bisa mempertahankan Taman Budaya beserta kreasi di dalamnya.

Dan, selamat ulang tahun untuk Temuga yang ke 14 tahun. Semoga tetap bisa menjadi Teater Pelajar di jalan yang benar, semoga kita bisa tetap bertahan dalam kondisi yang paling parah sekalipun. Semoga silaturahmi antar anggota dan alumni bisa tetap terjaga.

Akakis!!
You’re not obligated to win. You’re obligated to keep trying. To the best you can do everyday. 
 Jason Mraz
Medan, 18 Februari 2013
Seragam masih melekat di badan,
Salam budaya,

TS