Pages

Thursday, December 29, 2011

Mekanisme hidup tampaknya semakin buram untuk dimengerti. Lucu. Berusaha mengerti sesuatu yang rumit. Tanpa ada jawaban. Mempercayai hal yang sudah jelas hanya fatamorgana ditengah-tengah keringnya kehidupan. Fakta yang semakin jelas terlihat. Membenci tokoh yang terus bermain di depan mata. Irikah? Mungkin. Katanya, iri berarti tidak mampu. Aku memang tidak mampu. Puas?
Mungkin meneriaki kekonyolan ini bisa mengubah sesuatu. Tapi, lucunya, tidak ada yang berubah. Memaki alur yang sudah ditetapkan, ibarat berharap onggokan semen berbentuk itu bisa bergerak. Tidak akan ada yang terjadi. Menyalahkan keadaan yang sudah terlihat jelas bagaimana akhirnya.
Hanya bisa menerima. Menunduk meratapi jalanan sepi yang berbatu penuh jurang. Melangkah terhuyung-huyung mencari cahaya. Sendirian. Menoleh ke kiri dan kanan, berharap ada yang mengulurkan tangan. Berharap sosok yang tadinya hilang bersedia hadir kembali. Nyatanya hanya bertemu dengan angin. Hai, angin. Teman lama. Hahaha
Entah marah pada siapa. Pada apa. Muak luar biasa. Mencapai titik teratas kekesalan. Tertohok melihat semuanya berjalan baik-baik saja tanpa ada raut kehilangan atau sekedar mencari ada yang hilang, tanpa ada yang menyadari bahwa ada orang lain disini, yang masih menunggu. Apa yang bisa dilakukan? Tertawa saja. Belajar memahami selera humor takdir. Tertawai mimpi-mimpi, kepercayaan, harapan.

No comments:

Post a Comment