Pages

Sunday, August 26, 2012

Kembali ke Kenyataan untuk yang ke-...Entahlah

Hai, setelah berhari-hari berteman dengan malam, sepertinya ini malam terakhir untuk tetap terjaga jam segini. Ini Minggu bung, besoknya Senin, what a fact! Kembali bergelut dengan sekolah dan segala isinya, kita lihat saja bagaimana waktuku habis terkuras sampai tetes terakhir, dan sekarang kita lihat sudah sampai mana tugas-tugas itu? Hmm, tidak ada perubahan yang berarti. TIDAK BISAKAH KALIAN MENCARI JAWABAN SENDIRI? *ngancungin telunjuk ke buku*

Siapa sangka ini hari terakhir berleha-leha? Hitungan jam lagi harus sudah berkutat dengan segala macam yang berbau sekolah. Kenyataan yang menyedihkan memang. Dipaksa kembali bertempur dengan pikiran-pikiran seperti "ah, salah jurusan nih", "bentar lagi juga gak sanggup", "ujian nanti gimana?", dan mungkin "hm, maaf kalian siapa?". Tapi, ya, siapa lagi yang bisa diandalkan selain diri sendiri? Pahitnya obat tablet dirasain sendiri, sembuhnya juga di badan sendiri. Harus berjuang 2 tahun lagi. 2 TAHUN SEPERTI INI, DENGAN KONDISI YANG SEPERTI INI. Perlu dijelaskan seperti apalagi? Tidak ada yang lebih menyenangkan selain memikirkan kemungkinan terburuk (baiklah, itu hanya ungkapan).

SMA, masa-masa menyenangkan, katanya. Sebagian besar orang sedang, masih, dan sudah merasakannya. Berlaku untukku tidak? Bolehkah? Buku-buku ini penyiksaan! Bayangkan, siapa mau ke pasar, beli beras sekian kilogram menggunakan prinsip Pythagoras? Tidak satu orang pun. Dan prinsip-prinsip semacam itu semakin rumit seiring bertambahnya tingkatan pendidikan. Aneh. Mungkin tidak bagi kalian bercita-cita menjadi Profesor, Insinyur, atau bahkan Arsitek. Besarnya derajat kemiringan sangat berpengaruh untuk apapun itu, aku benarkan? Dan aku bahkan tidak menaruh minat diantara semuanya. Anak nyasar dari mana nih? Mungkin kalian akan berpikir begitu kalau melihat aku duduk di bangku jurusan apa. Lucu, kalian bahkan tidak tau bagaimana sulitnya menuliskan IPA/IPS di angket yang disediakan. Itu adalah pilihan yang sulit untuk orang sepertiku yang tidak punya gambaran apapun tentang jadi apa aku kelak. Ternyata, jalan yang seperti inilah yang harus aku jalani. Yah, welcome to reality!

Salam,
Tias dengan pikiran yang tercecer entah dimana

No comments:

Post a Comment