Pages

Saturday, April 19, 2014

Karena Menjadi Kreatif Itu Sederhana

Judul Buku      : Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati
Penulis             : Wahyu Aditya
Penerbit           : Bentang, Yogyakarta
Cetakan           : I, Januari 2013
                          II, Februari 2013
                          III, Mei 2013
Tebal               : xviii + 302 hlm

Sinopsis lihat di sini.



“Jadilah seperti anak kecil, hilangkan prasangka agar tercipta karya-karya kreatif.”
 – Thomas Huxley

Kenapa harus takut menjadi kreatif? Sedang kreatif bisa merubah ketakutan menjadi kekuatan untuk menjadi orang yang produktif. Contohnya saja, kita bisa membuat gambar atau bentuk binatang yang paling kita takuti, beri sedikit sentuhan imajinasi menarik, kemudian aplikasikan di beberapa media, dan mungkin bisa menjadi barang yang memiliki nilai jual. Hasil yang akan kita dapat tergantung dengan bagaimana kita menggunakan otak kanan kita untuk menuangkan kreatifitas kita dalam wadah kosong. Bukan soal bila karya yang kita hasilkan berlabel masterpiece atau tidak, karena tidak ada karya yang bagus atau tidak bagus, yang ada hanyalah suka atau tidak suka. Begitulah yang diungkapakan oleh Wahyu Aditya atau yang biasa disapa Mas Wadit dalam bukunya yang berjudul “Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati”.
Sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki kepedulian bagi kemajuan bangsanya, ayah satu anak ini merasa prihatin melihat anak muda bangsanya yang tidak tergerak untuk mengubah bangsa yang cenderung monoton. Dalam buku ini, Mas Wadit secara gamblang mengomentari berbagai iklan berisi semboyan maupun berbagai ucapan dari pemerintah yang tidak seimbang, dalam artian, pemerintah cenderung ingin menunjukkan eksistensinya sebagai pejabat negara dalam berbagai iklan tersebut. Bahkan, Mas Wadit dengan terus terang menyatakan bahwa itu semua merupakan sampah visual yang dapat mengganggu pandangan mata dan mengurangi nilai pariwisata di tiap daerah. Selain tentang sampah visual, pemilik distro online KDRI ini juga menyatakan bahwa sebenarnya kita bisa memperkenalkan jati diri Indonesia baik kepada pemuda & pemudi Indonesia maupun ke mancanegara dengan cara yang lebih “terkini”. Contohnya tampak dari logo kemerdekaan Indonesia yang tidak mengalami perubahan yang berarti dari segi desain. Maka, Mas Wadit dengan berani melakukan “make-over” terhadap logo kemerdekaan RI tersebut. Nasib baik, masyarakat lebih menerima desain yang dicanangkan oleh Mas Wadit, pemuda & pemudinya pun merasa jauh lebih percaya diri menampilkan logo dari Mas Wadit di berbagai kesempatan. Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati ini juga mengulas habis-habisan tentang iklan yang harusnya menjual pariwisata Indonesia, menunjukkan ciri khas dan image Indonesia.

Atas berbagai masalah itulah, pendiri sekolah animasi Hello Academy dan penyelenggara HelloFest ini menguak betapa pentingnya memelihara dan mengembangkan kreatifitas diri sendiri serta menundukkan si otak kadal yang secara teratur menanamkan motivasi negatif ke dalam diri seseorang. Maka lahirlah buku yang mengajarkan kita bagaimana berkreasi dalam wadah yang terbatas, entah itu dalam hal fisik, maupun hal yang lainnya.

Yang membuat buku ini menarik adalah dari segi judul yang cukup berani, dengan memakai unsur Pancasila: “Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati”, dengan catatan kaki yang tak kalah berani: “Buku Petunjuk Pengamalan Kreativitas bagi Rakyat dari KDRI (Belum/Tidak Sah). Melalui desain sampulnya yang juga menggunakan unsur lambang negara, Mas Wadit mampu menarik hati para calon pembacanya dengan hasil modifikasi dari gambar garuda. Dengan mengambil tema kemampuan kreatif, beliau mampu menuturkannya secara lugas dan tidak berbelit-belit yang mampu menghanyutkan para pembaca, dan menyajikannya dengan menggunakan konsep scratch book, tak ketinggalan pula ilustrasi-ilustrasi yang mendukung setiap halamannya membuat para pembaca semakin tenggelam dalam imajinasi mereka sendiri. Ide animator yang satu ini tak hanya berhenti sampai disitu. Di setiap sudut atas halamannya dapat kita jumpai potongan-potongan gambar yang akan membentuk sebuah animasi.

Namun, penuturannya yang dirangkum dengan apik tersebut sedikit terganggu dengan sisipan promosi produk yang diluncurkan oleh Mas Wadit itu sendiri. Sehingga, dalam beberapa bab, buku ini akan tampak seperti katalog produknya.

Secara keseluruhan, buku ini cocok untuk semua kalangan, terutama bagi mereka para pengguna otak kiri yang membutuhkan sedikit pencerahan untuk memberi “pemanasan” kepada otak kanan mereka. Bagi yang sudah lebih dulu berenang dalam imajinasi, bisa membuat mereka semakin percaya diri dengan karya-karya yang berasal dari imajinasi mereka tersebut dan memungkinan membuka peluang bisnis yang menarik. Tak ada salahnya untuk menjadi lebih kreatif dan menemukan kesenangan tersendiri dalam menuangkan sesuatu dalam bentuk sebuah karya seni, apapun itu.

Salam kreatif,

Yas

No comments:

Post a Comment