Pages

Friday, October 5, 2012

Masih Cerita Tentangmu

Jum'at sore, rutinitas seperti biasanya, ekstrakulikuler.

Langit sudah menghitam dan adzan Magrib sudah dilantunkan saat aku menapaki jalan menuju yang kusebut dengan rumah. Jaraknya lumayan, 15 menit berjalan kaki. Sama sekali tidak ada angin yang berhembus, melainkan kilat yang saling menyambar di langit. Aku berjalan diiringi nyanyian serangga-serangga malam yang merapalkan doa supaya hujan lekas turun, serasa layaknya resepsi. Bedanya, aku berjalan, bukan berdiri diam di hamparan karpet merah bertabur kelopak bunga di depan kursi pelaminan, dan tidak ada laki-laki yang berjalan menghampiri.

Aku sengaja memperlambat langkahku, dengan harapan aku bisa berdampingan dengan rintik hujan, supaya semua sisa-sisa air mata yang tertempel luntur tanpa sisa. Tapi, di luar perkiraan, hujan bahkan belum tumpah sampai detik ini aku berbaring di bawah bulan dan bintang yang akan bercahaya kalau gelap yang ditempel di langit-langit kamarku, dan menuangkan segala kata-kata yang sudah kurangkai sejak aku turun dari angkutan umum yang aku tumpangi.

Hari ini terasa lebih berat dari hari kemarin. Kepala yang sakitnya kian menjadi memperburuk keadaan. Aku bahkan tidak tau apa yang harus kuutamakan terlebih dulu. Aku terlalu buta karena merindukanmu.

Entah sudah berapa kali aku mengulang-ulang cerita yang sama. Masih dengan masalah yang sama, dan dengan ending yang masih juga belum kelihatan jelas. Aku masih sangat merindukanmu. Entah sudah berapa protes yang aku tumpahkan kepadamu, tapi tak kunjung mendapat respon darimu. Aku tidak tau apakah hatimu sudah berubah atau memang kau masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Yang jelas, aku sangat kehilangan dirimu yang dulu. Dirimu yang meyakinkanku supaya tetap pada tempatku, tetap menunggumu. Aku hanya merindukanmu. Apa aku salah? Aku hanya memintamu mengerti di tengah kesibukanmu. Mengertilah.

No comments:

Post a Comment