Pages

Monday, January 29, 2018

-

Sudah sangat lama rasanya dari terakhir kali saya menulis seperti ini di dunia maya yang memiliki kemungkinan sangat besar untuk dibaca orang. Di umur sekarang ini, saya rasa saya hanya berani terang-terangan di satu media sosial saja. Tapi, kali ini, saya ingin kembali berterus terang pada diri saya sendiri lewat blog yang sudah tua ini.

Saya punya kecenderungan untuk berpikir melebihi yang seharusnya dan seringnya dibarengi dengan cepat merasa bersalah atas hal-hal yang saya lakukan. Contohnya adalah ketika saya ingin sekali-sekali menjadi egois dan memberanikan diri untuk berkata tidak atau pun meminta tolong kepada orang lain. Satu waktu saya merasa tidak apa kalau saya berperilaku seperti itu barang sekali-dua kali, detik berikutnya, saya merasa seperti balas dendam, dan saya tau itu buruk. Saya sering tersandung pikiran-pikiran saya sendiri saking berantakannya. Saya sadar kalau saya hanya menyusahkan diri sendiri dengan semua pikiran yang tidak jelas arah dan tujuannya, tapi ya itu tadi, saya kesulitan mengendalikan kepala saya.

Dalam beberapa fase dalam hidup saya, akan selalu ada waktu di mana saya akan merasa seperti semua orang sedang menarik diri dari saya, walau pada kenyataannya tidak seperti itu. Pada titik itu, rasa percaya diri saya akan hilang sehilang-hilangnya. Saya akan berdiri pada zona abu-abu, tidak lagi tau mana yang benar dan mana yang salah. Saya tidak tau apakah orang lain pernah merasakan hal yang sama. Merasa seperti apa yang dilakukan tidak ada benarnya, merasa apa yang dilakukan tidak berarti apa-apa selain hal yang mennyusahkan. Apakah orang lain pernah se-insecure itu?

Saya jadi berpikir, jika ada orang yang datang pada saya ketika mereka berada pada titik itu, apa yang akan saya lakukan. Ah, terkadang saya hanya menjadi egois dengan memberikan kata-kata sok bijak, yang saya sendiri tidak bisa menerapkannya. Egois karena saya ingin dianggap bisa diandalkan. Kepada teman-teman saya yang mungkin pernah meminta pendapat saya, ya, beginilah saya adanya.

Terkadang, ada pikiran-pikiran kecil yang hinggap, seperti betapa lelahnya berusaha menjadi baik di mata semua orang, betapa lelahnya menjaga hati semua orang, serta hal-hal lain yang terkadang membuat lupa kalau saya juga harus berbuat baik dan menjaga hati saya sendiri. Tentang berbuat baik pada diri sendiri, saya punya teman yang sudah bisa berdamai dengan dirinya. Jujur saja, saya ingin begitu juga. Bagi saya pribadi, menerima orang lain dalam hidup kita, siapa pun, adalah satu hal. Karena pada dasarnya, orang-orang akan datang dan pergi pada waktu yang tidak bisa ditebak. Tapi, untuk menerima diri kita sendiri itu adalah lain hal. Menerima diri sendiri berarti telah berdamai dengan segala yang ada dan terjadi pada diri, entah itu baik atau buruk. Penerimaan terbaik yang mungkin bisa saya dapatkan.

No comments:

Post a Comment