Pages

Wednesday, November 7, 2012

Tidak Kali Ini

Aku anak teater sekolahan. Tampak jelas di lengan kiri kemeja seragam sekolahku. Apalagi, yang menjadi mimpi seorang anak teater selain bermain di panggung luas nan megah setelah tirai utama di buka, di bawah beberapa lampu sorot dalam sebuah pementasan tunggal?

Merasakan peningkatan ritme detak jantung selama detik-detik menjelang tirai dinaikkan, masuk sebagai karakter yang berbeda, dengan riasan tebal menempel di wajah, bertukar dialog dengan lawan main, ditutup dengan salam menggelegar yang menggemparkan seantreo gedung utama, berbaris sepanjang panggung dengan jemari saling terkait satu sama lain menunggu aba-aba. Sampai terdengar suara lantang, "SALAM TEATER, MULAI", dan pemain lainnya mengikuti dengan suara yang tak kalah lantangnya seraya mengangkat tangan bersama "AKU KAMI KITA SATU TEMUGA", diikuti dengan riuh tepuk tangan yang memecah gedung, dan senyum bangga mengembang di wajah orangtuaku yang ada diantara barisan kursi penonton, ada bekal yang bisa diceritakan mereka ke orang-orang, bercerita dengan perasaan yang menggebu-gebu "Itu anakku. Anakku! Dia hebat di panggung. Aku Ibunya. Aku Ayahnya. Kami orangtuanya!". Kelegaan seketika menghampiri wajah-wajah lelah di atas panggung.

Baiklah, selamat berjuang saudara! Gemparkan Taman Budaya. Nikmati lampu sorot yang membakar kulit kalian, curi fokus mereka. Semangat Komburita!

No comments:

Post a Comment