Pages

Monday, February 29, 2016

The Concert

Saya bukan makhluk konser, bahkan bisa dibilang saya tidak terlalu menikmati berada di lautan manusia dengan musik yang seakan-akan mencengkeram gendang telinga saya. Walapun saya pernah mengikuti acara pentas seni di SMA dulu--karena sebuah keharusan, saya tidak pernah mengikutinya sampai selesai. Sebelum bintang utamanya keluar, sebisa mungkin saya berada jauh dari sound system.

Selain konser musikaliasi yang diadakan ekskul saya dulu, konser Efek Rumah Kaca di acara Iridescent February tempo hari adalah konser yang paling membuat saya girang. Awalnya saya ragu mau datang, membayangkan kondisi hingar bingar sebuah konser musik yang tidak pernah terasa nyaman. Tapi, teman kuliah saya yang teramat sangat persuasif, berhasil membuat saya mengiyakan ajakan untuk datang, ditambah dengan isu yang mengatakan bahwa ERK akan vakum. Dan saya tidak menyesal dia terus merecoki saya.

Kali pertama saya berkenalan dengan musik ERK ini saat masih duduk di bangku SMP, apalagi kalau bukan Desember. Saya menyukai iramanya yang menenangkan. Setelah itu, saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya karena tidak ada orang lain yang tau tentang band ini. Setelah masuk kuliah, saya bertemu dengan teman saya ini, dan ternyata playlist-nya terbilang lengkap. Saya langsung mendengarkan semua albumnya, dan kembali jatuh cinta. Beberapa orang yang saya kenalkan dengan band ini kebanyakan mengernyitkan dahi, tidak mengerti apa yang mereka dengar. Pun saya tidak mengerti mereka.

Kembali ke konser, acara ini dimulai jam 19.00, diisi dengan band-band lokal. Kami berdua duduk di sayap kanan. Memasuki jam 21.00, nama ERK mulai digaungkan. Bisa dibayangkan, jantung saya berdebar bukan main. Melihat band yang selama ini hanya saya kagumi dari playlist saya. Entah siapa yang memulai, penonton yang semula duduk langsung bergerak ke bibir panggung, berdiri dihadapan ERK. Dibuka dengan lagu Merah, sontak semuanya berteriak riuh, tepuk tangan dan ikut melantunkan lagunya.

Tak bisa dipungkiri, ketika menonton sesuatu yang saya sukai seperti ini secara langsung, saya menjadi hyperactive, badan saya tidak mau diam, berteriak tidak karuan, memanfaatkan kondisi disekitar saya yang sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Saya menyukai atmosfer selama Mas Cholil dan kawan-kawan (minus Mas Adrian) manggung. Penonton ikut bernyanyi di semua lagu yang mereka bawakan. Saya tidak bisa mengatakan lagu mana yang paling “berisik”, karena rata-rata lagu yang dibawakan memicu teriakan maksimal. Lagu-lagu dari album Sinestesia, dan album lainnya.

Cara mereka membawakan lagu-lagunya pun membuat saya melupakan tugas-tugas yang harusnya saya siapkan. Mereka terlihat bermain dengan hati, bergerak mengikuti musik, saya sendiri sampai ikut memejamkan mata, mengisolasikan diri saya dengan musik mereka. Terlebih cara Mas Cholil bernanyi, membuat saya lebih memaknai lagu-lagu ERK. Favorit saya? Semuanya! Saya sangat menikmati permainan mereka. Saya jatuh cinta lebih dalam terhadap karya-karya mereka. Maybe I’m a freak, but at least I have my own world. Sayang aja saya tidak dapat pick gitar yang dilempar, padahal mupeng pas liat Mas Cholil ngeluarin pick dari kantong.


Mungkin saya akan mengikuti konser mereka setelah vakum kalau saya ada kesempatan. Well, goodluck, Efek Rumah Kaca! You worth my voice!

Ah ya, kalian harus mulai mencoba untuk mendengar musik mereka. Mulai dengan Desember!

Salam,

T