Pages

Monday, March 26, 2012

Pilihan Tanpa Jawaban

Pilih mana, nerima perlakuan yang teramat sangat manis tapi tanpa ada kepastian, atau ngebiarin semuanya berjalan kayak yang seharusnya dan duduk anteng nunggu bayangan abu-abu itu balik lagi? Nggak keduanya?
Pilih mana, masang tampang sok kuat tapi begitu gadak orang nangis ngeraung-raung kayak singa kelaperan, atau langsung nunjukin apa yang dirasain tapi yang dituju langsung ngeh harus kayak gimana? Nggak ada yang mendingan?
Pilih mana, mengerti tapi malah jadi pisau di nadi kita sendiri, atau berlalu menutup mata dan telinga tapi jatuh dilubang yang jelas-jelas menganga lebar di depan mata kita? Nggak ada yang lebih baik?

Salah langkah, hancur semuanya. Antara takut kehilangan dan kenyataan yang mengharuskan hati untuk ikhlas. Mencoba menulikan telinga untuk mengurangi ritme sayatan belati dalam hati. Sayangnya gerakan halus jarum jam itu masih bisa terdengar dengan sangat jelas, menghancurkan harapan untuk terbangun dari tidur panjang melelahkan. Tidak sedikitpun terdengar lelah untuk mengingatkan bahwa alurnya tetap berjalan.

Ketahuilah, bukan hanya dia yang terluka. Dia jatuh dengan tanganmu yang bersedia menariknya kembali. Di sini juga ada manusia yang masih menghirup udara dengan cara yang sama. Pikirkan dampak yang disebabkan kata-kata yang meluncur dari bibirmu. Aku memang tidak bisa seperti dia yang tidak perlu takut akan kehilangan sosok sepertimu. Aku bukan dia. Dia bukan aku. Tamengku tidak jauh lebih kuat dari yang dia miliki.
Mencoba memahami apa yang kau alami, apa yang kau bimbangkan. Ya, tidak terlalu sulit. Sudah terbiasa mungkin. Tapi, luputkah dari pandanganmu bagaimana menyiksanya setiap tarikan nafas yang kuambil setiap kali memulai perbincangan itu? Aku tidak terlalu bagus dalam berpura-pura. Aku selalu gagal ditengah-tengah peran yang kumainkan. Aku hanya perlu waktu.

Dibingungkan dengan jalan bercabang yang menjebak bukanlah hal yang menarik untuk dipamerkan di depan khalayak orang banyak. Memilih bukan salah satu hal yang tergolong dalam hobi yang pantas untuk diperdalam. Bahkan terkadang untuk memilih waktu yang tepat untuk tidurpun dibutuhkan kemantapan hati yang benar-benar mantap. Tapi, siapa yang tau akan jebakan dalam sebuah pilihan kalau kita tidak pernah berniat untuk melangkah dan membuka tirai yang menyimpan berbagai momen memilukan mengejutkan yang akan tetap bersarang disana kalau tidak ada yang mengusiknya. Bukankah pilihan memang selalu seperti itu? Kita dibiarkan menebak-nebak segala kemungkinan yang terjadi kalau kita memilih jalan ini, menebak-nebak segala kemungkinan yang terlewatkan kalau kita mengabaikan jalan satunya. Tidak akan ada yang terjawab sebelum kita mencapai garis akhir dari jalan yang kita pilih.

Mungkin munafik kalau aku mengatakan aku tidak merasakan apa-apa. Siapa bilang aku tidak geram? Bahkan gemericik air yang jatuh dengan halus pun terasa begitu memuakkannya kalau secara tak sengaja terigat tentang semuanya. Memuakkan memang. Tapi, inilah yang aku rasakan. Mungkin diluar pemikiranmu, mungkin kau tidak menyangka. Mengertilah. Hanya sedikit dari sekian banyak yang aku lontarkan pun itu sudah kuanggap sebagai sebuah hadiah.

Saturday, March 24, 2012

Titik Jenuh

Udah lebih dari seminggu, jelas terasa bedanya. Udah gak sebebas dulu lagi, harus mikiri kalo ada orang lain yang lagi nunggu disana. Kehilangan pesan selamat malam, obat tidur paling ampuh. Kehilangan pesan pengingat waktu makan. Kehilangan sosok yang berarti. Siapa lagi yang sudi ngelarang anak kecil tidur larut malam?

Harus merelakan buat orang lain rasanya itu, gataulah, coba pikir aja sendiri gimana. Pengen nganggep ini cuma mimpi buruk yang panjang. Sebentar lagi bangun kok. Semuanya bakalan baik-baik aja. Nanti diingetin makan kok. Nanti disuruh tidur kok. Nanti masih ketawa-ketawa kok.Nanti....iya, nanti. Gatau kapan.

Ngerasa berat. Tapi, sadar emang udah gabisa lagi. Apalagi ngeliat kondisinya baik-baik aja. Berarti emang pilihannya bener. Berarti emang bahagia. Yaudahlah. Teringat ada yang bilang, "toh kalo si perempuannya ngerasa sakit, masih ada si laki-laki disampingnya kan?". Wah bener juga. Aku sama tembok aja kali ya?

Luka yang kemarin belum kering total, tapi udah kebuka lagi. Awalnya emang nyoba buat biasa aja, tapi ternyata makin hari makin berasa perihnya. Gatau harus gimana, gabisa benci, gabisa marah, gabisa ngejauh juga. Ngebaca ulang, setelah dipikir-pikir masuk akal juga. Ada hubungannya. Ternyata ya gini.

Masih susah buat nerima keadaan sebenernya, masih gamang, masih dalam kondisi labil-selabil-labilnya. Mungkin anak-anak kali, cengeng, heboh, atau apalah. Gatau mau cerita gimana. Bingung. Ah yaudahlah, gabisa dirubah juga :)

Miss yaa

Friday, March 16, 2012

Manisnya Racun

Baru dua hari setelah aku membanggakannya disini. Fakta memang kejam. Tidak memandang bagaimana girangnya hati manusia. Seolah-olah yang sebelumnya belum cukup menarik untuk sebuah kejatuhan. Pengen rasanya buat gapercaya. Nutup telinga terus lari sejauh mungkin, sampe ada yang teriak kalo semuanya cuma tipuan, cuma lelucon memuakkan. Tapi, nyatanya, inilah wujud aslinya, inilah yang selama ini tersimpan apik dibalik fatamorgana memilukan yang dengan mudahnya menutupi kornea dari semua yang terpampang secara tersirat.

Mawar memang cantik, sampai kita tertusuk durinya yang tajam. Gula memang manis, sampai kita merasakan sakit di gigi. Siapa sangka perih yang tadinya terasa menyejukkan tiba-tiba menjadi racun yang membuat bernafas saja terasa begitu sulit. Siapa sangka bahwa selama ini yang menjadi pijakan ternyata sebuah ranjau mematikan.

Di bawa terbang dengan kata-kata yang mengandung kadar gula yang tinggi, kemudian dijatuhkan dengan cara seperti ini. Bagus. Mencium aspal untuk yang kesekian kalinya. Ini namanya pembodohan.

Rangkaian kata yang seolah-olah meng-iya-kan itu menari-nari dikepala, mempeolok-olok anak kecil yang kembali jatuh. Semuanya terlalu rumit untuk bisa dipahami oleh otak yang tidak seberapa ini. Pelangi yang tadinya tercipta, seketika kehilangan warnanya, menjelma menjadi goresan tinta hitam pekat tanpa celah. Membuat bibir ini terkatup rapat, berbicara dengan angin dalam kebisuan. Deretan abjad tak bernyawa ini mampu mempengaruhi kinerja jantung yang detaknya kini 2 kali lipat dari biasanya.

Mengumpat tidak akan mengubah pikiranmu, tidak akan mengubah pilihanmu. Mungkin ini selera humor yang ingin kau bagi. Selera yang bagus. Terima kasih karena telah berbagi.

Wednesday, March 14, 2012

Penyembuhan

Akhirnya, setelah sebelumnya berulang kali terjatuh dilubang yang sama. Sosok yang membawa cahaya yang jauh lebih nyaman dan menghangatkan datang memulihkan luka yang masih menganga lebar. Menggugurkan harapan yang hanya akan menjadi debu jika dibiarkan terlalu lama. Mungkin akan menjadi umpatan kalau seandainya tetap ada dalam waktu yang lebih lama lagi. Masih ada sedikit perih yang terasa ketika pendar kehangatannya mulai bekerja. Bukan perih menyiksa. Tapi, perih yang menyembuhkan. Perih yang menghapus kenangan hitam dalam lembar putih yang tampak kusam. Perih yang menuangkan berjuta warna mengalahkan indahnya pelangi yang terlukis dibentangan langit tak berujung. Menjadikan setiap pagi lebih bermakna setiap detiknya.

Berterima kasih atas setiap detik yang rela dibuang hanya untuk meladeni seorang anak kecil. Anak kecil ini juga mempunyai rasa membutuhkan. Dan dia membutuhkan sosok hangat yang bersedia hadir disela-sela kejatuhannya. Setiap senyum yang terlukis memberikan kekuatan tersendiri saat melihatnya. Kekuatan untuk tetap bertahan pada pijakan yang telah diraih. Kekuatan untuk tidak menoleh kebelakang, dan berlari pada pilihan yang salah. Kekuatan untuk tetap sadar pastinya.

Anak kecil ini juga punya emosi. Namanya juga anak kecil, terkadang masih terlalu awam untuk bisa berpikir jernih. Kau tau, saat deretan huruf ini mulai terjalin dan membentuk rangkaian kalimat membosankan seperti yang kau baca sekarang ini, hanya ada satu bayangan wajah yang terlintas. Wajah yang sudah bersedia tinggal selama kurang lebih 2 minggu ini. Wajah yang mungkin akan berada jauh diseberang pulau sana dalam jangka waktu yang tidak lama lagi. Mungkin akan menjadi wajah yang sangat kurindukan sebentar lagi. Mungkin tidak lebih dari 4 bulan lagi.
...

Sunday, March 11, 2012

Berasa disembuhin lagi. Lukanya udah ditimbun sama kenangan baru. Rasanya kayak masih dikasih kesempatan buat mulai cerita baru. Dan inilah awalnya. Pertamanya takut. Takut kalo ujung-ujungnya bakal sama aja. Tapi, ternyata beda. Pengennya sih gabakal dijatuhin lagi kayak yang sebelumnya, tapi liat nanti ajalah gimana kedepannya. Awalnya dulu cuma gara-gara satu kata aja, tapi nyiptain kondisi yang gabisa dideskripsiin sama kata-kata *eaa hahaha ;p

Monday, March 5, 2012

Semua kebaikan yang diutarakan, semua keramahan yang dilontarkan, menjelma menjadi belati tajam yang menghunus tepat di jantung. Kenyamanan yang disodorkan seketika menyesakkan.
Derita yang dulu kini menjadi bumerang menggoyahkan pijakan yang baru dicapai. Memporak-porandakan pemikiran. Menghancurkan ritme detak kehidupan. Memaksa bernafas dalam ketidak mampuan. Mencekik di sela-sela senyum bahagia yang nampaknya akan menjadi butir air mata.
Terjebak di antara dua pilihan. Antara penantian dan penerimaan. Dibangkitkan dengan tawa, saat itu juga yang dinanti kembali hadir.
Digitukan. Rasanya? Macem ditampar. Sakitnya berasa sampe hati hahaha.
Mungkin cuma kalimat sederhana, gadak maknanya sama sekali. Tapi, pernah kepikiran sama pengaruhnya ke orang lain gak? Keserempet kali. Ah tapi kalo dipikir-pikir iya juga ya. Dibangkitin yaaa tujuannya untuk dijatuhin lagilah. Padahal awalnya udah yakin kali. Tapi, malah gini. Agak sedih memang hahaha. Yaudahlah, yang dibicarain juga gabakal tau.