Pages

Friday, March 16, 2012

Manisnya Racun

Baru dua hari setelah aku membanggakannya disini. Fakta memang kejam. Tidak memandang bagaimana girangnya hati manusia. Seolah-olah yang sebelumnya belum cukup menarik untuk sebuah kejatuhan. Pengen rasanya buat gapercaya. Nutup telinga terus lari sejauh mungkin, sampe ada yang teriak kalo semuanya cuma tipuan, cuma lelucon memuakkan. Tapi, nyatanya, inilah wujud aslinya, inilah yang selama ini tersimpan apik dibalik fatamorgana memilukan yang dengan mudahnya menutupi kornea dari semua yang terpampang secara tersirat.

Mawar memang cantik, sampai kita tertusuk durinya yang tajam. Gula memang manis, sampai kita merasakan sakit di gigi. Siapa sangka perih yang tadinya terasa menyejukkan tiba-tiba menjadi racun yang membuat bernafas saja terasa begitu sulit. Siapa sangka bahwa selama ini yang menjadi pijakan ternyata sebuah ranjau mematikan.

Di bawa terbang dengan kata-kata yang mengandung kadar gula yang tinggi, kemudian dijatuhkan dengan cara seperti ini. Bagus. Mencium aspal untuk yang kesekian kalinya. Ini namanya pembodohan.

Rangkaian kata yang seolah-olah meng-iya-kan itu menari-nari dikepala, mempeolok-olok anak kecil yang kembali jatuh. Semuanya terlalu rumit untuk bisa dipahami oleh otak yang tidak seberapa ini. Pelangi yang tadinya tercipta, seketika kehilangan warnanya, menjelma menjadi goresan tinta hitam pekat tanpa celah. Membuat bibir ini terkatup rapat, berbicara dengan angin dalam kebisuan. Deretan abjad tak bernyawa ini mampu mempengaruhi kinerja jantung yang detaknya kini 2 kali lipat dari biasanya.

Mengumpat tidak akan mengubah pikiranmu, tidak akan mengubah pilihanmu. Mungkin ini selera humor yang ingin kau bagi. Selera yang bagus. Terima kasih karena telah berbagi.

No comments:

Post a Comment