Menyenangkan rasanya ternggelam dalam rengkuhan yang kuciptakan sendiri. Menjalari hangat yang menyelinap di antara sergapan dinginnya tembok di sekelilingku. Butir-butir rasa nyaman yang kupungut satu per satu di jalan yang mulai terlupakan. Entah aku yang terlalu sensitif atau memang aku yang selalu di belakang.
Aku merasa terlampau monoton, terlampau konsisten dalam arti yang tidak menyenangkan, aku nyaris bisa menebak kemana angin akan membawa kisah yang kuhadapi. Aku tidak menyalahi apa-apa, atau siapa-siapa. Aku hanya...mungkin aku hanya lelah. Sangking lelahnya, aku buta arah, tak lagi tahu kemana harus berlari, tak lagi tahu kemana harus pulang.