Pages

Monday, April 10, 2017

Cerita Tentang yang Asing

Dulu sekali, waktu saya masih duduk di bangku SMP, saya punya kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang asing lewat dunia maya, mencoba berbagai situs hanya untuk mencari teman bicara. Situs yang saya maksud disini tidak memaparkan identitas penggunanya, kita akan bertemu orang lain secara acak, dari seluruh penjuru dunia. Dari pengalaman yang sudah-sudah sebagian besar yang mengakses situs ini adalah remaja dan orang-orang dewasa. Untuk mendapatkan teman bicara yang nyaman bagi saya sendiri butuh beberapa kali percobaan. Sampai akhirnya saya bertemu dengan yang satu ini.

Biasanya saya berinteraksi dengan orang-orang itu hanya selama beberapa hari bahkan hanya 1 hari itu saja. Dengan teman-kalau bisa saya menyebutnya begitu- saya ini, kami saling bertukar kabar cukup lama setelah sebelumnya bertukar alamat surel, bahkan sampai satu tahun mungkin? Saya tidak ingat. Waktu itu saya masih kelas 1 SMA, masih dalam kondisi yang cukup labil, sedangkan dia saat itu adalah seorang mahasiswa tingkat akhir kalau tidak salah.

Saya sendiri sampai bingung bagaimana caranya kami bisa begitu akrab, padahal ada begitu banyak hal yang tidak kami ketahui satu sama lain. Ah ya, mungkin karna itu. Karena kami tidak kenal. Kami berdua adalah orang asing yang tidak perlu berbasa-basi, toh pada dasarnya tidak ada tuntutan atau keharusan bersikap. Dan bagi saya sendiri, dia adalah sebuah ruang berlari, tanpa perlu takut dianggap seperti apa. Entah dia menganggap saya apa, saya tak terlalu ambil pusing.

Untuk seorang asing, dia terbilang sangat baik. Dia juga temang bicara yang cukup menyenangkan. Bahkan saling mencaci pun tak terasa menyakitkan. Apa yang perlu ditakutkan dari cacian orang asing?

Sekarang saya sudah berada di tahun ketiga perguruan tinggi. Sudah cukup lama saya tidak mendengar kabar teman saya itu. Terkadang saya merasa rindu bercerita tanpa takut dihakimi. Tapi, di sisi yang lain, saya merasa sudah cukup.

Beda rasanya jika saya berbicara atau bertukar sapa dengan teman lama saya. Saya terlalu takut dengan perubahan-perubahan yang bisa terjadi selama pembicaraan itu berlangsung. Saya takut merasa saya tak mampu mengimbangi mereka. Saya takut merasa mereka tidak ingin berteman dengan saya lebih lama lagi. Ya, saya memang se-insecure itu. Hal yang tidak saya dapati dari orang asing. Saya tidak akan memaksa mereka memahami saya karna sekali pun saya meminta mereka tidak akan pernah benar-benar melakukannya. Dan saya cukup tahu diri untuk tidak meminta hal yang berlebihan seperti pengertian atau yang semacamnya.

Sekarang saya benar-benar penasaran dengan kabar teman saya itu. Apakah dia baik-baik saja? Semoga kebahagiaan selalu ada bersamanya.

Sometimes, they made you think that strangers know you better.

No comments:

Post a Comment