Berhenti menapak untuk sejenak menoleh kebelakang. Mencoba mencari titik putih di antara goresan tinta hitam dalam lembaran cerita berdebu. Berusaha mengais harapan yang mungkin tertinggal. Berharap sang waktu sudi istirahat sebentar, memberikan kesempatan untuk bernafas sebelum akhirnya mati terbunuh ingatan kelam.
sistem pengatur ini tak lagi mampu bekerja hanya untuk memikirkan arah mana yang harus dituju, bahkan sekedar untuk mencerna apa yang terjadi saja pun tak mampu. Tangan ini tak lagi mampu menggapai bayangan yang tadinya menutup lensa mataku sampai aku buta akan kenyataan yang terpampang dimukaku. Jemari dari Tuhan tak cukup untuk bisa menghancurkan potret buram di galeriku sendiri.
Rekaman dalam kepalaku pun kembali terputar. Menceritakan kebodohan dan kesalahan yang tak kunjung bisa kupelajari, yang tampaknya kembali terulang untuk yang kesekian kalinya. Sebuah keteguhan yang melayang entah kemana. Sebuah kepercayaan yang menguap dan jatuh menjadi titik-titik kekecewaan. Mencoba memahami kata-kata yang terucap dalam keheningan. Mencari kebenaran dalam tumpukan omong kosong yang disodorkan.
Seirama dengan detak jantung yang kian terpompa tak beraturan, seolah realita mengatakan inilah garis akhir dari cerita yang telah tertulis. Mimpi yang tergambar hilang bersamaan dengan langkah yang kau ambil. Aku pun harus pergi sebagai orang lain.
No comments:
Post a Comment