Pages

Thursday, September 19, 2013

Tanpa Penerima

Assalamualaikum, yang tak mungkin saya sebut namanya secara gamblang di sini

Sebelumnya saya minta maaf, kalau saja postingan kali ini sedikit menjijikkan. Saya tidak mau dianggap sebagai blogger galau menyedihkan yang ceritanya melulu tentang hati. Sekalipun itu benar, saya menolak mengakuinya. Karena, coba Anda bayangkan, rasanya akan sangat menggelikan mendapati dirimu ternyata begitu menyedihkan hanya bersebab hal sepele.

Ah, saya lupa, untuk mempermudah tata bahasa saya, bagaimana kalau saya panggil Anda dengan 'Tuan Muda'? Biarlah orang-orang menebaknya sebagai siapa. Nasib baik kalau Tuan tanpa sengaja membacanya dan tidak menyalah artikan semua kata-kata ini. Tapi, kalau boleh jujur, saya sedikit malu mengeluarkan pikiran saya dalam lembar maya ini.

Saya tidak ingat apakah saya pernah menyinggung-nyinggung tentang Tuan sebelum ini. Kalau sudah, mungkin ini akan jadi yang terakhir, dan kalaupun belum, ini akan jadi yang pertama dan terakhir. Kenapa? Karena saya tidak mau monster-monster di kepala Tuan mendoktrin lebih parah dari yang dilakukan monster di kepala saya. Saya yakin, para monster akan dengan mudah mengambil sisi negatif dari diri saya. Walaupun, tanpa monster-monster itu saya sudah kelihatan buruk. Tapi, saya harap, Tuan tidak keberatan, untuk sekali ini saja, saya ingin tenggelam dalam ingatan bersama Tuan.
"You've been alright, without me all along
the fact that upsetting, yet a lil bit releaving..."
Jujur saja, terkadang saya menolak mengakui kenyataan kalau Tuan ternyata memilih pergi. Tak jarang saya beranggapan ada masa di mana Tuan akan kembali, tapi saya juga tau masa itu tidak ada. Saya yang membuatnya seolah-olah ada. Seperti fatamorgana. Saya menghargai waktu kurang lebih 30 menit yang Tuan sisihkan. Kalau ada yang bilang 1 menit bisa merubah segalanya, maka 30 menit itu merubah lebih dari cukup. Padahal saya tau, akan sulit bagi saya untuk bicara. Saya juga merasa dari gelagat Tuan, Tuan jengkel dengan bungkamnya saya. Saya tidak tau. Lagi-lagi saya hanya berspekulasi saja. Saat itu saya sibuk berdebat dengan pikiran saya sendiri sampai saya lupa dengan Tuan yang ada di hadapan saya. Kalau Tuan ingin tau, saya sudah ingin bicara, tapi saya tidak menemukan kata-kata yang rampung, alhasil, saya urungkan niat saya dan kembali tenggelam dalam pikiran saya. Sampai-sampai kita terperangkap dalam kompetisi bungkam paling sunyi. Walau begitu, saya menikmati detik bisu bersama Tuan. Entah kenapa ketika itu juga, pohon dan tembok di seberang ruangan tampak lebih rupawan dari biasanya. Saya malu kalau harus bertemu mata Tuan. Saya harap Tuan tidak salah paham dengan kelakuan saya yang memalukan. Tuan telah melihat saya dalam kondisi menyedihkan.
"...time is a mystery, space is a myth
can't be sure where you're going
the darkness tells me nothing..."
Kalau beberapa waktu yang lalu saya mengatakan tidak tau mana yang lebih baik, sekarang saya sudah tau jawabannya. Ini adalah yang lebih baik, atau bahkan yang terbaik. Saya rasa saya harus berterima kasih kepada Tuan, karena Tuan telah menyembuhkan luka saya. Walaupun sedikit perih, saya percaya saya akan sembuh. Saya tidak pernah selega ini sebelumnya. Air mata yang mengalir ternyata menjernihkan kornea saya, membuat saya mampu melihat lebih baik. Saya bersyukur pada Tuhan karena mengirimkan Tuan di hadapan saya, karena Dia tau, saya masih harus banyak belajar. Saya rasa itulah alasan-Nya mempertemukan kita. 
"...we're walking on a different tracks
heading to a different space and time and i can see you're doing okay..."

Apa yang saya katakan adalah benar adanya. Cukuplah bagi saya melihat Tuan dalam keadaan baik, tidak ada kelegaan selain itu. Saya tidak berdusta saat saya mengatakan saya telah jatuh cukup dalam. Saya tidak masalah dengan jalan yang Tuan pilih untuk dijalani. Walaupun awalnya saya menghujat habis-habisan, saya toh akhirnya menyerah dan menerima. Saya sadar, belum tentu pula Tuan bahagia bila dengan saya.
"...though i'll be using telescope
capturing your moves deliver love you might not received, not received"

Karena, sesungguhnya memang sesederhana itu. Melihat Tuan bahagia dengan jalan yang Tuan pilih, saya sudah lega. Walaupun saya harus berjinjit, melongokkan kepala sejauh yang saya bisa dan memicingkan mata. Saya akan mencoba untuk melihat Tuan sebagai seorang teman, seperti yang Tuan minta. Saya akan mencoba untuk bertindak seperti biasa sebelum saya merasakan semua ini, seperti yang Tuan minta. Saya tidak mau menjadi beban. Sekali lagi terima kasih. Maaf kalau saya lebih banyak bersuara di sini ketimbang di hadapan Tuan.


Bukan seseorang.
(Still listening to Telescope - Hollywood Nobody)

No comments:

Post a Comment