Saat kali terakhir aku melihatmu, aku terus merapalkan doa supaya pertemuan itu tidak benar-benar menjadi yang terakhir. Menggenggam tanganmu adalah satu dari sekian banyak hadiah Tuhan yang paling aku syukuri. Aku berusaha untuk memeluk memori itu dalam ingatanku sebisa mungkin supaya tidak ikut terbuang bersama cerita kusam sebelumnya.
Memikirkan bagaimana ibukota dan selat membentang jarak ribuan kilometer selama kurang lebih 4 tahun masa bagimu untuk menyelesaikan pendidikanmu di sana membuat perutku bergejolak, seolah ada mesin penggiling tak terlihat di dalamnya. Bagaimana menahan rindu yang membuncah saat kau berada di luar jangkauanku? Apa tidak ada yang lebih buruk? Rasa rindu yang kian menggila setiap harinya membuat jarum jam tampak jauh lebih lamban dari biasanya. Ada saat di mana aku merasa waktu berjalan sangat lambat saat aku merindukanmu dan di saat yang bersamaan, waktu berjalan sangat cepat mengingat kau akan segera melintasi berbagai ibukota dalam beberapa minggu. Segala macam pikiran tentang berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi tidak henti-hentinya merecoki malam di mana seharusnya aku tidur.
Ada beberapa kalimat dari novel yang kubaca, yang kemudian membuatku tertohok cukup dalam.
"Hubungan jarak jauh selalu berusaha bertahan sebisanya, tetapi pudar juga seiring waktu berjalan."
"Mereka bilang, bila ada sesuatu yang tidak bisa dikalahkan oleh cinta, maka itu adalah jarak."
Bagaimana menurutmu? Medan-Jogjakarta memang bukan jarak yang bisa ditempuh 15 atau 30 menit perjalanan biasa. Sedangkan kau masih berada di kota yang sama saja aku masih terus merindukanmu. Kau juga pernah bertanya seperti itu. Bagaimana nanti?
Menyebalkan ya? Selalu seperti ini. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya benar-benar jauh. Belum lagi jaringan yang terus menguji kesabaran setiap hari. Komunikasi yang seperti ini tidak bisa menjamin bisa mengurangi rasa rinduku. Aku belum tentu bisa mendengar suaramu setiap hari. Hubungan telepon yang terus terputus entah setelah menit keberapa. Mungkin pertanyaan yang sama hinggap di benakmu, bagaimana kita bertahan? Katamu, ya jalani saja. Tapi, yah menurutku kau benar, apa lagi yang bisa ku lakukan selainkan membiarkannya berjalan seperti yang seharusnya? Just let time tells us if it's something we worth fighting for, doesn't we?
Ada yang pernah bertanya, 'apa kau tidak takut berhubungan jarak jauh?'. Tentu saja aku takut! Ya, walaupun aku tau kau menjejakkan kaki di sana untuk menempuh pendidikan dan mengejar mimpimu, aku tau itu. Tapi, perempuan mana pun di muka bumi pasti akan takut kehilangan laki-laki yang dicintainya. Aku hanya bisa mempercayaimu. Iya, aku percaya padamu. Jangan membuatku menyesal karena mempercayaimu.
No comments:
Post a Comment