Medan, (hm...pukul berapa sekarang?) Oke, 00:04, sudah memasuki hari baru ternyata. Hari ke 23 di bulan Agustus—penghujung bulan dan kedengarannya sedang hujan di luar sana. Baiklah, apa yang baru? Acara buka bersama yang diadakan angkatan di bawahku tanggal 5 lalu berjalan lancar, buka bersama pecahan botol 7-2 angkatanku pun tidak seburuk yang dibayangkan (people change, they've grown up! Seperti remaja pada umumnya segalanya berubah pada mereka), aku, Papa, dan kedua kakakku memberikan kejutan kecil untuk ulang tahun Mama tanggal 14 kemarin, Ramadhan telah berakhir sekitar 4 hari yang lalu, dan Fajar memasuki umurnya yang ke 18 tahun 2 hari yang lalu, selebihnya adalah hari-hari yang berjalan seperti biasa, tapi tidak sesibuk bulan lalu. Oh iya, Minal aidin walfaidzin sebelumnya, maaf kalau selama ini waktu kalian terbuang sia-sia kalau tanpa sengaja kalian membaca beberapa tulisan menyedihkan ini. Ya, jarang sekali aku menceritakan cerita yang bahagia, bukan? Maaf untuk itu. Aku juga minta maaf karena semua tulisan yang ada dalam postingan sebelumnya terkesan terlalu berlebihan. Aku memang pandai melebih-lebihkan.
Oke, lupakan, sekarang apa yang akan kita ceritakan? Hmm...sekolah akan kembali dimulai tanggal 27 nanti, dan mahasiswa perantauan itu juga akan kembali ke Yogyakarta pada tanggal yang sama. Aku belum memiliki persiapan untuk keduanya. Aku menyedihkan ya? Semua tugas-tugasku masih menunggu untuk diselesaikan. Tidak, bukan karena aku malas. Begini, aku sudah menyelesaikan beberapa soal yang diberikan tapi tidak sebagian besar, karena aku tidak menemukan jawaban dari hampir semua pertanyaan yang diberikan. Padahal menurutku seharusnya semua jawabannya tersedia dalam buku yang sama. Jadi, bagaimana aku menyelesaikannya? Yah, semoga saja pertanyaan-pertanyaan itu bisa menemukan jawaban mereka sendiri.
Dia akan segera berangkat menempuh pendidikannya kurang dari seminggu lagi, apalagi yang bisa kuharapkan selain pertemuan terakhir, setidaknya untuk sekitar 4 tahun kedepan (mungkin)? Selebihnya aku percayakan padanya. Apa jadinya kalau aku benar-benar tidak bisa menemuinya selama—katakanlah— setahun penuh? Baik, dia benar, itu urusan nanti. Kurasa cukup membahas ini sebelum postingan ini benar-benar berubah menjadi kisah sedih memilukan dua hati yang terpisahkan jarak.
Ohiya, aku diperlihatkan beasiswa sebuah Universitas swasta di Jakarta, ya, ibukota yang katanya padat semerawut, Ilmu Komunikasi terdengar menarik, bukan? Tidak hanya itu, Universitas di Yogyakarta juga terdengar lebih menarik, kalian bisa menebaknya. Masih berpikir untuk meninggalkan Medan dan menjadi anak rantau, jauh dari Orang Tua, jauh dari bantal gulingku yang terlihat lebih empuk dan nyaman kalau pagi, jauh dari tembok ini juga, jauh dari semua orang-orang yang membuatku merasa tidak konyol sendirian. Sedikit mengerikan membayangkannya. Jangankan membayangkan aku yang di luar kota sana, membayangkan aku melewati ujian Semester untuk tahun ini saja jauh lebih mengerikan. Entahlah, aku belum mau gila sekarang.
Jadi, yah, bulan ini cukup menyenangkan, tapi kurasa aku terlalu banyak mencuci mataku. Pikiranku semakin parah bulan ini. Baiklah, cukup sampai sini sajalah, aku juga tidak tau harus membual seperti apalagi.
With Love,
TSeptilia ♥
No comments:
Post a Comment