Pages

Friday, March 22, 2013

Alfi dan Harinya

Assalamualaikum. Ehem. Tes tes tes. Okeh.


Ada apa dengan 22 Maret?
Hari ini, di Jumat yang berbahagia ini, saudara kami, ketua kami, bahan olok-olokan kami, tukang lece nomor 1 kami, telah memperingati hari lahirnya untuk yang ke 16 kalinya. Beliau terlahir dengan nama aqiqah, Alfi Hendartama; dengan nama panggilan, Cimol; panggilan musikal, Bedol; panggilan unyu, Cicim; dan panggilan malam, Elfi.

Lihat yang ada dalam lingkaran.
Mewah, Pak, ya
Siapa Alfi Hendartama?
Figur seorang Alfi sulit untuk dideskripsikan. Seolah-olah tidak ada satu kata pun dalam KBBI yang memenuhi karakternya. Biasa digambarkan dengan perawakan hitam, botak, kurus, lincah, petakilan, tidak pendendam, dengan kata lain, hampir tidak pernah MEMBALAS sms, telepon, dan hal sejenis. Dia bisa dibilang selalu dalam pihak netral. Dia jarang marah, bukan berarti nggak pernah marah. Bukan marah, tapi merepet. Repetannya nyaingin Ibu-ibu nawar kain di Petisah.

Alfi Hendartama, Not A Boy, Not A Man, yet, 16yo
Metamorfosis sekuncup Alfi bagaimana?
16 tahun silam, dia masih jumpalitan dalam rahim Ibunya, sampai akhirnya terpental menghadap dunia. Memasuki perkembangannya yang absurd, sampailah dia di SD swasta, kalo gasalah ada "harapan"nya, satu sekolah juga sama Bebe (re: Hari Anggi). Setelah melewati 6 tahun penuh halang rintang, terdamparlah dia di SMP Swasta Pertiwi. Saat masih terperangkap dalam seragam putih biru tahun pertama dan kedua, penampakannya kayak; ehem, tuyul, kecil, botak, yang ngebedain cuma warna kulitnya aja. Tapi, biar kecil, doi anak Paskib Pertiwi, Tante. Dia juga salah satu anggota OSIS di Pertiwi. Masuk tahun ketiga aku sekelas sama dia. Tapi, baru ngeh kalo udah terlambat untuk menjaga jarak akibat kelakuannya yang ampun-ampun itu waktu masa nganggur, alias tamat SMP, udah, masuk SMA, belum. Dia tumbuh sebagai seorang laki-laki yang nge-ogah-in. Pantang tau rahasia orang, langsung dilece. Masuklah masa-masa SMA ternyata kami ditakdirkan untuk kembali satu kelas di tahun pertama. Waktu di kelas, temenku nggak banyak, cuma dia, Pemau, sama Fadil. Itu pun terus-terusan dilece. Nasib memang. Alfi juga menjabat sebagai OSIS di tahun pertama. Dia Temuga, aku juga. Sebenernya aku masuk Temuga juga gara-gara bisikan setannya doi. Tim sukses kali, gak tuh? Sampai sekarang, kelas dua semester akhir, kami masih dekat walaupun beda kelas. Dia yang menjabat sebagai Ketua Temuga dan aku sekretarisnya maksa aku untuk lebih sering jadi korban.

Doi bisa apa aja?
Bisa ketawa, bisa ngelece, bisa merepet, bisa buat orang kesel, bisa digampar, bisa buat orang punya niat ngurung dia di gudang sampe terselimuti sarang laba-laba. Banyak bisanya. Tapi, kebisaannya yang nyata, dia bisa dan jago main alat musik. Ntah itu jimbe, taganing, hasapi, gitar, drum, cajon, piano, pianika, harmonika, rebana set, terus apa lagi ya?

Alfi dan Bebebnya (Taganing)
Harapan Doi apa?
Waktu ditanya, "Ulang tahun nanti mau apa?", dia jawab, "Mauku banyak. Aku mau taganing, gitar, ukulele, hasapi, drum set, dan yang terakhir, aku mau kasih sayang.". Menjijikan memang.

Alfi bukan sembarang lelaki.

Ada pesan?
Kepada, Cicim,

16 tahun ya, sekarang? Udah besar lah ya? Ciee, tahun depan udah punya KTP. Terus, terus, aku harus bilang "Selamat"? Berhubung ulang tahun, yaudah deh, selamat ya. Semoga makin jantan, makin oke, makin royal (AMIN). Terharu nggak, aku meluangkan waktuku yang teramat sangat berharga hanya untuk ini? Biasa aja kan? Dan, kalo ente lupa, ehem, aku perempuan tulen sejak lahir. Tidak ada keraguan tentang itu.

Sekali lagi, selamat hari tua, Cicim!

Medan, Hari Alfi,
Perempuan Tulen,

Yas

No comments:

Post a Comment