Pages

Friday, March 29, 2013

Anti-Social?

Assalamualaikum. Jadi, hari ini, kebetulan lagi libur, sehari aja tapi. Nanggung yakan? Libur Jum'at, Sabtu tetep masuk. Maka daripada itu, aku hijrah ke rumah Yuli dari siang. Yuli ini temenku dari SD kelas 1.

"Namanya siapa?" aku nanya.
"Yuliandari." Yuli jawab.
"Oo, aku Tias. Tadi siapa namanya?" aku nanya lagi.
"Yuli." Yuli jawab lagi. Mungkin dia mikir buset dah ni anak masih muda udah tuli sama pikunan, cian.

Selama 6 tahun SD yang gitu-gitu aja, aku satu kelas terus sama Yuli. Awalnya, rumahku bukan di Wartawan, jadi pas Yuli tau aku mau pindah ke daerah situ, dia seneng bukan kepalang bak kedatangan artis. Pindahlah aku kira-kira kelas 4 atau 5 gitu. Jadilah, permainan rutin kami saling berkunjung satu sama lain tepat jam 4.

Masuk SMP, satu sekolah lagi, tapi beda kelas. Kelas 2 baru jumpa lagi, posisi duduknya pun oke, dia di belakang aku, ampuh buat ditarik-tarik tali sepatunya huehehehehe. Pas kelas 3 pisah kelas lagi, tapi ritual jam 4 masih tetep berlanjut hihihi.

Masuk SMA, kami pisah sekolah, tapi masih tetep keep in touch satu sama lain. Jadi, tetep tau kabar. Walaupun jarang jumpa, kami nggak kehilangan chemistry yang udah kami bangun selama 9 tahun lebih.

Jadi, tadi, pas aku datang ke rumahnya untuk yang pertama kalinya setelah ulang tahun dia tahun lalu, kami langsung bertingkah ala Teletubies, saling memeluk, meluluh lantakkan jarak yang terbentang di antara kami. *tsaah*. Kami manfaatkan waktu yang ada buat cerita melepas rindu. Perbincangan kami seputar kehidupan kami di SMA. bagaimana kami menjalani masa-masa putih abu-abu. Kami cerita gimana malesnya kami untuk kembali bersosialisasi. Mungkin anti-social?

Kami saling mengaku kalo orang yang sekarang lebih banyak yang nggak sejalannya daripada yang sejalan. Aku sendiri susah berbaur di kelas. Dia pun katanya gitu. Kami mikir, apa yang salah. Tapi, nyatanya ya emang gitu. Ngerti kan? Ibarat pintu yang belum ketutup rapet, belum "ceklik" dia. Ujung-ujungnya bekawan sama yang itu-itu aja. Kasihan. Terkadang ada poin-poin yang susah buat dijabarin kenapa kami menarik diri. Mungkin alasannya sederhana, tapi kami yang nggak tau membahasakannya.

Yah, begitulah kami. Berbincang kayak Ibu-ibu arisan. Tapi, kami senang. Bisa cerita sepuasnya, kayak baru pande ngomong.

Medan, kamar sendiri,
Muah,

Yas

No comments:

Post a Comment