Tias: Da, kira-kira ingat gak, ya?
Hilda: Diakan gak sakit kali, berarti nggak.
T: Oo, berarti cuma yang sakit aja, ya, yang punya ingatan? Kasian, ya.
H: Nggak juga. Kalo bahagia kali pun pasti ingat.
T: Dia bahagia kali? Nggak mungkinlah. Aku nggak bahagia kali, nggak sedih kali juga, tapi ingat.
H: Halah, banyak cakap.
T: Lah, ini buktinya nggak nangis.
H: Yang ingat itu kalo nggak yang bahagia kali, yang sedih kali, ya yang emang pengingat.
T: Dia ingat gak?
H: Dia nggak senang, nggak sedih, nggak pengingat juga. Nggak.
T: Iya juga, ya, Da.
H: *bereng*
Jadi, sebenarnya ingatan itu punyanya siapa? Jadi, kenapa ingatan tidak bisa setidaknya membantu sebuah keadaan dalam masa krisisnya, putus misalnya? Okesip, ngawur. Bye!
Pojok kamar, meringkuk memeluk lepi
Iyas
No comments:
Post a Comment