Pages

Saturday, April 19, 2014

Mimpi Melanggar "Teritori"

Katanya, hidup berawal dari sebuah mimpi. Banyak persepsi tentang mimpi itu sendiri. Beberapa orang mengatakan, “Jangan bermimpi terlampau tinggi, kelak jatuh akan mendalam sakitnya.”, beberapa ada pula yang seolah menjawab pemikiran pertama, “Bagaimana kita tau bangkit, jika tak pernah jatuh sebelumnya?”, beberapa lagi malah mengatakan, “Gantungkanlah mimpimu setinggi-tingginya, karena percayalah kamu tidak akan jatuh sedalam-dalamnya.”. Atau yang lebih menggelikan, mereka yang menghadang mimpi orang lain, entah itu dengan kata, maupun tindakan.

Terkadang saya merasa lucu sekaligus prihatin melihat orang yang menertawai mimpi orang lain hanya karena mimpi itu berada di luar lingkarannya. Layaknya sebuah lelucon yang mustahil dan tidak masuk akal, mereka tertawa atas mimpi yang setinggi langit itu. Katakanlah mereka yang tertawa itu adalah orang yang merasa dirinya mampu atas segala hal, pun mimpi orang lain dia yang mengatur. Apa mereka harus bertindak sekejam itu? Bukankah mimpi itu harusnya indah dan tanpa beban? Kita bebas untuk menggantung mimpi di bentangan langit, di samping itu, yang perlu kita lakukan hanyalah mengusahakan agar mimpi itu tidak menjadi sekedar mimpi. Mereka yang tertawa sesungguhnya telah menghilangkan estetika sebuah mimpi. Membuatnya menjadi buram, tampak jauh di atas, sehingga si empunya mimpi tak mampu meraihnya. Seharusnya mereka yang tertawa itu mengasihani diri mereka sendiri karena tidak mampu bermimpi setinggi orang yang bermimpi di luar batas.
Kenapa tidak mereka biarkan saja orang bermimpi setinggi-tingginya, biarpun mereka bermimpi di luar lingkar yang mereka huni. Toh, masalah terwujud atau tidaknya impian mereka, menjadi urusan mereka sendiri, sedang kita hanya menjadi penonton pasif. Mimpi ada bukan untuk ditertawai, melainkan didukung dan diberi curahan semangat. Mimpi tak memiliki batas teritori, batas cakrawala. Karena, mematok mimpi orang lain, secara perlahan membunuh bagian lain dari dirinya.

Bagi kalian pemimpi tanpa batas, coba lihat Ibu R. A. Kartini, beliau selalu mengimpikan keluar dari tembok besar rumahnya hanya untuk mengemban pendidikan yang layak. Tanpa memperdulikan cemooh saudara-saudaranya, beliau tetap berjuang dengan caranya sendiri. Ditentangpun beliau oleh Ayahnya, beliau terus mengusahakan agar mimpinya atas bangsa ini terwujud. Sebagai seorang bangsawan pada zamannya, Ibu R. A. Kartini memiliki keteguhan yang luar biasa atas mimpinya. Hasilnya? Bahkan, beberapa orang Belanda pun kagum atas keteguhan hatinya.

Jangan pernah merasa ragu untuk keluar dari lingkaran dan mulai bermimpi. Jangan pernah puas hanya dengan menerawang menembus cakrawala tanpa merasakan euforia saat mimpi itu tak lagi sebuah mimpi, melainkan bagian nyata dalam diri kita, terasa dalam setiap pijakan yang kita ambil. Jangan pernah menyesal karena memiliki mimpi, menyesallah karena tidak pernah bermimpi. Tidak ada mimpi yang salah, yang ada hanya yakin atau tidak akan mimpi tersebut.

Kita tak pernah tau, akan seperti apa fajar esok hari. Karena hari, tak sebatas hari ini. Kita tak pernah tau, kemana angin akan berkelana. Karena, mata angin tak hanya mengarah pada 8 penjuru. Mungkin salah satu dari banyak mata angin akan membawa kita menuju mimpi yang diluar batas. 

Selamat bermimpi,

Yas

No comments:

Post a Comment