Penulis : Wahyu Aditya
Penerbit : Bentang, Yogyakarta
Cetakan : I, Januari 2013
II, Februari 2013
III, Mei 2013
Tebal : xviii + 302 hlm
Sinopsis lihat di sini.
“Jadilah seperti anak kecil,
hilangkan prasangka agar tercipta karya-karya kreatif.”
– Thomas Huxley
Kenapa
harus takut menjadi kreatif? Sedang kreatif bisa merubah ketakutan menjadi
kekuatan untuk menjadi orang yang produktif. Contohnya saja, kita bisa membuat
gambar atau bentuk binatang yang paling kita takuti, beri sedikit sentuhan
imajinasi menarik, kemudian aplikasikan di beberapa media, dan mungkin bisa
menjadi barang yang memiliki nilai jual. Hasil yang akan kita dapat tergantung
dengan bagaimana kita menggunakan otak kanan kita untuk menuangkan kreatifitas
kita dalam wadah kosong. Bukan soal bila karya yang kita hasilkan berlabel masterpiece atau tidak, karena tidak ada
karya yang bagus atau tidak bagus, yang ada hanyalah suka atau tidak suka.
Begitulah yang diungkapakan oleh Wahyu Aditya atau yang biasa disapa Mas Wadit
dalam bukunya yang berjudul “Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati”.
Sebagai
generasi penerus bangsa yang memiliki kepedulian bagi kemajuan bangsanya, ayah
satu anak ini merasa prihatin melihat anak muda bangsanya yang tidak tergerak
untuk mengubah bangsa yang cenderung monoton. Dalam buku ini, Mas Wadit secara
gamblang mengomentari berbagai iklan berisi semboyan maupun berbagai ucapan
dari pemerintah yang tidak seimbang, dalam artian, pemerintah cenderung ingin
menunjukkan eksistensinya sebagai pejabat negara dalam berbagai iklan tersebut.
Bahkan, Mas Wadit dengan terus terang menyatakan bahwa itu semua merupakan
sampah visual yang dapat mengganggu pandangan mata dan mengurangi nilai
pariwisata di tiap daerah. Selain tentang sampah visual, pemilik distro online
KDRI ini juga menyatakan bahwa sebenarnya kita bisa memperkenalkan jati diri
Indonesia baik kepada pemuda & pemudi Indonesia maupun ke mancanegara
dengan cara yang lebih “terkini”. Contohnya tampak dari logo kemerdekaan
Indonesia yang tidak mengalami perubahan yang berarti dari segi desain. Maka,
Mas Wadit dengan berani melakukan “make-over”
terhadap logo kemerdekaan RI tersebut. Nasib baik, masyarakat lebih menerima
desain yang dicanangkan oleh Mas Wadit, pemuda & pemudinya pun merasa jauh
lebih percaya diri menampilkan logo dari Mas Wadit di berbagai kesempatan. Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati ini juga
mengulas habis-habisan tentang iklan yang harusnya menjual pariwisata
Indonesia, menunjukkan ciri khas dan image
Indonesia.
Atas
berbagai masalah itulah, pendiri sekolah animasi Hello Academy dan
penyelenggara HelloFest ini menguak betapa pentingnya memelihara dan
mengembangkan kreatifitas diri sendiri serta menundukkan si otak kadal yang
secara teratur menanamkan motivasi negatif ke dalam diri seseorang. Maka
lahirlah buku yang mengajarkan kita bagaimana berkreasi dalam wadah yang
terbatas, entah itu dalam hal fisik, maupun hal yang lainnya.
Yang
membuat buku ini menarik adalah dari segi judul yang cukup berani, dengan
memakai unsur Pancasila: “Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati”, dengan catatan kaki
yang tak kalah berani: “Buku Petunjuk Pengamalan Kreativitas bagi Rakyat dari
KDRI (Belum/Tidak Sah). Melalui desain sampulnya yang juga menggunakan unsur
lambang negara, Mas Wadit mampu menarik hati para calon pembacanya dengan hasil
modifikasi dari gambar garuda. Dengan mengambil tema kemampuan kreatif, beliau
mampu menuturkannya secara lugas dan tidak berbelit-belit yang mampu
menghanyutkan para pembaca, dan menyajikannya dengan menggunakan konsep scratch
book, tak ketinggalan pula ilustrasi-ilustrasi yang mendukung setiap halamannya
membuat para pembaca semakin tenggelam dalam imajinasi mereka sendiri. Ide
animator yang satu ini tak hanya berhenti sampai disitu. Di setiap sudut atas
halamannya dapat kita jumpai potongan-potongan gambar yang akan membentuk
sebuah animasi.
Namun,
penuturannya yang dirangkum dengan apik tersebut sedikit terganggu dengan
sisipan promosi produk yang diluncurkan oleh Mas Wadit itu sendiri. Sehingga,
dalam beberapa bab, buku ini akan tampak seperti katalog produknya.
Secara
keseluruhan, buku ini cocok untuk semua kalangan, terutama bagi mereka para
pengguna otak kiri yang membutuhkan sedikit pencerahan untuk memberi
“pemanasan” kepada otak kanan mereka. Bagi yang sudah lebih dulu berenang dalam
imajinasi, bisa membuat mereka semakin percaya diri dengan karya-karya yang
berasal dari imajinasi mereka tersebut dan memungkinan membuka peluang bisnis
yang menarik. Tak ada salahnya untuk menjadi lebih kreatif dan menemukan
kesenangan tersendiri dalam menuangkan sesuatu dalam bentuk sebuah karya seni,
apapun itu.
Salam kreatif,
Yas
No comments:
Post a Comment