Pages

Wednesday, August 26, 2015

Tamara

Kalau ada orang yang harus saya kagumi karena kepintarannya, maka Tamara akan menjadi salah seorang di antaranya. Sejak saya mengenalnya kurang lebih 8 tahun yang lalu, dia selalu hadir dengan prestasi akademis yang membanggakan. Nilainya selalu cemerlang, terlebih kemampuan berbahasa asingnya yang tidak perlu diragukan lagi.

Kali pertama saya  mengenal sosok dengan otak brilian ini sewaktu saya duduk di sekolah dasar, kebetulan kami berada di bimbingan belajar yang sama. Di luar itu, kami tidak pernah bertemu sekalipun kami satu sekolah. Saat itu, tidak pernah terlintas di kepala saya kami akan menjalin pertemanan sejauh ini.

Ketika akhirnya seragam saya tak lagi rok lipit merah, saya tahu Tamara memasuki sekolah yang sama, tapi tidak duduk di kelas yang sama. Saat memasuki tahun kedualah, saya kembali bertemu dengan Tamara dalam satu ruang kelas. Dialah yang menjadi teman sebangku Asha selama 2 tahun. Mereka tampak seperti duo pintar yang tidak berusaha untuk terlihat pintar. Dan beruntungnya, mereka mau berteman dengan saya yang biasa-biasa saja.

Di antara kami bertiga, saya dan Tamara acap kali berbeda jalan. Tak jarang kami tidak saling menegur sapa karena ego masing-masing. Semua perang dingin itu untungnya selalu berakhir secara damai. Tapi, hal itu justru menumbuhkan rasa pengertian dalam diri kami. Saya tidak pernah menyesali adanya pertengkaran-pertengkaran itu, bukan berarti saya menginginkannya lagi. Hanya saja, saya puas, pertemanan kami tidak semudah itu, yang justru menjadikannya berharga.

Tidak sedikit hal yang sama-sama kami gilai; kopi, cokelat, kucing, bahkan Percy Jackson dan teman-temannya. Tamara adalah orang yang memperkenalkan saya pada Percy Jackson and the Olympians. Saya menikmati waktu yang kami habiskan untuk berdiskusi tentang serial fiksi fantasi tersebut. Kami bisa menjelma menjadi remaja labil—histeris saat membicarakan bagian favorit kami. Layaknya tokoh dewi kesukaannya, Athena, Tamara adalah seorang rasionalis. Ia mampu menampakkan figur seorang wanita yang amat kuat, tidak membiarkan ada yang menyakiti dirinya. Itulah yang saya kagumi dari Tamara. Ia melindungi dirinya sendiri.

Setiap kali saya bercerita segala sesuatu yang menyangkut masalah hati, dia membantu saya untuk tetap berpikir jernih, untuk tidak kehilangan akal saya. Saya mungkin menyangkalnya pada menit-menit pertama walaupun dalam hati saya tahu dia benar.

Ada satu masa, saat kami benar-benar menjadi remaja labil, kami sama-sama hanyut dalam sebuah permainan virtual di internet. Kami terjaga hingga larut berkelana dalam dunia maya. Saya menikmati “ritual” tengah malam tersebut, sampai akhirnya permainan itu ditutup. Tak hanya permainan virtual, seringkali kami iseng untuk berbincang dengan orang asing dalam sebuah situs percakapan dengan orang yang tidak kami ketahui. Bisa dikatakan kalau itu adalah masa-masa yang saya rindukan sekarang ini.

Tak bisa dipungkiri, kami sudah memasuki dunia yang baru. Fase di mana kami akan mewujudkan mimpi kami masing-masing. Sama dengan Asha, Tamara  melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas di luar pulau Sumatera. Tinggallah saya di sini, menunggu waktu mereka akan kembali, dan kami akan kembali menjadi trio sinting yang melambai-lambai ke kamera pengintai sebuah gerai minuman ternama.

Saya juga tidak menyangkal bahwa mungkin akan tiba masanya saat sekalipun kami berusaha, kami tetap mengalami kesulitan untuk sekedar bertukar sapa. Saya hanya ingin memperlambat tibanya masa-masa seperti itu. Saya ingin menikmati berteman dengan mereka lebih lama lagi. Dan di sinilah kita sekarang, saling berusaha untuk membuat petemanan ini mampu bertahan melawan waktu yang kian brutal menggilas setiap masa.

Saya tidak ingin seperti permainan virtual yang bisa saja terlupakan saat ada permainan serupa muncul dengan versi terbaru. Saya ingin tetap mengucapkan selamat bertambah tua kepada kalian sebagai seorang yang menginginkan pertemanan ini tetap utuh.

Jadi, selamat bertambah tua, Tamara. Tinggal satu tahun lagi untuk mencapai angka 20. Teman macam apa yang tidak menginginkan teman terbaiknya berubah menjadi lebih baik? Sama halnya dengan Asha, doa-doaku akan kurapalkan demi kebaikan kalian. Ah, ya. Sukses untuk perjalanan kita menempuh semester ke 3. See you on top, Girls!

I wrote this as your present. Have a blessed 19, Dear!


Medan, 26 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment