Pages

Friday, September 21, 2012

Kita Menyebutnya dengan Rindu

Aku termenung, menengadah menantang cakrawala. Sampai hari ini, awan belum memberikan kesempatan pada satelit bumi untuk sekedar mengintip roda kehidupan dari bentangan langit. Aku masih tetap menyesaki paru-paruku dengan oksigen bercampur karbondioksida udara malam. Masih sama sesaknya, masih sama menyiksanya. Mungkin aku lupa bagaimana caranya bernafas dengan layak, lupa kapan terakhir kalinya aku bebas menyimpan oksigen dalam tubuhku tanpa harus memikirkan beban yang tersampir di bahu. Aku rasa aku juga hampir menghilangkan beberapa memori yang masih ingin kucuri dan kusimpan, sampai kelak kita bisa mengenangnya bersama.

Kata-kata rindu bukan lagi nyanyian asing di indra pendengaranku. Ribuan kali aku mengucapkannya, begitu pula denganmu, sampai-sampai rindu itu kehilangan kekuatannya, kehilangan maknanya, terasa hambar di setiap pengucapannya. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Mungkin karena bukan lagi hanya jarak antar-provinsi yang terbentang, melainkan jarak yang kita ciptakan sendiri. Kau dengan duniamu, dan aku masih dengan kondisi yang sama. Padahal, dengan rindu itu kita bisa mempertahankan semuanya, dengan rindu kita bisa terus mengejar waktu sampai akhirnya kau akan menjulang dihadapanku. Aku terus mencari bagian yang hilang, bagian yang terasa amat salah. Tetap tidak kutemukan. Apa aku mencari di tempat yang salah? Atau jangan-jangan justru dirimulah yang mengacaukan kestabilan pikiranku? Ada sesuatu yang ganjil dalam rentetan pesan singkat yang kau kirimkan padaku, walaupun pada nyatanya kita masih bertukar kabar seperti biasa, seperti yang selalu kita lakukan bahkan sebelum kau meninggalkan kota ini. Banyak yang ingin kukatakan padamu, semuanya sudah berdesak-desakan di pangkal tenggorokanku, tapi entah kenapa semuanya turut menguap begitu aku memikirkanmu yang dahulu.

Menurutmu apa yang bisa aku lakukan untuk bisa tetap mempertahankan rinduku? Iya, rindu yang belakangan ini selalu kusebut-sebut, berharap ada getaran yang menggelitik batinku. Dan, ya aku rindu dengan caraku merindukanmu dahulu. Adakah cara agar aku bisa terus merindukanmu?

No comments:

Post a Comment