Pages

Thursday, September 13, 2012

Catatan September

Hai, selamat sore, Matahari. Bagaimana keadaanmu? Awan hitam masih saja menutupi cahayamu hari ini, sama seperti hari kemarin. Sepertinya semakin meredup setiap harinya, tapi kalau kupikir itu hanya pengaruh dari posisiku melihatmu. Cahayamu sudah terlanjur hilang di Selat Sunda sebelum sampai ke sini. Aku merasa kehilangan sedikit dari banyak cahayamu. Tapi, kurasa itu bukanlah jaminan untuk menyerah pada apa yang kita pertahankan sejauh ini. Kita bayangkan saja bagaimana kelak kita akan bertatap muka dengan segala rindu yang terpaksa kita tahan di antara bentangan Provinsi, bukankah kita akan menghargai setiap detik yang diberikan untuk kita? Kau harus setuju denganku dalam hal ini.

Kita sudah memasuki hari ke tiga belas di bulan September, bulanku, bulan penghujan, memasuki fase akhir tahun. Tapi, rasanya sama saja seperti tahun-tahun yang sebelumnya. Tahun ini aku tidak bisa merasakan auramu. Padahal, aku sudah memikirkan bagaimana aku akan melewati bulanku denganmu. Kau tau, hampir setiap malam aku membayangkan keberadaanmu. Aku terus berusaha mengingat bagaimana rasanya kalau kau di sini. Aku berusaha untuk menyimpan semuanya, sampai kelak kau akan kembali lagi, aku akan tetap merasakannya. Sisi buruknya, aku semakin merindukanmu. Kau tau benar betapa sulitnya bagi otakku untuk menerima pikiran positif, itu menambah daftar penyiksaan batinku.

September kali ini tampaknya benar-benar selalu hujan setiap hari. Kau ingat waktu aku bilang saat itu gerimis dan menurutmu itu hujan? Padahal, sangat jelas kalau itu gerimis, tapi kau tetap mempertahankan pendapatmu. Aku tau, tidak ada yang lucu dalam bagian ini, tapi semuanya berarti. Aku juga masih ingat saat sosokmu berlari-lari kecil berlomba dengan hujan menuju Gedung Utama Taman Budaya. Kau berteriak dari bangku tempatmu duduk dan bilang kepada pasangan MC itu kalau aku yang memaksamu. Padahal, aku hanya ingin menambah daftar hari yang kulewati denganmu. Aku tau, tidak ada yang menyentuh dalam bagian ini, tapi semuanya bermakna. Aku rindu padamu.

Aku ingin, kalau seandainya kau kembali nanti, kembalilah sebagai orang yang sama, sebagai orang yang kukenal, yang kunanti, yang kucintai. Kembalilah sebagai Matahari.

No comments:

Post a Comment