Pages

Monday, November 5, 2012

Tawa yang Hilang

"Awannya mirip pegasus!" seruku lantang menunjuk langit.
"Mana? Itu harimau." bantah laki-laki yang duduk di balik kemudi.
"Ah iya, bukan. Itu kura-kura."
"Semut!"
"Amuba!" sanggahku tidak mau kalah, yang mau tidak mau menyebabkan keheningan sejenak.
"Amuba nggak ada bentuknya."
"Kan sama kayak awan, gak jelas bentuknya. Jadi, awan itu amuba." jelasku sok tau.
"Iya deh iya." perdebatanpun diakhiri dengan tawa yang sudah lama hilang dari wajahku. Tidak bisa kupungkiri aku merindukan bahagiaku sendiri. Bahagia yang seharusnya aku ciptakan, bukan aku tunggu. Terkadang, memang lelucon seperti inilah yang aku butuhkan. Perbincangan sederhana yang diakhiri dengan gelak tawa.

Siapa sangka untuk tertawa saja kita hanya perlu ikhlas. Tidak perlu pusing-pusing mencari alasan untuk tertawa. Toh, kita bisa menertawakan diri kita sendiri. Tertawa itu bagian dari penyembuhan. Jangan rutuki waktu, dia tidak bersalah, memang sudah tugasnya untuk tetap berputar. Kalau pun memang sakit, nikmati saja. Itu adalah proses.

Selamat bahagia!
Love,
T

No comments:

Post a Comment