Dia masih bungkam. Menyibukkan diri dengan kata-kata yang terangkai dalam benaknya, yang masih belum mampu dia ungkapkan. Entah apa yang dia tunggu, entah apa yang dia nantikan. Waktu semakin menekannya, dia tetap bergeming. Nafasnya mulai terlihat teratur, namun pandangannya masih sesekali menerawang ke bulan-bulan yang telah lalu. Dia masih menimbang-nimbang langkah kecil yang harus diambilnya.
Dia menyesap oksigen dengan seksama sekali lagi. Memadati paru-parunya yang semakin sesak. Terlalu lelah percaya untuk kemudian kembali dikecewakan. Dia tetap berpegang pada harapan yang tidak pernah ada, harapan yang diciptakannya sendiri, harapan yang ia karang keberadaannya.
Dalam pikirannya, ada suara lirih berbisik padanya, "suatu hari nanti, kau akan mendapati dirimu menertawakan kondisimu yang seperti ini, kau akan tetap merindukannya". Dia tau, dia harus tetap berjalan, bernafas, dia harus tetap hidup untuk bisa tertawa. Tapi, dia bersedia menunggu lebih lama lagi. Bersabar sedikit lagi.
No comments:
Post a Comment