Kenyataan menamparku dengan geram sekali lagi. Ada hal kecil yang terlewat dari pandanganku selama ini. Matahariku bukan milikku sendiri. Aku sadar, dia bersinar dengan teramat sangat mempesona dan memukau, memikat setiap orang yang ada di dekatnya. Masalahnya, selama ini aku menganggap bahwa akulah alasan dia bersinar seluar biasa itu, akulah satu-satunya jiwa yang membutuhkan sinarnya. Terlambat kusadari kalau aku hanyalah segelintir orang yang mengagumi bahkan mencintainya. Aku terlalu egois kalau beranggapan dia hanya milikku.
Kini, matahariku menolak untuk bersinar. Dia redup, tapi tidak terlihat redup. Jelas saja, sumber energiku menghilang, jantungku kesulitan memompa darah ke otak dan organ lainnya, aku kesulitan bernafas. Tapi, aku tau, tidak ada yang bisa kulakukan untuk menahannya tetap bersinar, tetap hangat.
No comments:
Post a Comment